Wednesday, December 7, 2011

Lucunya Neng Iyam.. :)

Anak saya yang satu ini memang paling lucu.. pembawa kehangatan dalam keluarga.. kalau dia sakit/tidur, rumah rasanya kosooooooong deh.. Ini cerita yang membuat saya tertawa lagi, kejadiannya kemarin sewaktu kami sedang di perpustakaan. Sebelum kegiatan berlangsung (ceritanya mo ikutan Vorlesen a.k.a dibacakan cerita), saya minta anak-anak untuk ke kamar mandi dulu, daripada nanti pas lagi mendengarkan cerita tiba-tiba mau pipis. :D

Nadin duluan, seperti biasa, dia tutup pintunya (karena sudah punya rasa malu), dia kunci dari dalam, bahkan dia sudah bisa bersih-bersih sendiri. Nah, Maryam giliran berikutnya, dia ikut-ikutan, tutup pintu, kunci pintu. Lah saya ketinggalan di luar, gimana nih? dia bisa buka kunci gak nanti ya? moga-moga aja kuncinya bukan termasuk kunci yang susah dibuka, harap saya. Tak lama kemudian, diapun teriak seperti biasa,

"Mamah, udah pipisnya."
"oke, buka pintunya." kata saya.
"gak bisa." jawabnya dengan nada tenang, "Mamah aja yang bukain pintunya."
"Lho?! mamah gak bisa bukain pintunya, kan pintunya dikunci sama Maryam dari dalam." *Mamah mulai panik"
"Sama, Maryam juga gak bisa bukain pintu karena Maryam lagi duduk di toilet. Ayo, mamah aja yg buka pintunya"
*gubrag*
Setelah nego beberapa menit, akhirnya mau juga dia menyerah membukakan pintu dari dalam plus pake acara salah muter pula. :))

***********************************

Malam-malam sebelum tidur dia bercerita,
"Mamah, tadi kata gurunya, anak-anak harus dengar apa yang dibilang sama Nikolaus."
"Hm.. tapi kamu mah harusnya denger apa yang mamah/papah bilang ya.." kata saya.
"Eh, tapi tadi Nikolaus bilang apa emang?" *Mamah penasaran*
"Maryam sudah lupa."
*Mamah pingsan*

Sunday, December 4, 2011

Du licious!

Sore ini ketika kami membuat muffin di dapur, seperti biasa, anak-anak seneng banget nyicipin bahan-bahan mentahnya si kue, dari mulai tepung, susu, sampai coklat-coklatnya, kecuali telur aja yang tidak suka mereka cicip. Kebetulan kali ini kami membuat muffin bintik-bintik, jadi mereka tertarik sekali untuk mencicipi butir-butir coklat messes.

"Hmmmm... delisius!!" kata Nadin sambil merem melek. (delisius = delicious, sengaja ditulis pengucapannya, agar pembaca sama oon-nya kayak penulis :D ).
"Hmmm... dulisius!!" kata Maryam ikut-ikutan..
"Hmmm.. dulisius.. katanya Maryam.. kalau kata si ini (sambil nunjuk messes), ihlisius." lanjutnya..

Awalnya saya nggak terlalu ngeh.. Tapi dia ulang berkali-kali kalimat tersebut. Akhirnya saya tanya ulang karena penasaran,

"kok coklatnya bisa ngomong? dia ngomong apa tadi?"
"Ihlisius! kalau kata Maryam dulisius." jawabnya.

dan *zzzt.. zzzt..* baru deh kabel-kabel di otak saya bisa nyambung sinyalnya dengan kalimat si sayang.. :D

"Ach soooo, jadi kalau kata Maryam 'Du licious!' dan kata si coklat 'Ich licious! gitu?!" (ket: Du = kamu, Ich = aku)
Dia pun mengangguk mantap..

Ah, Maryam, I love You!!!

