Sunday, April 27, 2008

post-holidays Syndrome

Sepulang liburan dari Hamburg jadi...
...malas masak....
...malas beres-beres...
...malas bersih-bersih...
...malas belanja... (abis bingung mau masak apa, jadi di toko juga cuman bengong ngeliatin bahan makanan..)
...tapi kok gak males ngempih yah???

Untung aja...
...punya suami yang pengertian dan tidak rewel...
...anak-anak malah lahap dengan menu seadanya...
...sebelum ke Hamburg sempet bikin rendang yang disimpen di Freezer...
...tidak punya anak kos kayak temen-temen di Groningen... (bisa dituntut balikin uang kos nih.. kalau iya, hihihi...)

Ah, kalau di Muenchen juga ada tradisi kos-mengekos.. tolong izinkan aku jadi anak kos aja sekarang.. :D:D:D

Friday, April 25, 2008

Koreksi basa Sunda: Ceuceu.

Tiba-tiba aja pagi ini ada yang protes, "Neng, kok orang-orang jadi pada pake -w sih Ceuceunya??"
*Si Eneng nyengir kuda*
"hehehe.. bukan salah mereka, Kang.. ini mah salah sayah.."
"kenapa atuh??"
"abis lebih enakkeun, Kang.. lebih pangkeh, hehehe..."
*si Akang ngagubrag*
***********************************

Waduh... saya teh baru nyadar... mungkin selama ini saya sudah menyebarkan bahasa Sunda yang salah. Punten pisan ini mah ya, buat orang Sunda dan Non Sunda juga, benar-benar tidak sengaja..

Untuk yang belum tahu, sebenarnya kata yang benar adalah Ceuceu atau Eceu, bukan Ceuwceuw.. seperti yang selalu saya sebut. Itu mah hanya panggilan gemezzzz saya ke anak saya... tapi kayaknya malah jadi menyesatkan orang ya?! :D

Banyak orang juga yang gak kenal dengan kata ini. Mereka biasanya hanya mengenal kata "Teteh". Yah, artinya mah sama saja. Memang saat ini, Ceuceu atau Eceu ini sudah jarang digunakan, terkesan tua mungkin, sepertinya generasi orang tua kami yang masih menggunakan panggilan ini. Tapi, karena itulah... kami sepakat menggunakan Ceuceu dan Akang untuk panggilan anak-anak kami. Biar "fresh" lagi begitu... Meskipun kayaknya "Akang" udah gak mungkin, kalaupun yang ketiga nanti laki-laki... jadinya "Ujang", hehehe...

Semenjak hamil anak pertama (Nadin), kami memang sepakat untuk berbicara bahasa Sunda dengan anak-anak. Kenapa??? karena melihat makin kritisnya bahasa Sunda di lingkungan kami. Dulu waktu saya SMA di Bandung (pan saya mah orang Tasik), kaget melihat teman-teman yang orang tuanya Sunda, besar di lingkungan Sunda, tapi tidak bisa ngomong bahasa Sunda, aneh kan ya??. Kalau mengerti sih masih bisa.. katanya... Tapi sekarang?? bukan hanya di Bandung.. di kampung saya pun, anak-anak sudah diajarkan bahasa Indonesia, tanpa dikenalkan pada bahasa ibu. Akhirnya... pas saya ajak ngobrol... anak-anak polos nan lugu itu hanya cengar-cengir tidak mengerti.

Hm.. kalau liat anak sendiri.. (Nadin maksudnya), bahasanya juga sampai sekarang masih acak-acakan, campur-campurrrr deh. Bahkan saat ini kebanyakan dia ngomong seperti setahun yang lalu waktu dia belajar ngomong. Kayaknya sih si Cuneng teh lagi ngomong bahasa Jerman ceritanya mah... cuma dia sendiri belum mengerti mengucapkannya gimana. :D Tapi ya biarkan aja dulu.. yang penting saya dan si Akang selalu berusaha ngobrol pakai bahasa Sunda. ;)

Nah, sekarang mah, yuk.. kita lestarikan bahasa daerah kita masing-masing, biar Indonesia tetap terdiri dari berbagai suku bangsa dan berbagai bahasa.. ;)

Sunday, April 20, 2008

HamburgTour2008: Jalan-jalan penuh Cinta pleus Wisata Kuliner ;)

Hamburg merupakan kota yang paling sering kami kunjungi setelah Nürnberg. Ini merupakan kunjungan ketiga buat saya, keempat buat si Akang, dan kedua buat anak-anak. Tapi tak pernah kapok deh datang lagi kemari, bahkan selalu ngangeni.. soalnya ada kapal, hehehe... *keukeuh* Dan kunjungan kali ini adalah yang paling Paling PALING BERKESAN buat kami.

