Thursday, February 28, 2008

Wurmerkrankungen alias Cacingeun ;)

Kemarin di pintu depan Kiga terpasang pengumuman kalau ada satu anak terkena Wurmbefall. Walah.. penyakit apaan nih ya? penyakit apaa ya yang ada hubungannya dengan cacing? (waktu itu mikirnya cacing tanah ). Katanya kalau ada gejala, misalnya gatal-gatal di daerah After (apaan lagi nih??? mesti liat kamus dulu ), harus cepat-cepat ke dokter anak dan bilang ke pihak kiga. Waduh... ini pasti penyakit menular dan berbahaya lagi.

Setelah nyampe rumah, liat kamus, ternyata After = Anus. Langsung aja inget sama penyakit cacingeun.. alias cacingan. Saya sendiri tidak terlalu tahu banyak soal penyakit yang satu ini. Pokoknya waktu dulu teh inget ada iklan, minum C*mb*ntr*n 6 bulan sekali, biar bebas dari si Cacing..

Kalau udah gini, buka paririmbon deh, bukunya Dr. Capelle sama Dr. Keudel, "Kinderkrankheiten", ternyata memang ada penyakit yang namanya Wurmerkrankungen (penyakit cacing). Apa kata dokter Jerman tentang penyakit ini???

************************************
Cacingan pada anak-anak atau remaja pada umumnya disebabkan oleh Madenwürmer*, tapi bisa juga oleh Spulwürmer* dan Bandwürmer (cacing pita), melalui makanan yang kurang bersih, di bak pasir (Sandkasten) atau dari binatang. Telur cacing bisa sampai ke lambung dan usus melalui mulut, lalu berkembang biak di dalam tubuh.Cacing betina akan merayap keluar dari dalam usus, kemudian meletakan telur-telurnya di anus. Hal ini akan menyebabkan rasa gatal, dan melalui garukan, telur-telur ini akan menempel di bagian dalam kuku. Melalui mulut, telur-telur ini akan kembali ke dalam usus (Selbstinfektion). Siklus ini berlangsung sampai 2 bulan, oleh karena itu anak-anak yang terkena penyakit cacing seringnya mengalami dua sampai tiga kali pengobatan.

Madenwürmer* kelihatan seperti sepotong tali sebesar 1 sampai 2 mm yang bergerak-gerak di dalam Feces. Spulwürmer* tampak seperti Regenwürmer*. Dan Bandwürmer (cacing pita) dapat ditemukan dalam Feces anak seperti potongan Nudel (mie) sebesar 5 sampai 10 mm.

Gejala-gejala:
  • gatal di sekitar anus
  • ditemukan cacing hidup dalam Feces
  • sakit perut, bahkan sampai kolik (Kolikartige Leibschmerzen)
  • muntah
  • terbentuk lingkaran gelap di sekitar mata (Augenringe)
  • tampak lelah
  • berat badan tetap atau menurun
Haruskah anak dibawa ke dokter?
Pengobatan cacingan selalu ditangani oleh dokter. Dalam kasus penyakit ini, semua anggota keluarga sebaiknya diperiksa oleh dokter.

Pertolongan Dokter

Dokter akan memberikan obat cacing. Obat tersebut akan mematikan cacing, tapi tidak membahayakan tubuh anak.

Apa yang harus orang tua lakukan?
Perhatikan selalu cara penggunaan dari obat cacing yang digunakan. Selama masa pengobatan, sebaiknya anak memakai celana yang sempit untuk menghindari garukan. Perhatikan selalu kehigienisan: mainan, pakaian, perlengkapan makan dicuci dengan air panas dan sabun. Kalau tidak, telur cacing yang bisa melekat di kuku tadi bisa berpindah ke orang lain. Kuku anak-anak harus selalu dipotong pendek.

Obat tradisional:
Berikan selama satu minggu setiap pagi dalam keadaan perut kosong:
  • secangkir jus sauerkraut/kol asam (Sauerkrautsaft), atau
  • 100 g Sauerkraut mentah, atau
  • 2 sampai 3 buah wortel mentah

*) jenis-jenis cacing, belum diterjemahkan, mau nanya dulu sama ahli cacing
Sumber: Keudel, Capelle; "Kinderkrankheiten"; GU.



Tuesday, February 26, 2008

Perpustakaan Umum (Stadtbibliothek) di Munich

Sudah lama sekali saya tak berkunjung ke perpustakaan yang di Gasteig (Rosenheimerplatz). Terakhir kali ke sana waktu Maryam masih sangat bayi, dan Nadin masih dititip di Kinderkrippe. Perpustakaan ini memang tidak seperti perpustakaan-perpustakaan lain di sini pada umumnya. Anak-anak bukan hanya diberi pojokan khusus anak-anak, tapi diberi satu perpustakaan khusus yang biasa disebut Kinder und Jugendliche Bibliothek, letaknya masih di komplek itu, tapi gedungnya terpisah. Tapi akibatnya jadi kurang enak kalau kita pergi ke perpustakaan ini sambil bawa anak-anak. Karena suasananya yang hening dan kebanyakan dipakai belajar oleh para Student. Kemarin aku harus ke sana lagi karena sedang mencari buku, dan yang sedang tidak dipinjam hanya di sana.

