Thursday, December 17, 2009

Belajar dari Anak (1): prasangka

Suatu hari saya bertanya kepada Nadin, diantara keempat musim yang dia alami, musim apakah yang paling dia sukai. Dia memilih musim gugur, dengan alasan daun-daun menjadi berwarna-warni.. bagus.. katanya. Tapi Nadin juga suka musim dingin, soalnya Nadin bisa main salju. Setelah merenung sejenak.. dia kembali menambahkan kalau dia juga suka musim semi karena sering hujan (dia suka memakai kostum hujan lengkap dengan payungnya, kemudian loncat2 di genangan air) dan bunga-bunga mulai bermunculan. "Eh, tapi ceuceu juga suka musim panas, habis ceuceu bisa main di Spielplatz (playground) terus sih.." tambahnya.. Lho.. lho.. lho.. jadi kesimpulannya Ceuceu suka semua musim nih?! :D

Memang kelihatannya mereka (anak-anak) tidak pernah mengeluh mengalami musim apapun.. seneng-seneng aja tuh.. Ternyata itu rahasianya, mereka selalu melihat sesuatu dari sisi positifnya. Mereka tidak peduli hujan gerimis setiap hari di musim semi, karena mereka senang bisa bermain-main air dan melihat tunas-tunas bunga yang bermunculan dari tanah. Mereka tidak peduli dengan sengatan matahari yang membuat kulit serasa digigit-gigit di musim panas, karena mereka bisa bermain sepuas-puasnya di luar rumah. Mereka tidak peduli dengan kencangnya angin yang bahkan sangat mungkin menerbangkan tubuh mereka yang mungil, karena bisa melihat indahnya warna-warni daun di musim gugur. Mereka tidak peduli dengan udara yang membuat tubuh selalu menggigil di musim dingin karena mereka bisa bermain salju.

Sungguh sebaliknya dengan kita, yang seringnya merasa jengkel ketika hujan turun terus menerus, mengeluh kedinginan, kepanasan tanpa melihat betapa indah dan unik setiap musim itu. Hal ini mengakibatkan beberapa orang menderita 'Weather blues', jadinya tidak bisa menikmati hidup seperti anak-anak.

Lebih jauh lagi, jika hal ini dianalogikan dengan berprasangka, selalu berprasangka positif dulu dalam menilai sesuatu, bisa jadi hidup kita juga akan sama seperti anak-anak.. selalu 'enjoy' dalam setiap suasana. Ah.. jadi teringat satu nasihat dari pengajian beberapa tahun lalu di sini, kira-kira seperti ini redaksinya: "sebelum kita membuat satu prasangka negatif, buatlah terlebih dahulu 25 prasangka positif." Hmm.. bisa??? gak ada salahnya mencoba kan?! yuuk.. kita belajar ber-husnudhan seperti anak-anak. ;)