Kunjungan kali ini (mungkin) lebih tepat disebut Wisata Kuliner, soalnya lebih banyakan makannya daripada jalan-jalannya.. :D Percaya atau tidak, hampir setiap hari kami makan di rumah kerabat setanah air... Sambutan hangat serta santapan lezat menyempurnakan kunjungan kami kali ini, kunjungan penuh cinta... karena kami mendapat kesempatan untuk bersilaturahmi dengan saudara2 setanah air..  ;)
Foto-foto Hamburg (di Flickr)

Hari pertama, Rabu, 16.04.2008
Setelah tidur semalaman di kereta, akhirnya kami tiba di Hamburg-Harburg pukul 8.15, setengah jam lebih telat dari yang dijadwalkan. Senyum kocak Pakde Prio menyambut kami di Stasiun. Nasi goreng hangat dan nikmat Bundanya Lishya pun mengisi perut kami yang mulai keroncongan. Setelah beristirahat hampir setengah hari, kami berangkat menuju Planten un Blomen, taman yang penuh dengan bunga-bunga. Tujuan utama ke sana untuk mengajak main anak-anak. Ternyata pas sampai di sana, anak-anak malah tidur. Dan ternyata waktu pun sudah menyuruh kami untuk segera beranjak menuju rumah tujuan pertama.

Hari itu kami diundang oleh keluarga Pak Trias/Teh Niknik. Sebelumnya kami belum pernah bertemu mereka, Pak Trias ini temannya kangDian di milis Sunda. Di sana kami ketemu juga dengan Teh Yanti dan suaminya (lupa namanya), yang ternyata asal Tasik juga.. Ah.. pokokna mah.. Sundaan pisan malam itu teh.. Dari mulai obrolan berbahasa Sunda, sampai menu yang nempel banget di lidah kami. Bayangkan.. soto Bandung, ikan cobek, gado-gado, udang goreng tepung, gepuk, ulukutek (sambel oncom pleus leunca), ditutup dengan baso tahu. Belum lagi kue-kue yang penuh sesak di atas meja, termasuk Brownies kukusnya Ninoek yang bikin ngeces terus..(thx resepnya ya, Noek..). Dan malam itu terasa lebih ceria dengan kehadiran 7 putri kecil.. (4 diantaranya mungkin sudah keberatan kalau dibilang kecil ya?!). Pulangnya, kami dibekali pula... ya ampuuun.. rejeki memang tak kemana :D:D:D


Hari kedua, Kamis, 17.04.2008
Sebenarnya sempat berencana mau ke Bremen, sekalian mampir ke Teh Evi.. cuman teh gak tau kenapa, diputuskan gak jadi aja.. lagian katanya sih insyaAllah bakalan ada manggung di Bremen sebentar lagi. Kalau jadi, kan nanti ada kesempatan lain. Makanya hari ini kami melanjutkan rencana kemarin, ngajak main anak-anak. Karena cuaca mendung, kami memutuskan untuk bermain di Indoor Spielplatz saja. Dan harganya masih lebih murah lho dibanding yang di Muenchen...beda dikit siiih.. yang anehnya, kalau di Muenchen harga anak-anak lebih mahal daripada dewasa, disini sebaliknya. Oiya, sebelumnya kami makan Dönertütte yang terkenal itu. Setelah anak-anak puas, kami langsung menuju ke rumahnya Mbak Retno/Mas Donny. Mereka termasuk Muenchner yang berhijrah ke Hamburg. Sayang waktu mereka masih di Muenchen kami belum datang. Alhamdulillah.. tahun lalu kami bisa bertemu di acara Pekan Indonesia di Hamburg. Nah, disini kami ketemu dengan Kang Maul dari Inggris (ini mah emang teman mainnya si Akang, dan undangan spesial malam itu), Teh Dewi yang ramaaaah banget, Mbak Yul dan Mbak Lessy yang ternyata lebih cantik dari fotonya, hehehe.... (Sama Mbak Lessy sempet ketemu di Friendster beberapa tahun lalu). Soal menu.. jangan tanya.. namanya juga Kedai Hamburg, segala ada donk!!! Dari mulai lontong plus tekwan, sate ayam, urab, gepuk, ikan asin, rujak, apalagi ya?? banyak banget sih, sampe gak apal gini :D:D:D Sama seperti sebelumnya, kami pun pulang dengan perut kenyang dan bagasi penuh.. (bekel juga maksudnya..)