Setelah sekian lama, jadi agak gagu lagi dengan sistem yang digunakan di sana. Sistemnya berbeda dengan perpustakaan-perpustakaan kecil yang lain, sebutlah "lebih mandiri". Saat meminjam, tidak perlu lagi kita bawa ke kassa untuk di-scan ama ibu/bapak penjaganya. Kita harus melakukannya sendiri dengan mesin yang tersedia di situ. Begitupun ketika mengembalikan, media yang kita pinjam cukup diletakkan di tempatnya, si mesin akan otomatis menelan media-media tersebut. Mesin untuk mengembalikan ada di luar perpustakaan, sehingga kita bisa mengembalikan barang meski perpustakaan sudah tutup. Kassa hanya digunakan untuk membayar, baik membayar denda ataupun membayar biaya pemesanan (tarif 1 Euro per media yang dipesan).

Perpustakaan yang dari tadi saya sebut-sebut biasa disebut Zentralbibliothek (perpustakaan pusat). Kalau ada pusat, tentu ada cabangnya kan?? Perpustakaan-perpustakaan cabang tersebut tersebar di seluruh Munich sebanyak lebih dari 25 buah. Setelah mendaftarkan diri dengan membawa passport dan Meldebescheinigung, kita  diberi kartu anggota dan diharuskan membayar, apakah mau per 3 bulan (biaya 6 Eur) atau per tahun (biaya 18 Eur). Untuk mahasiswa dan pensiunan mendapatkan keringanan setengahnya, untuk anak-anak dibawah 18 tahun, gratis. Kartu anggota tersebut boleh dipakai di semua cabang perpustakaan di Munich, dengan syarat media yang dipinjam dikembalikan ke perpustakaan tempat kita meminjam dan maksimal peminjaman 20 buah (mau pinjem DVD 20 buah juga boleh :D).

Ada banyak media yang bisa dipinjam di sana, dari mulai segala macam buku pengetahuan,  buku anak-anak, berbagai macam majalah, koran, CD, DVD, CD-ROM, video, komik, novel, dll. Kalau mau menggunakan internet juga bisa, tarifnya 1 Eur per jam.  Kalau saya seringnya minjem DVD, buku anak-anak, buku masak, buku keterampilan, komik, novel (seringnya gak dibaca), dan buku-buku buat belajar bahasa Jerman.

Selain itu, di perpustakaan juga banyak program untuk anak-anak. Misalnya vorlesen (dibacakan buku), basteln und malen (keterampilan dan menggambar), biasanya ini untuk anak-anak mulai 4 tahun. Atau sebulan sekali ada Krabbelgruppe untuk bayi sampai usia 10 bulan. Biasanya sih yang ini lebih untuk wacana ngobrol buat ibu-ibunya. Ada juga gerak dan tari untuk anak-anak usia 10 - 22 bulan. Tapi biasanya program ini berbeda-beda untuk masing-masing perpustakaan.

Hampir di setiap Gemeinde (kelurahan) memiliki perpustakaan. Di tempat saya tinggal dulu, di Unterhaching (kota kecil di pinggiran Munich), ada juga perpustakaannya. Perpustakaannya lebih kecil, tapi lebih nyaman menurut saya. Di sana malah serba gratis, kecuali buat yang terlambat mengembalikan. Tapi karena kecil, batas maksimal peminjaman dibatasi, untuk DVD cukup dua saja. Dan dendanya juga per minggu.. jadinya kalau udah telat dua hari, sekalian aja deh di semingguin :D. Kalo terlambat sehari, biasanya mereka masih toleran.

Waktu akhir tahun kemaren pulang ke Indonesia, saya sempat bertanya ke teman, ada gak ya di Bandung perpustakaan umum, yang bisa dikunjungi siapa saja, dan medianya pun umum, tidak cenderung pada bidang tertentu. Katanya dia sih ada di Soekarno Hatta, cuma karena anak-anak sakit, jadinya gak sempet ke sana, jadi belum ngeliat langsung perpustakaan di sana kayak gimana.