Monday, November 28, 2011

Maroni/Maronen/Ess(Edel)kastanien a.k.a Chestnut

Hm.. apa ya bahasa Indonesianya kacang yang satu ini? masa iya sih 'kacang dada'? :D kalau lihat di Google translate, ini diartikan sebagai Kastanye, tapi saya sendiri belum pernah mendengar namanya waktu masih di Indonesia. Okelah, untuk mudahnya sebut saja Maroni atau Maronen seperti orang sini biasa menyebutnya :D

Pertama kali saya mencicipi Maroni di rumah seorang teman, rasanya ini kacang paling enak di dunia, menurut saya lho. Dagingnya tebal dan legit, wanginya lembut dan rasanya sungguh manis.. ah, pokoknya tiada duanya. "Beli aja mentahnya, bakar sendiri di oven" kata teman saya itu. Akhirnya sayapun mencobanya, dan hasilnya GATOT, udah mah gosong, susah pula mengupasnya. Sejak itu saya tidak pernah membeli Maroni lagi. Sebenarnya ada jualan yang sudah jadi, di kota banyak sekali kios-kios kecil yang menjual Maroni hangat-hangat.. tapi harganya sangat mahal.. kalau tidak salah harganya sekitar 2,5 Euro untuk 8 biji saja. Jadi, ya mending gigit jari sajalah..

Sampai akhirnya, pas anak-anak senang memunguti biji-biji Kastanien di pinggir jalan saat musim gugur, baru saya menyadari kalau biji-biji Kastanien itu mirip sekali denganMaroni.. Hm.. apakah ini si Maroni yang enak itu? kalau memang benar, kan lumayan gak usah beli, asal rajin mungut aja. :D 

Sebelum bertindak ceroboh, tentu saja saya cari-cari dulu di Google. Ternyata, memang benar, Maroni itu sebenarnya masih Kastanien jugalebih tepatnya sering disebut sebagai Esskastanien atau Edelkastanien. Sayangnya ada jenis Kastanien lain yang tidak boleh dimakan, namanya Roskastanien.. dan ini biasanya yang ada di pinggir-pinggir jalan itu. :D Bedanya bisa dilihat dicangkangnya, jika cangkangnya menyerupai landak dengan jarum-jarum halus dan panjang, maka ini adalah Edelkastanien, tapi kalau cangkangnya halus dan memiliki duri-duri tebal, maka ini adalah Roskastanien. Untuk lebih jelas bisa dilihat pada gambar di bawah ini. (Gambar diambil dari Wikipedia)


Kembali ke Maroni, akhirnya rasa kangen saya sama Maroni tidak tertahankan lagi. Pas melihat Maroni-Maroni mentah berjejeran di toko, tanpa pikir panjang saya pun mengambilnya sebungkus. Dan sebelum memasaknya, saya mencoba mencari-cari dulu tehnik memasaknya, supaya tidak gagal seperti dulu lagi. Alhamdulillah, minggu lalu kami bisa menikmati Maroni lagi, dengan tingkat kepuasan 80% :D (karena masih ada kesalahan teknis sedikit).

Caranya begini:
1. Panaskan oven (kalau kemarin saya panaskan 180 derajat celcius)
2. Cuci maroni dengan air, tiriskan dan keringkan dengan lap.
3. Beri sayatan (bentuk cakra) pada kedua sisi Maroni, ini dilakukan untuk mencegah Maroni meledak di dalam oven dan untuk memudahkan ketika mengupas. Sayatan harus agak dalam sampai ke kulit arinya, karena kalau kulit ari tidak tersayat, sama aja susah mengupasnya (pengalaman terakhir kemarin).
4. Masukkan ke dalam oven, panggang selama 10 menit.
5. Maroni masing-masing dibalik, kemudian dipanggang lagi selama 10 menit.
6. Setelah selesai, keluarkan dari oven, bungkus dengan kain lap selama 10 menit.
7. Kupas hangat-hangat, bisa langsung disantap, begitu saja sudah enak. 

Dilihat dari cara membuatnya, yang harus disayat satu-satu.. dan dibolak-balik satu-satu.. barulah kelihatan kenapa kacang ini mahal sekali harga matangnya. :D

Maroni ini termasuk kacang yang rendah lemak dengan kandungan air yang tinggi dan mengandung sedikit minyak, katanya. Nah, tunggu apa lagi? Yuk, mari makan  maroni..
 

Mencari Papah 2

Edisi tahun lalu, dimana kami ditinggal bapaknya anak-anak lintas benua bisa dibaca di sini.