Hari ketiga, Jumat, 18.04.2008
Karena hari ini ada latihan buat pentas keesokan harinya, maka undangan hari ini dipercepat jadi makan siang. Makan hari ini di rumahnya Mbak Nien, Bukde yang sayaaaaaang banget sama Alishya. Di sana ketemu lagi sama Mbak Lessy, juga ketiga putra-putri Mbak Nien yang cantik-cantik... (yang satu nggak cantik denk, pan cowok.. hehe). Nah, kalau di sini kami makan sop buntut (Ina banget deh!), sate ayam, gado-gado, oseng-oseng udang, goreng tahu tempe, emping, dll. Duh.. beneran deh, ni Ibu-ibu Hamburg pada rajin-rajin banget. Nadin dan Maryam makan lahaaaap sekali, alhamdulillah...

Habis jumatan langsung ke KJRI buat nonton latihan rampak kendang dan Angklung. Saya dan Nadin bermain di kebun belakang... yang kebetulan waktu itu lagi banyak ee bebek... Gak tau darimana.. padahal bebek-bebek itu adanya di danau belakang... Jadi inget Westpark, hehehe... Pas pemain angklung pada datang, meni heboh pisan. Ya ampuuun.. ternyata pemain angklung Hamburg itu pada umumnya masih ABG, ck..ck..ck.. Dan hm... ternyata salah satu pemain angklung itu adalah kakak teman saya waktu kuliah dulu.. Dunia memang sempit ya?!

Pulang latihan kami mampir di rumah makan Turki yang deket rumah, namanya URFA. Kata si Akang itu teh singkatan dari Unit Renang dan Folo Air, hihihi.. aya-aya wae... Makanannya ennnaaak banget.. banyak pula porsinya. Puas.. puas.. puaaassss deh..

Hari keempat, Sabtu, 19.04.2008
Hari ini hari besarnya. Bapak-bapak latihan keras buat pentas hari ini. Ibu-ibu dan anak-anak istirahat aja di rumah. Soalnya dari kemarin keluar rumah dan pulang malam terus. Sorenya baru menyusul ke tempat acara untuk menonton Indonesische Impression. Kabarnya acara ini diselenggarakan untuk mempromosikan Indonesia dalam rangka Visit Indonesia tahun ini. Dalam acara ini disuguhkan beberapa kesenian Indonesia dari berbagai daerah, seperti Wayang kulit, tari-tarian, kacapi suling, rampak kendang, angklung, ada juga upacara adat sehabis panen di Bali. Wah.. ada yang kelewat gak ya? soalnya saya teh mesti keluar masuk ruang acara, untuk memeriksa Nadin yang tidur di Kinderwagen.
Kejutan lagi, ternyata di acara ini kami bertemu alumni LSS '80. Dan Teh Dewi ini ikut ngawih waktu Sabilulungan main kacapi suling.. ;)

Hari kelima, Minggu, 20.04.2008
Hari ini adalah hari terakhir. Rencananya kami mau pergi ke Fischmarkt (pasar ikan) yang sangat terkenal dari Hamburg. Tapi karena anak-anak (dan ortunya juga sih) bangunnya kesiangan, jadinya gak jadi pergi. Akhirnya kami berangkat ke rumahnya Mbak Helwah/Pak Taufik. Keluarga ini juga termasuk mantan Muenchener. Dan kami juga tidak sempat bertemu mereka di Muenchen. Kami malah bertemu dengan mereka di Prima Magdeburg 2005, dan di rumah PriNoek setahun yang lalu.

Saya benar-benar terkesima ketika memasuki komplek perumahannya Mbak Helwah. Kok berasa di kampung halaman... Lingkungannya serasa di Indonesia.. padahal model rumahnya model rumah sini lho?! Dan ternyata katanya Mbak Helwah, memang di sini anak-anak biasa bermain bareng, berangkat sekolah bareng.. berbaur lah.. tidak seperti lingkungan Jerman yang individualis seperti biasanya. Dan di rumahnya banyak pohon buah-buahan... wah kalau musim panen tiba.. pengeeeeen deh ke Hamburg lagi :D:D:D

Hehehe.. karena yang mengundang kami si bapaknya, jadi Mbak Helwah baru tahu kami akan datang jam 10 pagi. Jadi makanannya seadanya katanya... tapi LEBIH dari sekedar ada. Kami nge-grill kemarin.. ada sate ayam, dada ayam, daging.. makannya di campur lalab dan sambel. Wuah.. nikmaaaatttt.. belum lagi asinannya. Wah.. saya sampai nambah berkali-kali... Ditutup dengan kue singkong dan bika ambon.. duuuhh.. gak kuku deh..