Oiya, jadi inget waktu kecil, di kampung saya tidak ada perpustakaan, yang ada hanya taman bacaan. Kalau kita mau pinjem ke rumah, harus bayar. Kalo gak salah sih malah gak boleh baca di sana. Jadi intinya mau gak mau harus bayar. Taman bacaan itu sempat mencapai puncak kejayaan, dan menjadi favorit anak-anak dan remaja kampung saat itu. Tapi lama-lama ditutup, gara-gara buku-bukunya banyak yang gak balik lagi. Sebenarnya kalau sudah telat, biasanya ada utusan taman bacaan itu yang ke rumah nagih bukunya. Tapi mungkin yang minjem lebih galak dari yang meminjamkan buku.. jadinya... bangkrut deh. :D:D:D Tampak butuh aturan yang lebih keras biar si peminjam disiplin dan takut kalau bukunya sampai rusak/hilang, dan taman bacaan/perpustakaan pun bisa tetap berdiri dengan kokoh.

Friday, February 22, 2008

Muffin bintik-bintik


Description:
Gak tau kenapa tiba-tiba kemarin ingin sekali makan Muffin. Udah lama gak bikin kali ya?! Untung cuma Muffin, yang katakanlah bahan-bahannya selalu ada di rumah, bikinnya pun gampang dan cepat. Anak-anak pun lahap...

Ingredients:
Resep dasar Muffin:
240 g tepung
90 g gula pasir
1 sdt baking powder
1/2 sdt garam
60 mL minyak
1 buah telur
125 mL susu

Resep ini diambil dari http://www.muffin-welt.de

Bahan tambahan:
messes (Schokostreusel) sesuai selera
*bisa diganti apa aja sesukanya: apel, kacang, nuttela, dll*

Directions:
1. Campur tepung, gula, garam dan baking powder dalam wadah
2. Kocok telur dalam wadah terpisah, sirami susu dan minyak
3. Masukkan adonan telur ke dalam campuran tepung
4. aduk rata, masukkan bahan tambahan, aduk rata lagi.
5. masukkan ke dalam cetakan Muffin
6. Bakar selama 20 menit pada suhu 180 derajat

Wednesday, February 20, 2008

Ulang tahun itu....

Suatu hari, ada anak kecil yang merengek sama bapak dan ibunya, dia minta ulang tahunnya dirayakan seperti juga teman-teman di sekitar rumahnya. Tapi sang bapak tidak mengizinkan, merayakan ulang tahun tidak ada dan tidak akan pernah ada dalam kamus hidup beliau. Itulah bapak saya. Dan anak kecil yang merengek tadi adalah diriku :D. Sampai kini... saat putri bungsunya hampir 27 tahun.... sampai beliau hampir mendapatkan cucu ke-20, prinsip itu tidak pernah berubah...

Kenapa sih?? gak punya uang ya??? :D
Salah satunya iya.. saat saya merengek-rengek tadi, mungkin usia saya sekitar 4-5 tahunan. Dan saat itu, 4 orang kakak saya sedang kuliah dan SMA di Bandung, 3 lagi masih sekolah di Singaparna (Tasik). Jadi kalaupun bapak saya punya uang, tentu akan lebih baik untuk hidup dan sekolah ketujuh kakak saya dulu... Selain itu, menurut beliau, ulang tahun ini bukanlah kebiasaan orang Islam, Rasulullah tidak pernah mencontohkan merayakan ulang tahun dengan tiup lilin sambil nyanyi-nyanyi, katanya. Menurut bapak saya, ini adalah kebiasaan orang k*****n. Maksudnya mah orang barat kali, kan k*****n identik dengan barat ya?! Dan waktu itu, sayapun nurut.

Beranjak dewasa, sayapun dengan terpaksa harus berpisah denga orang tua untuk mengikuti jejak ketujuh kakak saya yang berhasil menginjakkan kakinya di Bandung. Alhamdulillah waktu itu berhasil lolos ke salah satu SMA favorit di Bandung. Nah, disini malah lain lagi. Ternyata kalau ABG di Bandung (baca: kota, hihihi) merayakan ulang tahunnya dengan menraktir temen-temennya. Saya pun pernah ikut-ikutan, baik sebagai yang ditraktir maupun jadi yang nraktir. Hihihi.. gaya bener nih anak kos.. pake nraktir temen segala :D:D:D yah, saya mah gak pernah banyak2 nraktirnya, palingan 2 atau 3 orang, itupun di kantin sekolah atau ayam Lamping, hehe... Setelah kuliah mah kayaknya dah gak pernah lagi gini-ginian...

Ternyata.. saya bukanlah satu-satunya orang yang ulang tahunnya tidak pernah dirayakan. Suami saya juga ternyata begitu. Jadi klop deh... Sayangnya, hal ini jadi tidak klop ketika kami harus hidup di sini, dimana ulang tahun menjadi momen yang sangat penting bagi orang-orangnya. Contohnya: Bos KangDian yang sekarang sangaaaaat memerhatikan anak buahnya. Dia tau kapan si A ulang tahun, kapan si B, kapan si C, bla..bla..bla... Jadinya, tiap ada yang ulang taun mesti dirayakan di tempat kerja. Untunglah (seperti kata Mbak Farida), kalo orang Jerman mah gak ribet. Gak harus ada nasi kuning lengkap, gak harus ada kue tar yang indah dengan segala macam dekorasinya, apalagi deko ruangan :D:D:D Yah, dengan Brezen (roti khas Bayern yang perintal-perintil itu lho?! bahasa inggrisnya mah Pretzel) aja udah cukup tuh.... Untuk ulang taun KangDian sendiri, kadang saya bikinkan kue, kadang pesen aja di Bäckerei kantor, yang penting memenuhi syarat aja.