Kebetulannya, tahun ini kami harus mengalami ditinggal lintas benua lagi.. masih ke negara raksasa yang sama, hanya kotanya saja yang beda. Perasaan ditinggalnya masih sama (baca: perasaan saya ini mah), rasanya sepiiiiiiiii kalau gak ada si akang di rumah, meski anak2 tetep heboh, ada satu yang kurang tentu saja tetap ada.

Anak-anak seperti biasa malah senang kalau Papah mau keluar kota, karena artinya mereka bisa ke pergi ke sekolah sama Mamah.. dan tidur sama mamah juga. :)) Dan tau donk siapa yang paling semangat ketika Papah pergi? tentu saja Neng Iyam.. :D Ya, Maryam selalu bilang kalau "Maryam gak suka sama Papah, karena Papah suka peluk-peluk dan cium-cium Maryam sambil bilang "Baby Papah". Papah juga suka berubah jadi anakonda, peluk Maryam yang kencang, atau berubah jadi piranha yang mau gigit-gigit Maryam." Tapi makin Maryam bilang 'gak suka', makin si Papah sukaaaaaaa sama Maryam.. pokoknya kalau udah denger dua orang itu pakeukeuh-keukeuh, bikin perut geli aja.

"Maryam gak suka sama Papah."
"Tapi Papah suka sama Maryam."
"Papah GAK BOLEH suka sama Maryam"
*doh galaknya*

Kemaren pun pas sesi salaman sebelum Papah berangkat, dia yang paling semangat nyalamin bapaknya.. seolah-olah berkata.. "udh cepetan sana Papah pergi!!" haha..

Ketika Papah sudah pergi, rumah pun terasa sepi. Nadin mulai bertanya-tanya,
"berapa lama Papah di Cina?"
"6 kali bobo" jawab saya.
"Papah bakal 6 kali bobo di Cina-nya?"
"hm.. ya 4 kali bobo di hotel, 2 kali bobo di pesawat." jawab saya.
Mendengar kata hotel, Maryam langsung terbangun dari posisi tidur-tidurannya.
"Papah di Cina bobo di hotel????" tanya Maryam kaget.
"Iya." jawab saya.
"Oo.. padahal kan Maryam yang mau bobo di hotel." katanya penuh sesal sambil menjatuhkan diri ke belakang kembali ke posisi tiduran (untung lagi di atas kasur:D).
hihihi.. wek dor pertama buat Maryam.. :D

Paginya kami sibuk menyiapkan segala sesuatu sendiri tanpa Papah. Ligar yang menyadari duluan kalau ada sesuatu yang kurang. "Papah? Papah?" tanyanya ketika sedang dipakaikan jaket.
"Papah nggak ada." jawab saya.
" Paaaapaaaaaahhhhh!!!! Paaaaapaaaaaahhhh!!!" teriaknya memanggil-manggil si Papah..
yaaahh.. tunggu ya, Jang ya.. masih 5 kali bobo lagi.. Mudah-mudahan Papah kembali dengan selamat.

Oiya, katanya Neng Iyam tadi malem mimpi, Papah udah pulang lg dr China.. Wooooo... yang gak suka sama Papah, malah yang kangen paling berat nih tampaknya.. :D

Tuesday, October 25, 2011

Halal - Haram: Dr.Oetker-Produkte

http://forum.misawa.de/showthread.php/9264-Dr.Oetker-Produkte
Dr. Oetker Artikel des Nährmittel-Bereichs, deren Rezeptur frei ist von ( i.S. von nicht enthalten als Zutat ) (Stand 10/2009):
- Zutaten vom Schwein ( im Nährmittelbereich ausschließlich Gelatine )
- Alkohol ( Spuren von Alkohol sind in Klammern hinter dem Produkt aufgeführt )


Weinstein Backpulver
Trockenbackhefe
Hefeteig Garant
Bourbon Vanille-Zucker
Bio Bourbon Vanille-Zucker
Bourbon Vanilleschote
Vanillin – Zucker
Tortenguss klar
Tortenguss gezuckert klar
Tortenguss rot
Tortenguss gezuckert rot
Tortenguss Erdbeer
Sahnesteif
Gustin Speisestärke
Fruttina Zitronen-Geschmack
Käsekuchenhilfe
Backfeste Pudding Creme
Vanilla Tortencreme
Mousse au chocolat Tortencreme
Käse-Sahne Tortencreme
Erdbeer-Sahne Tortencreme
Schoko-Sahne Tortencreme