Selama 5 hari di Hamburg, berat badan saya nambah hampir 2 kg loh!!!!
Wah.. dua minggu lagi tinggal di Hamburg, berat badan ideal bisa tercapai nih.. hihihi...

Sebenarnya masih ada satu undangan lagi, di rumahnya Mbak Yul/Pak Joko. Sayangnya waktu kami sangaaaat mepet, harus mengejar kereta jam 10 malam di Harburg. Makanya kami memutuskan untuk tidak datang saja. Mohon maaf yang sebesar-besarnya untuk keluarga Mbak Yul/Pak Joko, terima kasih banyak untuk undangannya.

Oiya, ada satu kejadian lucu sebenarnya. Nadin, Alishya dan Maryam selama 5 hari kemaren pasti aja akur-berantem melulu. Tapi.. satu atau dua jam menjelang pulang.. mereka akuuuuuurrrrr... gak berantem sama sekali... Aneh..
Terima kasih kami yang tak terhingga untuk para tuan rumah yang dengan tulus dan ikhlas menyambut kami dengan senyum yang hangat. Kebaikan Ibu dan Bapak tidak akan kami lupakan. Hanya Allah yang bisa membalas kebaikan Ibu Bapak semuanya.

Dan juga spesial banget untuk Prio dan Ninoek,
yang sudah menyediakan tempat kami berlindung dari ganasnya udara Hamburg,
yang dengan sabarnya bersedia mengantar kemanapun kami mau...
yang telah meluangkan waktunya untuk menjemput dan mengantarkan kami kembali,
yang tahu dan memberikan apa mau tamunya,
ah.. terima kasih saja tidak akan pernah cukup untuk kalian.
Hanya Allah yang bisa membalas semuanya.
Maafkan kami kalau sudah merepotkan.. dan jangan kapok kedatangan kami lagi ya?!

Monday, April 14, 2008

Hati-hati sama kata "Schwanz"

Waktu di tempat kursus, gak tau asalnya darimana, pokoknya kami tiba-tiba membahas model rambut dalam bahasa Jerman. Sampai satu ketika, si Ibu bilang model diikat satu ke belakang namanya "Pferdeschwanz" = buntut kuda, Pferd = Kuda, Schwanz = buntut (sama aja namanya kayak di kita ya?!). "Tapi," katanya lagi, "Anda jangan sembarangan bilang "Schwanz" ya, dalam Umgangsprache (bahasa gaul), ini artinya p*n*s".

***********************************************
Berbulan-bulan setelah kejadian itu.

Saya begitu ngebet pengen sop buntut. Buntut sapi ini tidak mudah didapatkan di sini. Biasanya harus pesan dulu sebelumnya. Tapi kalau lagi beruntung, kadang suka ada juga.. Mungkin ini sisa dari yang pesan tadi. Pas saya ke toko Turki, saya tidak melihatnya di Etalase. Akhirnya saya tanya aja si Emangnya.
"Haben Sie Schwanz?" (Anda punya buntut?)
Beberapa detik si Emang tidak berkutik, dengan muka sedikit kaget. Tapi kemudian,
"Ach... Rinderschwanz meinen Sie?" (Ah, maksud Anda buntut sapi?)
"Ja." emang buntut apalagi, kataku dalam hati...

***********************************************
Pas nyampe rumah, baru keingetan lagi deh pesan guruku tercinta. Ketika disambungin cerita satu dengan cerita dua, aku baru ngeh... ternyata si Emangnya kaget karena ngira buntut yang lain, hehehe...
Makanya... hati-hati kalau mau beli buntut ya...