Hari Minggu pekan lalu, putri kecil kami pun berulang tahun yang ketiga. Tapi... tak ada yang istimewa di hari itu. Tak ada hadiah besar untuknya.. tak ada kue tar yang indah dengan kelap-kelip lilin-lilin cantik. Bahkan kecupan selamat ulang tahun saat dia bangun tidur pun tidak ada. Semuanya berjalan normal, persis seperti hari-hari biasa. Bahkan sang ibu dan bapak sibuk melayani dua orang tamu yang kebetulan menginap di rumah kami. Sorenya barulah si ibu sibuk membuat kue untuk dibawa ke Kindergarten keesokan harinya. Dan inipun sama kasusnya dengan ulang taun kangDian di kantor, hanya untuk memenuhi syarat :D:D:D

Kebetulan KangDian ada seminar diluar kota sampai hari ini (Horrreeee.... Papa pulang!!!!), maka kameranya yang segede badem itupun dibawanya. Jadi acara di Kiga kemaren hanya diabadikan pake video. Tapi jadinya malah lebih bagus. Aku jadi tau, bagaimana Nadin bingung ketika disuruh niup lilin (da belom pernah tea disuruh niup lilin, tiba2 dia dikasih 3 buah lilin sekaligus, hihi..). Lucunya, ketika dia disuruh ngasih bungkusan Suessigkeiten a.k.a coklat, permen, dkk, ke temen-temennya, dia malah makan sendiri, hihihi... dasar. Apalagi ketika teman-teman menyelamatinya, dia malah cuek aja makan. Sampe akhirnya ada anak cowok yang salamnya gak dibales, dia jadi meluk dan nyium Nadin. Duh... Nak.. kalo udh gede, malu deh kamu digituin, hihihi....

Oya, terima kasih untuk Bukde dan Tante yang sudah mengucapkan ulang taun ke Nadin kemarin. Semoga doa-doanya dikabulkan Allah, dan kebaikan Bukde dan Tante juga dibalas oleh-Nya dengan yang lebih baik.

PS kanggo Nadin: Wilujeng tepang taun, Sayang. Sing emut nya, yen pami ulang taun teh Nadin tambih nyaketan kanu namina maot. Kumargi kitu, Nadin kedah langkung caket kanu Kawasa. Duakeun Mamah sareng Papah sing tiasa ngadidik Nadin, Maryam sareng rai-raina janten putra-putri nu saroleh. Amiin...

Tuesday, February 19, 2008

Kenapa mogok?

Tadi pagi saya mendapat surat dari Kindergarten, yang menyebutkan bahwa  Kiga akan tutup pada hari Kamis, 21.02.2008, dalam rangka Warnstreik (mogok) yang kemarin saya ceritakan itu lho?!

Ternyata pemogokan ini dilakukan oleh Ver.Di (Vereinte Diensleistunggewerkschaft), persatuan tenaga kerja. Para guru TK tergabung di dalamnya. Ternyata Ver.Di ini menuntut kenaikan gaji sebesar 8%, tapi minimal 200 Euro. Karena sejak 2004 lalu mereka belum mengalami kenaikan gaji.

Sebenarnya pada tanggal 24.01.2008, telah ada penawaran 5% kenaikan gaji. Tetapi pada kenyataannya ternyata, 4% kenaikan gaji akan mengalami perpanjangangan selama 2 tahun (gak terlalu ngerti juga maksudnya, apakah ditunda selama 2 tahun, ataukah diberikan bertahap selama 2 tahun), sedangkan 1% diambil lagi dan diberikan hanya kepada yang berprestasi. Selain itu, si pemberi kerja/atasan juga meminta penambahan jam kerja dari 38,5 jam menjadi 40 jam per minggunya. Tentu saja para pekerja merasa dirugikan.

Sebagai orang tua, tentunya kita juga kena dampaknya. Saat mogok nanti, anak-anak dengan terpaksa harus tinggal di rumah. Bagi saya tidak bermasalah, toh saya juga tinggal di rumah. Tapi bagi ibu-ibu yang sekolah atau bekerja, mungkin dengan terpaksa harus mengorbankan sekolah/kerjanya hari itu. Nah, jika para ibu guru itu jadi naik gaji, mungkin gak ya, bayaran TK per bulan pun akan naik?? siap-siap aja kali ya?!