Gelatine Fix (enthält 0.1% Ethylalkol )
Zitronen - Aroma
Bittermandel Aroma
Rum - Aroma
Rum Aroma (30ml)
Finesse Natürliches Orangenschalen - Aroma
Finesse Geriebene Zitronenschale
Original Pudding Vanille-Geschmack
Original Pudding Sahne-Geschmack
Original Pudding Mandel-Geschmack
Original Pudding Grieß
Original Pudding Erdbeer-Geschmack
Original Pudding Schokolade
Bio Pudding Schokolade
Bio Pudding Bourbon Vanille
Gala Feiner Schokoladen-Pudding
Gala Sahne-Pudding
Gala Bourbon-Vanille
Gala Karamell
Pudding aus Raspeln - Vollmilch Schokolade
Pudding aus Raspeln - feinherb
Pudding aus Raspeln - Bourbon Vanille
Gala Mandella Schoko-Mandel
Gala Mandella Vanille-Mandel

Garant Vanille-Geschmack
Garant Schokolade
Garant Grieß Pudding
Süßer Moment Vanille-Geschmack
Süßer Moment Grießbrei Vanille-Geschmack
Süßer Moment Schokolade
Süßer Moment Milchshake Banane
Süßer Moment Milchshake Erdbeere
Süßer Moment Milchshake Vanille-Geschmack
Paradiescreme Vanille - Geschmack
Paradiescreme Schokolade
Paradiescreme Zitronen - Geschmack
Paradiescreme Stracciatella
Paradiescreme Sahne-Karamell-Geschmack
Paradiescreme Pfirsich - Geschmack
Paradiescreme , Nougat mit Nougatsplits
Paradiescreme des Jahres, Feinherbe Schokolade
Himbeer Creme ( Saisonartikel Sommer 2009 )
Erdbeer Creme ( Saisonartikel Sommer 2009 )
Kirsch Creme ( Saisonartikel Sommer 2009 )
Galetta Schokolade
Galetta Vanille – Geschmack
Creme Tiramisu
Creme Stracciatella
Mousse Zitrone
Mousse au chocolat
Mousse au chocolat fein herb

Mousse a la Vanille
Panna cotta
Götterspeise Instant, Kirsch - Geschmack
Götterspeise Instant Waldmeister – Geschmack
Rote Grütze Himbeer-Geschmack
Rote Grütze Himbeer-Geschmack, mit Sago
Kaltschale Himbeer - Johannisbeer
Kaltschale Erdbeere
Kaltschale Ananas - Maracuja – Geschmack
Aranca Zitronen - Geschmack
Aranca Mandarinen - Geschmack
Aranca Aprikose – Maracuja
Quarkfein Vanille - Geschmack
Quarkfein Erdbeer - Geschmack
Quarkfein Zitrone
Dessert Soße aus Raspeln - Bourbon Vanille
Dessert - Soße zum Kochen Vanille – Geschmack
Dessert - Soße ohne Kochen Vanille - Geschmack
Dessert - Soße ohne Kochen Schokolade
Vitalis Früchte Müsli ( 375g / 600g 1500g )
Vitalis Aprikosen Müsli ( 600g )
Vitalis Schoko Müsli ( 375g / 600g / 1500g )

Vitalis Knusper Schoko ( 375g / 600g 1500g )
Vitalis Knusper Schoko feinherb ( 600g )
Vitalis Knusper Müsli ( 375g / 600g / 1500g )
Vitalis Knusper Flakes ( 600g )
Vitalis Knusper Banane ( 600g )
Vitalis Knusper Honeys ( 375g / 600g )
Vitalis Joghurt Müsli ( 600g / 1500g )
Vitalis Schoko Müsli Kokos ( 600g )
Vitalis Schoko Müsli feinherb ( 600g )
Vitalis Schoko Müsli Kirsch ( 600g )
Vitalis Knusperkissen Schoko ( 425g )
Vitalis Crunchies Schoko ( 425g )
Vitalis weniger süß Knusper Erdbeer ( 600g )
Vitalis weniger süß Knusper Apfel ( 600g )
Vitalis weniger süß Knusper Pur ( 600g )
Vitalis weniger süß Schoko Müsli ( 500g ) (2009)
Vitalis weniger süß Knusper Früchte ( 500g ) (2009)
Vitalis Bio Früchte Müsli ( 425g )
Vitalis Bio Schoko Müsli ( 425g )
Vitalis Knusper Plus Double Chocolate (450g)
Vitalis Knusper Plus Honig-Mandel ( 450g )
Vitalis Knusper Plus Multi-Frucht (450g)
Einmachhilfe
Zitronensäure