Friday, April 11, 2008

Indonesia, Miniatur Dunia

Semenjak saya tinggal di luar negri, saya mendapatkan pengalaman baru untuk melihat lebih dekat keragaman manusia. Masih ingat kan ada 5 macam ras manusia di dunia ini, katanya Wikipedia nih:
  • Ras Khoisan (orang Bushmen atau Hottentot dari Afrika Selatan)
  • Ras Australoid (orang Dravida, orang Asia Tenggara "Asli", orang Papua, dan orang Australia)
  • Ras Negroid (Kulit Hitam)
  • Ras Kaukasoid (Kulit Putih)
  • Ras Mongoloid (Kulit Putih)
Di sini saya berkesempatan untuk bergaul lebih dekat dengan mereka, karena ternyata di Jerman sini banyak sekali pendatangnya. Terutama ketika ikut kursus bahasa, saya bahkan berkesempatan untuk ngobrol dan lebih mengenal budaya mereka.

Tapi kemudian, saya baru ngeh waktu itu.. kalau sebenarnya orang-orang asli Indonesia pun beragam, dari yang putih.. sampai yang hitam.. ada. Dari yang bermata sipiiit.. sampai bermata belo.. juga ada... Dari yang berambut lurus sampai keriting.. banyak... Terlepas apakah rasnya memenuhi kelima yang tadi atau tidak.. Tapi saya melihat keragaman itu.. tak ada bedanya seperti keragaman di dunia ini.. Dan setiap kali saya disuruh bercerita tentang negara saya.. selalu saya katakan dengan bangga bahwa Indonesia adalah miniatur dunia ..

Indonesia = China ???

Sehabis nganter Nadin ke TK, saya belanja ke toko dekat rumah. Kebetulan ketemu tetangga serumah, Herr Schmidt, namanya. Terus dia teh bilang, "Bu, anda dapat paket hari ini, kalau ada waktu, sekarang bisa diambil di rumah saya..". (keterangan: kalau kita mendapat paket dari pos saat kita tidak di rumah, biasanya (tidak selalu siih..) dititipin ke tetangga). Cihuyyyy... DVD pesenanku datang euy... Seusai belanja, langsung meluncur ke lantai 3, ngambil paket tea. Ternyataaa... paketnya guede banget... Masak sih dua buah DVD bisa segede gaban gitu??? Ooo.. mungkin kaki tiganya si Papa, pikirku.. Tanpa dilihat lagi namanya, kubawa aja langsung ke kamar. Pas dibaca lagi.... ternyata bukan untuk kami... itu untuk Tuan Ponn, tetangga bawah kami. Mereka adalah pasangan orang China (kali.. soalnya sipit, hihihi). Gondok juga nih.. masa sih si Tuan Schmidt gak bisa bedain muka kami??? dari namanya aja udah keliatan beda gitu lho...

Tapi.. memang... ternyata orang sini pada umumnya tidak bisa membedakan muka orang Asia.. maksudnya yang mana asalnya dr China, Thailand, Jepang, Korea, India, dll. Bagi mereka, semuanya sama, muka Asia... Sama sulitnya seperti kita membedakan bule.. yang mana bule Jerman, Inggris, Swedia, Amerika, Rusia, Eropa Timur, dll.

Ternyata kalau dilihat lebih dekat, muka kita yang melayu gini..(katanya wikipedia mah termasuk Australoid) ada mirip-miripnya juga sama orang China (mongoloid). Soalnya di antara beragamnya muka anak-anak di kelasnya Nadin, muka Nadin (Indonesia) dan Claudia (Vietnam), kemiripannya paling besar dibandingin dengan anak-anak yang lain. Kalau katanya Kang Dian sih... kita*) kan memang turunan Arab, China, sama India.. ya hasilnya kayak gini.. ke sana ke mari, miriiiip...

*) kita = orang Indonesia, bukan aku dan kang dian doank..

Wednesday, April 9, 2008

Pisang Molen Pamalesan


Description:
Ini dia resep favorit, enak dan cepaaaaat bikinnya. Resep yang PAS banget buat ibu-ibu pemalas seperti dirikuh.. :D:D:D
Hayo.. siapa yang tertarik bikin???? *NyariTemen* hehehe...

Ingredients:
1 bungkus Blaetterteig* beku
2 buah pisang setengah matang
coklat messes secukupnya
keju secukupnya

*Blaetterteig = adonan pastri siap pakai ;)
Isinya bisa diganti sesuai selera, bisa apel, nanas, dll.. tapi paporit saya mah da cuman pisang coklat keju...mmm... nyummmy...