Friday, February 15, 2008

Mogok.

Sejak hari Rabu, di TK Nadin ada peringatan kalau kemungkinan dalam beberapa hari ke depan akan ada pemogokan. Dan itu artinya, Kiga bakalan tutup. Jadi, kami sebagai orang tua, harus memantau berita setiap hari tentang pemogokan ini.

Setau saya, cuma angkutan umum yang suka mogok. Beberapa waktu lalu, pernah S-Bahn mogok karena pegawainya menuntut kenaikan gaji. Tapi semogok-mogoknya mereka, masih tetap jalan kok, yang asalnya 20 menit sekali, jadi sejam sekali. Yah, minimal untuk kami-kami yang tidak punya kendaraan pribadi (kecuali sepeda :D ), masih bisa keluar rumah untuk melakukan aktivitas seperti biasanya, meskipun waktunya jadi lebih rumit.

Setelah baca koran, ternyata memang sedang ada pemogokan. Selain para perawat, juga KiTas (Kindertageseinrichtung), Verwaltung, Sparkassen, Bundeswehr, Ver- und Entsorgung.
Kenapa mogok?? karena tawaran dari kantor tempat mereka kerja tidak bisa diterima, katanya.

Hm.. ternyata dimana-mana sama aja..

Thursday, February 14, 2008

Peristiwa mengerikan di Hauptbahnhof

Kemarin, selepas mengantar Nadin ke Kiga, saya dan Maryam pergi ke Hauptbahnhof. Ketika turun dari U-Bahn (Subway), entah kenapa orang-orang berebutan naik lift. Harusnya kan itu jatah saya yang membawa stroller.. Ternyata memang tangga berjalan yang terdekat ditutup, bukannya tidak jalan, tapi ditutup!!! udah gitu ada beberapa orang berseragam polisi di situ. Daripada menunggu lama, saya lebih suka memakai tangga jalan yang satunya lagi meskipun harus jalan agak jauh. Ketika kami sampai di lantai berikutnya (belum sampai diluar, karena masih harus naik satu lantai lagi untuk sampai si Sperrengeschoß), saya melihat ada banyak darah menggenang di lantai, dan berceceran di sekitar tangga yang ditutup tadi. Darah-darah itu sedang dibersihkan. Walah.... liat darah segitu banyak... kaki langsung lemas... saya memang agak tidak tahan melihat darah.. dan kejahatan tentunya... Karena itu pastilah akibat dari satu tindak kejahatan.

Ternyata beritanya baru keluar pagi ini, karena kejadiannya memang baru kemarin pagi hari sekitar pukul 7.45. Penyebabnya ternyata sepele aja, masalah tempat duduk di U-Bahn. Jadi si pelakunya adalah seorang kakek tunawisma berumur 64 tahun. Ketika itu U-Bahn sangat penuh, dan si kakek duduk dengan tas ransel diletakkan di kursi sebelahnya. Di Sendlinger Tor, naiklah si pelajar berumur 26 tahun, dia hanya melihat tempat duduk yang kosong di sebelah si kakek itu. Tanpa permisi, dia langsung duduk aja, mendorong tas si kakek yang diletakkan di situ. Si kakek ga terima, merasa tidak dihargai, dan dia bilang kalau dia punya pistol yang bisa dia tembakkan kapan saja. Di Hauptbahnhof, diapun turun, sambil meludahi si pelajar tadi. Tentu saja dia juga tidak terima diperlakukan seperti itu. Dia kejar si Kakek, akhirnya pertengkaran terjadi di atas tangga berjalan. Tiba-tiba si Kakek mengeluarkan pisau lipat dan melukai muka si pelajar. Untunglah ada orang yang memegangi si kakek, sehingga gerakannya dia menjadi berkurang. Diapun kabur dan masuk ke dalam S-Bahn. Saksi lain mengikuti si kakek sambil nelepon polisi, akhirnya si kakek tertangkap di Isartor. (Hebat ya polisi sini... cepet banget kerjanya, itu kan hanya 3 halte saja).

Hm.. dari situ kelihatan sekali, kalo menjaga kesopanan itu penting. Yang muda menghormati yang tua.. yang tua mengayomi yang muda. Saling menghormati... saling memberi.. Mudah-mudahan kita semua selalu dijauhkan dari masalah-masalah semacam ini. Amiin...