Directions:
1. biarkan Blaetterteig di suhu ruang sampai layu, bagi 3.
2. cincang kasar pisang, biasanya kalau saya, pisang dibagi 4, kemudian diiris tipis, gak usah pake penggaris yah.. :D
3. campur pisang dengan messes dan keju
4. bungkus adonan isi dengan Blaetterteig, rekatkan ujungnya dengan garpu.
5. oles dengan telur
6. bakar di oven, sampai kuning kecoklatan
7. siap disantap.. hap..hap..hap....

Pilah-pilih Kinderwagen

Di Wohnung (tempat tinggal) kami sedang ada perbaikan listrik dan kawan-kawannya. Jadi berisik sekali, suara bor tak henti-hentinya dari mulai jam 8 pagi sampai jam 6 sore. Ditambah  lagi debu dan perkakas-perkakas si emang yang seringkali menghalangi jalan. Apalagi diriku harus keluar dengan membawa kinderwagen a.k.a stroller a.k.a kereta bayi, syusyahnya minta ampun deh... Akhirnya dicobalah keluar tanpa membawa alat yang satu ini. Kebetulan cuaca di Muenchen juga lagi bagus. Dan ternyata memang jauuuuuh lebih enak... SELAMA: perginya gak jauh-jauh dan gak mesti belanja banyak :D:D:D

Sejak punya anak di sini, memang jadi tergantung sama alat yang satu ini.. Tapi memang, di tidak-tidak juga, alat ini ngebantu banget. Maklum kan disini semuanya dikerjakan sendiri, dan saya termasuk orang yang tidak mau mengandalkan suami untuk berbelanja... dan paling males kalau harus belanja hari Sabtu... konsekuensinya, ya mesti belanja sendiri... Dengan dibantu alat ini, semuanya jadi lebih praktis dan hemat tenaga.. Si anak juga bisa tidur dengan nyaman di dalamnya. Ditambah lagi dengan kondisi kota yang mendukung... transportnya..  (selalu ada tempat khusus untuk Kinderwagen, untuk naek turun tangga pun hampir selalu ada lift atau tangga berjalan), trotoarnya... (nggak turun naik kayak di Bandung :D) dan lain-lainnya deh...

Ketika saya menanti kelahiran anak kedua, baru deh bingung... soalnya anak pertama masih kecil ketika adiknya lahir nanti.. baru 2 tahun lewat 2 minggu. Pada usia segini, si anak masih sangat membutuhkan kereta bayi ini, karena dia masih harus tidur siang dan sering kecapekan.. Dan kami, mau gak mau, harus keluar setiap hari.. selain mencari udara segar, juga mengantar jemput si kakak ke Kinderkrippe. Alternatifnya cuma satu yang dipikiran saya waktu itu, kami harus memakai Kinderwagen yang doble atau lebih dikenal dengan nama Geschwisterwagen... Kalau yang sering saya lihat ada dua macam, ada yang posisinya ke pinggir (yang cenderung jadi lebar sekali), dan ada yang ke belakang (yang cenderung jadi panjaaaang sekali). Dan terus terang saya tidak siap dengan kereta seperti itu...

Saya inginnya Kinderwagen yang bisa berfungsi single dan doble. Akhirnya nyari-nyari lah, dan ternyata banyak alternatifnya. Pilihan pertama sebenarnya jatuh ke Kinderwagen yang di sebelah ini. Kursi si kakak yang dibelakang bisa dilepas.. dan bisa dipasang di atasnya si adik kalau adiknya masih baru lahir Baca-baca review dari orang-orang udah oke.. hampir semuanya merasa puas. Kecuali.. satu.. dia bilang kursi yang belakang posisinya terlalu bawah, dan si kakak selalu megang-megangin rodanya. Alhasil, tangannya selalu kotor. Gara-gara review yang satu ini, jadinya yang ini dicoret dari list. Eh, jugaa.. karena harganya yang agak-agak di luar jangkauan kami denk.. :D:D:D Kemudian, kami menemukan model lain yang lumayan bagus juga. Bahkan sangat ringan, kecil dan sangaaaaat murah. Sayangnya kok tampak ringkih.. dan belum menemukan review dari orang-orang, yang ini dicoret juga.

Sampai akhirnya kami memutuskan membeli Kinderwagen yang di sebelah ini, yang paling perfect, menurut kami. Praktis.. tidak terlalu panjang, dan tidak terlalu lebar, desainnya cantik... kualitas materialnya juga tidak perlu diragukan lagi. Benar-benar mantaphhh deh bawa dua anak pake ini, gak khawatir patah.. Pokoknya enaaaaak banget ngedorongnya, hampir gak berasa.. Kalau ada tonjolan sedikitpun... jalan teruuusss... Harganya pun masih terjangkau, kebetulan waktu itu lagi diskon, karena warna yang kami beli merupakan stock terakhir. Kekurangannya cuma satu, Kinderwagen ini sangat besar dan sangat berat (16 kg ternyata berat banget ya?!), karenanya dinamakan si Badem. Makanya kalau mau naik Rolltreppe (tangga jalan), nahannya mesti sekuat tenaga dan ati-ati banget.. bawa dua anak lagi kan?! Pokoknya sebisa mungkin, pakai lift, meskipun mesti keliling dulu.

Eh, satu lagi, kursi si Kakak cuma bisa sampai anak 15 kg saja, jadi untuk anak yang agak bongsor gak akan kepake lama.. daaaan... kursi si kakak ini gak bisa dibobok-in, jadinya kalau si Kakak bobok, kepalanya mesti diganjel kayak gambar disamping, hehehe... Ada dua pendapat dari dua kubu mengenai Kinderwagen ini. Kalau saya ketemu orang Indonesia, pasti komentarnya, "Iiih.. gede banget.. gak berat bawanya???". Tapi kalau ketemu bule, mereka pasti bilang, "Toll! (hebat!), dimana belinya? boleh saya coba?".

Nadin pun sebenarnya senang duduk di kursi depan itu... Sampai akhirnya, 3 bulan kemudian, dia lebih senang jalan kaki... dan tidak mau lagi duduk. Ibunya gondok dong, udah bawa berat-berat, akhirnya gak dipakai. Akhirnya, kami lebih sering memakai Kinderwagen lama, si Lonon tea. Kalau Nadin jalan, Maryam diboboin. Kalau Nadin cape, Maryam digendong pake gendongan bayi. Lama-lama, Maryam juga semakin berat, dan gendongan bayi itu sering terlepas sendiri.. karena gak muat kali ya?! Akhirnya kini kami memakai Kinderwagen yang single lagi, tapi dilengkapi Buggyboard. Jadinya kalau Nadin cape jalan, dia tinggal berdiri aja di board-nya, dan swiiiing... meluncur deh... Sulitnya, kalau Nadin ketiduran di jalan, dan saya sedang jalan sendiri.. Makanya, sekarang mah diatur sedemikian rupa agar kami tidak keluar rumah di atas jam 12 siang :D:D:D

Setelah mengalami sendiri, ternyata kalau punya anak yang jaraknya nanggung, gak dekat dan gak jauh seperti ini (2 tahun), disarankan:
  • memakai Kinderwagen single yang bisa digunakan untuk babyborn sampai 3 tahun. Awal-awal.. bisa dipakai gantian, seperti saya tadi, kalau si Kakak mau duduk, ya adiknya digendong saja. Saat si kakak sudah lebih kuat jalannya, dan si adik pun semakin berat, bisa ditambahkan Buggyboard. Atau...
  • memakai Kinderwagen dobel aja sekalian dari awal.. lumayan.. bisa kepakai 1 - 1,5 tahunan. Kalau merasa kebesaran, atau kepanjangan... coba aja cari yang ukurannya kompak. Ada kok.. misalnya si Neneng Jane yang disamping ini, saya sudah melihatnya sendiri, ukurannya tidak jauh berbeda dengan yang single. Ini Kinderwagen kecengan saya berikutnya KALAU Maryam punya adik lagi sebelum umurnya 3 tahun, hehehe...

Monday, April 7, 2008

menyiasati biaya Kiga

Di Muenchen ada dua macam Kindergarten, privater- dan staedtischer/staatlicher- Kindergarten. Yang pertama bisa diartikan swasta dan yang kedua negri. Eh, tapi ada juga sih Kindergarten yang kristen.. itu masuknya swasta apa negri ya? gak tau juga.. :D Pokoknya sekarang mah saya bahas yang dua tadi aja.

Sistem pembayaran di kedua TK ini berbeda sekali. DI TK swasta biasanya lebih mahal... bahkan jauh lebih mahal... Namanya juga swasta, mereka kan biaya sendiri dan biasanya menonjolkan kelebihan-kelebihannya dia, agar orang tidak merasa rugi kali ya untuk membayar lebih mahal. Di TK ini, setiap anak harus membayar sama rata, tidak dibeda-bedakan. Menurut survey saya tahun lalu sih, rata-rata biaya TK swasta di sekitaran rumah saya berkisar sekitar 200-300-an Euro per bulan untuk 3 -4 jam saja per harinya. Dan itu baru iuran wajibnya saja.. belum termasuk uang makan, uang mainan, uang belajar musik, dll... dll.. Makanya (mungkin) biasanya anak-anak yang masuk TK ini adalah anak-anak dari keluarga yang kelebihan uang, hehehe...