Tuesday, February 12, 2008

Asal-usul Familienname

Familienname atau nama keluarga di Jerman punya peranan lebih penting daripada nama depan. Untuk kesopanan, orang yang tidak kita kenal/baru kenal dipanggil dengan nama keluarganya dan "Anda". Bahkan dengan tetangga sekalipun... sampai kita merasa akrab, dan bersepakat dengannya untuk saling memanggil "kamu" sekaligus menggunakan nama depan. Karena itulah nama keluarga lebih dikenal dibandingkan nama depan. Hampir di setiap tempat, orang-orang hanya memasang nama keluarganya, misal di bel pintu rumah, papan nama tempat kerja, dll. Dari situlah saya mulai memerhatikan, ternyata nama keluarga orang Jerman itu unik-unik kalau diartikan ke bahasa kita, ada yang berupa pekerjaan, nama kota, kata sifat, dll. Kata guru saya, kalau membaca nama jangan diterjemahkan ke bahasa sendiri. Karena bagi mereka, itu adalah sebuah nama. Tapi bagi saya, orang asing yang belajar bahasa sini, ketika membaca kata yang kita kenal, otomatis menerjemahkan kata tersebut ke bahasa saya sendiri. :D

Tidak semua orang suka dengan nama keluarganya. Tapi bagaimana lagi? toh nama tersebut dia dapatkan secara turun temurun.. Dari sinilah timbul rasa penasaran saya, darimana sih datangnya nama keluarga tersebut? Ternyataaaa...ada sejarahnya lho!

Nama keluarga pertama kali muncul pada abad ke-9 di Venedig (Venice). Pada abad ke-10 nama keluarga mulai merambah ke Italia utara dan Perancis selatan. Pada abad ke-11 penggunaan nama keluarga menyebar ke Catalonia dan Perancis Utara, dan pada abad ke-12 mulai masuk ke Inggris dan Swiss. Setelahnya barulah nama keluarga digunakan di beberapa kota di Jerman Barat dan Jerman Selatan. Awal abad 15, nama keluarga mulai digunakan di seluruh Jerman, meskipun masih bisa berubah, misalnya karena pindah tempat atau berubahnya pekerjaan. Pada awalnya kaum ningrat saling berseteru memperebutkan gelar masing-masing dan meresmikannya menjadi nama keluarga mereka yang permanen. Setelah itu, barulah diikuti oleh para bangsawan dan warga kota. Untuk kalangan petani hal tersebut baru berlaku pada abad ke-19. Awalnya, di Jerman Selatan dan beberapa daerah di Austria, nama keluarga untuk perempuan diberi akhiran -in, misalnya Bauer jadi Bauerin. Hal ini masih terjadi sampai abad ke-18.

Nama-nama keluarga di Jerman diambil dari:
  • pekerjaan (Müller <penggiling>, Schmidt <pandai besi>, Schneider <pemotong>, Fischer <nelayan>, Becker <asalnya dari Bäcker <tukang roti>, Schäfer <penggembala>, dll)
  • asal daerah (biasanya yang berakhiran -berg, -bach, atau -tal, Adenauer <asal Adenau>, Bayer <asal Bayern>, Böhm <asal Böhmen>
  • nama depan Ayah/Ibu (Hartmann, Werner, Herrmann, Walter, Friedrich, Günther, dll)
  • karakteristik orang tersebut (Klein <kecil>, Groß <besar>, Lang <panjang>, Kurz <pendek>, Braun <coklat>, Schwarz <hitam>, Gut <bagus>, Böse <jelek>, dll).
  • nama binatang (Fuchs, Wolf, Luchs)
Pemakaian nama keluarga ini ternyata memaksa kita (orang Indonesia) yang sebenarnya tidak memiliki nama keluarga... (hanya sebagian kecil dan dari daerah tertentu yang punya nama keluarga) untuk memakai nama keluarga juga. Seperti yang pernah diceritakan oleh Mira, bahwa hal ini tidak bermasalah bagi orang yang mempunyai nama dua kata atau lebih. Nama belakangnya bisa digunakan untuk mengisi kolom nama keluarga yang wajib diisi. Sedangkan untuk yang namanya hanya terdiri dari satu kata, terpaksa kolom nama keluarga diisi dengan nama depan yang hanya satu-satunya itu, sehingga namanya jadi dobel. Misalkan namanya Nengtina, jadi Nengtina Nengtina. Atau kolom tersebut diisi dengan Ohne Nachname (artinya: tanpa nama belakang). Jadinya dia punya nama baru Nengtina Ohne Nachname.

Ada kejadian juga keluarga yang mempunyai anak dua, kedua anaknya memiliki nama yang berbeda, yang beda pula dari bapak dan ibunya. Jadi kedua anak tersebut disangka bukan anak si bapak ini, tapi dari dua bapak yang lain. Udah gitu.. karena ibu bapaknya beda, disangkanya tidak menikah pula... *gubrakss*

Ketika Nadin lahir, jika anak tidak diberi nama keluarga urusannya jadi agak ribet. Banyak ditanya itu dan ini. Meskipun bisa sih sebenarnya. Tapi waktu Maryam lahir, malah ditawari, mau pakai nama keluarga atau tidak? Jadinya kalau tidak ada nama keluarga di akta lahirnya di tulis Eigenname (nama sendiri). Meskipun Nadin dan Maryam namanya pake embel-embel Nugraha... tetep ditulisnya Eigenname. Kenapa?? karena nama ayah ibunya juga Eigenname.