Sedangkan untuk keluarga-keluarga yang dompetnya cukup lapang karena isinya sedikit seperti kami, lebih memilih Kindergarten negri. Selain harganya (jauh) lebih murah (bayangkan, untuk yang 5 jam per hari biayanya hanya 100 Euro saja, jauh kan sama yang tadi?), biaya yang harus dikeluarkan pun disesuaikan dengan pendapatan orang tua. Jadi Kindergarten negri ini, katakanlah, mendapat subsidi dari pemerintah. Semakin sedikit pendapatan ortu, semakin sedikit biaya yang harus dibayar.

Tapi ternyata... biaya yang harus dikeluarkan oleh orang tua tersebut, bukan dihitung dari pendapatan orang tua saat ini (aktual), melainkan dari pendapatan orang tua dua tahun lalu. Dan ini juga bukan tanpa alasan, katanya sih karena batas pembayaran pajak di Jerman kan 2 tahun. Jadi, pendapatan 2 tahun yang lalu bisa dipastikan pajaknya sudah dibayar.

Beruntungnya saya.. hehe... dua tahun lalu, status bapaknya Nadin masih doktorarbeit alias S3. Jadinya biaya yang harus dibayar juga hanya sekitar 55% dari yang seharusnya. Tapi kemudian mulai terpikir, bagaimana kalau tiba-tiba saat ini dia dipecat, otomatis pendapatan pun jadi berkurang kan?? Dan disaat pendapatan kecil ini, justru kami harus membayar biaya penuh. Waddduhh... pusing kan??!

Nah, katanya sebenarnya biaya ini bisa disiasati dengan cara menyimpan sisa uang yang seharusnya dibayar. Misalnya, kami seharusnya saat ini membayar 90 Euro, tapi.. kami hanya membayar 50 Euro saja. Maka sisa 40 Euro itu harus kami simpan sendiri, untuk jaga-jaga pembayaran Kiga dua tahun yang akan datang.... Jadi, seandainya dua tahun yang akan datang kami tidak punya kerjaan.. nomboknya jadi gak kebanyakan.. Nah, sekarang.. nabungnya itu yang susah :D:D:D

Friday, April 4, 2008

Singen und Bewegen 2

Rating:★★★★★
Category:Other
Singen und Bewegen (Gerak dan Lagu), dari judulnya saja sudah bisa dibayangkan seperti apa isinya. DVD ini merupakan hasil kerjanya Detlev Jöcker (Kak Seto kali ya kalau di kita mah :D). Di dalamnya terdapat 12 buah lagu dan 4 buah lagu ekstra yang diramaikan dengan gerakan-gerakan yang mudah diikuti oleh anak-anak. Cocok banget lah jadi salah satu alternatif penyaluran keaktifan anak-anak pecicilan, selain punya adik tentunya, hihihi... Cocok juga buat anak-anak yang kurang gerak.. (emang ada?). Terlebih lagi buat ibu-ibu yang kurang olahraga seperti saya, hahaha...

Lagu-lagunya bagus... cukup mendidik lah ya.. seperti misalnya lagu untuk membedakan kanan dan kiri. Iramanya juga cukup gembira, tidak terlalu agresif dan tidak malah bikin ngantuk.. :D

Gerakan-gerakannya cukup mudah diikuti, bahkan oleh anak yang baru satu tahun seperti Maryam... Sederhana dan tidak terlalu jelimet seperti tarian.. sederhana aja, lebih cenderung ke senam sih kalau aku lihat.. misal tepuk tangan, loncat-loncat, angkat tangan ke atas, ayunkan kaki, dan masih banyak lagi....

Dan satu lagi, si anak-anak yang ikut dalam DVD ini, sama sekali tidak dandan dan tidak berkostum. Bajunya hanya T-Shirt dan legging (celana olahraga), make up-nya pun cuma bedak aja. Bahkan mereka tidak memakai sepatu.. hanya kaos kaki saja. Persis seperti turnen (olahraga). Jadi inget waktu kecil, kalau mau mentas, dandanannya meni medok... aduduuuuuh... ampun dah...