Sebenarnya hal ini tidak terlalu bermasalah ketika kami mengurus hal-hal yang tidak terlalu resmi, misalnya daftar langganan telepon, internet, dll. Tapi jadi ribet urusannya kalau sudah mengurus surat-surat resmi seperti Visa contohnya. Mungkin karena sistem baru, jadinya mereka belum konsisten dalam mengelompokkan data. Sebagai contoh, biasanya data-data itu disusun dalam abjad berdasarkan nama keluarga. Karena kami termasuk Eigenname, maka nama kami tersusun bukan dari abjad nama keluarga, tapi abjad nama depan. Oleh karena itu, data kami pun terpisah-pisah. Ketika kami memperpanjang Visa misalnya, kami diminta ngantri di kassa yang memuat huruf "N" dari "Nugraha". Setelah menunggu lamaaaaaaaa.... akhirnya dipanggil.... ternyata kami disuruh menunggu di kassa yang memuat huruf "D" dari "Dian". Yah.. ngambil no antrian dari awal lagi dong... setelah itu, "data istri Anda tidak ditemukan" katanya... disuruhlah kami ke kassa yang memuat huruf "T" dari "Tina".... dan kalau masih belum ditemukan juga, coba ke kassa "M" katanya...  Pokoknya kalau kami mau ke KVR (seperti kelurahan kalau di Indonesia), kami harus mnyiapkan mental dan fisik untuk berada di sana selama sehari penuh..

Friday, February 8, 2008

kehilangan pekerjaan??? dont't worry be happy laaaah...

Seminggu terakhir ini, kami dikunjungi oleh seorang teman lama dari Indonesia, sebutlah namanya "Kang A". Muenchner pada tau kan siapa?? Dulunya beliau bekerja di sini, tapi  semenjak 4 bulan yang lalu memutuskan untuk kembali ke Indonesia dan berkiprah di negeri sendiri. Katanya sih si "Kang A" ini datang kembali ke Jerman untuk mengurus beberapa hal yang belum selesai, termasuk salah satunya mengurus Arbeitlosgeld.

Arbeitlosgeld adalah uang yang diberikan kepada orang yang kehilangan pekerjaan, baik itu dipecat ataupun mengundurkan diri. Aku sendiri sudah pernah mendengar sebenarnya tentang Arbeitlosgeld ini. Hanya waktu itu tidak tahu nominalnya berapa. Ternyata dari cerita "Kang A", Arbeitlosgeld diberikan setiap bulan selama setahun, sebesar 60% dari netto penghasilan dia sebelumnya. WOW!! Tampak masih bisa untuk memenuhi kebutuhan hidup tiap bulannya  bukan?? :D . Jika di tahun kedua masih belum mendapatkan pekerjaan, akan ada Arbeitlosgeld gelombang kedua, tapi besarnya lebih kecil dari yang pertama.

Selain itu, dia juga ditawari untuk berwiraswasta. Untuk yang satu ini, dia akan mendapat tambahan modal sebesar 300 Euro tiap bulannya. Sayangnya hal ini hanya berlaku untuk orang-orang yang masih menetap di Jerman. Karena si "Kang A" sudah memutuskan untuk kembali ke Indonesia, maka dia tidak berhak lagi atas tunjangan-tunjangan tersebut. Lagi-lagi.... si "Kang A" ternyata tidak pulang dengan tangan kosong, karena Arbeitsamt akan memberikan tunjangan padanya untuk keberadaan dia selama 10 hari ini di Muenchen.. lumayan lah, jadi dapat 20% netto gaji..

Hm... ternyata kalau kehilangan pekerjaan di sini tidak ada yang perlu dikhawatirkan, minimal untuk bertahan hidup mah masih ada. Lagipula, biasanya jika seseorang akan dipecat, perusahaan seharusnya memberitahu dulu 3 bulan sebelumnya. Begitupun kalau seseorang akan mengundurkan diri, dia harus memberikan surat pengunduran diri itu 3 bulan sebelumnya. Minimal, seperti itulah aturan yang berlaku di tempat kerja Kang Dian.

Oya, jadi ingat beberapa tahun yang lalu, sewaktu aku masih mahasiswa, sempat bekerja sampingan sebagai pemandu. Nah, di tempat aku kerja itu, sering sekali ada pemecatan mendadak, terutama menimpa para Satpam. Kasihan sekali mereka, kebingungan harus kerja apa untuk makan dia dan keluarganya. Kapan ya di Indonesia akan ada aturan seperti di sini??

Sunday, February 3, 2008

14 hari boleh kembali

Sejak umur 2 tahun, Nadin udah mulai bisa milih baju yang mau dia pakai. Jadi agak repot juga sebenarnya, karena seringkali dia tidak mau memakai baju yang sudah aku siapkan sejak malamnya. Perlu berbagai macam jurus untuk membuat dia segera memutuskan mau memakai baju yang mana. Misalnya: "kalau Nadin pakai baju warna kuning, jadi sama kayak Lala... mau?", "kalo Nadin pakai baju ini keliatannya cantiiiik deh.." dsb... dsb... Acara pilih-pilih baju ini mengakibatkan kami selalu terlambat (Waktu itu aku harus mengantar Nadin ke Krippe, kemudian aku pergi ke tempat kursus).

Bukan hanya ini, pernah beberapa kali dia menolak baju yang aku beli, dia sama sekali tidak mau memakainya. Dia malah lebih suka memakai baju bekas yang dikasih oleh (ibu) teman-temannya. Dengan bangga dan wajah penuh kebahagiaan, dia akan mematut-matut diri  di depan kaca. Mungkin Nadin senang karena penampakannya jadi sama dengan temannya, atau mungkin menurut dia, dia jadi bisa kembaran sama temannya itu, entahlah...

Minggu lalu akupun membeli jaket baru buat Nadin, karena yang lama udah mulai kekecilan. Setelah ngubek-ngubek, nemulah jaket warna pink tua dengan hiasan bulu-bulu halus warna putih (pink adalah warna yang TIDAK pernah dia tolak). Dengan hati gembira, akupun pulang dengan membawa satu kantong besar berwarna hijau putih. Entah kenapa... kalau aku pulang membawa sesuatu buat anak-anak... hati ini senang bukan kepalang.. Sesampainya di rumah aku bukalah bungkusan itu, dan kuperlihatkan padanya. Ternyata.... ekspresinya tidak seperti yang dibayangkan. Dia menolak... "kenapa? jelek ya Sayang?", "jelek..." katanya...  Aduduh... mukaku kayaknya udah merah kuning hijau deh... guusfrabaaaa....

Ini bukanlah kejadian pertama buat kami, dimana kami merasa tidak puas dengan barang yang kami beli. Dulu pernah membeli jaket yang risletingnya agak-agak macet, baju yang kedodoran, MP3 player yang gak jalan, bahkan koper yang ternyata tidak seindah seperti di gambarnya. Bisa dibayangkan, dengan barang-barang yang kurang memuaskan itu, tentunya kami sudah punya gudang khusus untuk menampungnya. Ternyata.. TIDAK! Dengan mudah, kami bisa mengembalikan barang-barang tersebut ke penjualnya. ASAL tidak melebihi 14 hari dari saat kita belanja.

Biasanya kalau kita belanja online, selain bon tagihan, kita juga diberi selembar bon pengembalian barang. Dalam bon itu tertera beberapa pilihan kenapa kita mengembalikan barang tersebut, apakah ukurannya tidak cocok, rusak, tidak suka dengan warna atau bahannya, dan lain-lain. Jadi dengan mudah, kita bisa mengembalikan barang tersebut.

Selama kami tinggal di sini, kami lebih suka melakukan belanja online. Terutama untuk barang-barang yang harganya agak mahal, juga barang-barang yang besar dan berat. Selain lebih praktis (tinggal klik dan si barang sampai di depan pintu), juga harganya relatif lebih murah. Untuk masalah pembayaran, biasanya tersedia beberapa opsi yang bisa kita pilih. Suka-suka.. mana yang menurut kita lebih aman. Pilihan tersebut diantaranya:
  1. Kreditkarte: pembayaran dengan kartu kredit
  2. Rechnung: Tagihan dikirimkan bersamaan dengan barang. Biasanya pembeli diberi waktu 14 hari untuk membayar. (Tergantung kebijaksanaan toko sebenarnya)
  3. Bankeinzug: penjual akan mengambil tagihan dari rekening pembeli.
  4. Nachname: pembeli membayar setelah menerima barang pada orang yang mengantarkan barang.
  5. masih ada yang lain gak ya???
Poin pertama adalah poin yang paling jarang kami pilih. Bayar sekarang atau nanti toh sama saja, kecuali kalau memang kami sedang tak punya uang atau si kartu kredit sudah kelamaan nganggur :D:D:D

Poin kedua, biasanya dipilih untuk toko-toko yang baru buat kami. Biasalah... takut ketipu.. :D

Poin ketiga, biasanya dipilih ketika kami belanja dari toko-toko yang sudah terpercaya, Amazon, misalnya...

Poin keempat, biasanya dipilih ketika kami membeli barang-barang yang cukup mahal, misalnya laptop, TV, dll.

Pernah satu kali aku bertanya pada Kang Dian, "Kang, kenapa ya penjual di sini mau-maunya ngirim barang duluan (lihat poin 2), padahal kan bisa aja pembelinya kabur, gak bayar...". "Dasarnya kepercayaan, Sayang..." jawabnya.