Gelfix Classic 1:1
Gelfix Extra 2:1
Gelfix Super 3:1
Extra Gelierzucker 2:1
Gelierzucker für Erdbeer - Konfitüre
Super Gelierzucker 3:1
Diät Gelier Fruchtzucker
Süße Mahlzeit Milchreis nach klassischer Art
Süße Mahlzeit Milchreis Apfel-Zimt
Süße Mahlzeit Milchreis Vanille – Geschmack
Süße Mahlzeit Grießbrei Vanille - Geschmack
Süße Mahlzeit Grießbrei nach klassischer Art
Süße Mahlzeit Milchnudeln Vanille - Geschmack
Süße Mahlzeit Pfannkuchen
Süße Mahlzeit Schokino Püfferchen
Süße Mahlzeit Kaiserschmarrn nach klassischer Art
Süße Mahlzeit Apfel-Püfferchen
Süße Mahlzeit Hafergenuss mit Bourbon-Vanille
Süße Mahlzeit Bio Milchreis
Süße Mahlzeit Bio Grießbrei
Hefeteig
Streuselteig
Obstkuchenteig
Pizzateig italienischer Art
Zwiebelkuchen

Flammkuchen
Bio Schokino Kuchen
Bio Zitronen Kuchen
Schokino Kuchen
Käsekuchen
Gugelhupf
Kokos Kuchen
Zitronenkuchen
Marmor Kuchen
Nuss Kuchen
Schoko Kuchen
Zitronen - Wolke
Marmor - Wolke
Schoko - Wolke
Raffinesse Marzipan
Raffinesse Schoko Kuchen feinherb ( NEU )
Raffinesse Mohn
Raffinesse double chocolate
Muffins
Brownies
Schoko Muffins
Zitronen Muffins
Donauwellen
Spiegelei Kuchen
Kirschli Kuchen
Tortina Nuss Sand Kuchen

Käse-Sahne-Torte
Russischer Zupfkuchen
Kleine Kuchen Käse Streusel Kuchen
Kleine Kuchen Apfel Mandel Kuchen
Kleine Kuchen Schoko Kirsch Kuchen
Maulwurfkuchen
Erdbeer Quark Kuchen
Mandarinen Joghurt Kuchen
Himbeer Frischkäse Kuchen
Pfirsich Joghurt Kuchen
Frischkäse Torte
Tarte au Chocolat
Torta Tiramisu
Tarte au Citron
Rübli Kuchen
Ausstechplätzchen
Butterspritzgebäck
Kokos Makronen
Vanille Kipferl
Mohnwickel
Schoko Gewürzkranz
Schoko Mandel Kuchen mit Kirschen
Lillifee Muffins Vanille-Geschmack
Lillifee Erdbeer-Sahne-Torte
Lillifee Glitzerherz
Lillifee Cremepudding Vanille-Geschmack

Lillifee Erdbeer-Quark-Creme
Cap'n Sharky Schoko-Kuchen
Cap'n Sharky Muffins Vanille-Geschmack
Capt'n Sharky Cremepudding Schokolade
Capt'n Sharky Quark-Creme Vanille-Geschmack

Folgende Produkte des Dr. Oetker Tiefkühlkost- und Frischebereiches sind rezeptorisch frei von Schweinefleisch und Erzeugnissen aus Schwein sowie frei von Alkohol. Enthaltener Wein- oder Branntweinessig ist in Klammern hinter dem jeweiligen Produkt angegeben.

Durch Aromen (Alkohol als Trägerstoff) oder den natürlichen Gehalt von Früchten können Spuren von Alkohol im Endprodukt nicht ausgeschlossen werden
.
(Stand 10/2009):

Tiefkühlkostbereich:
Ristorante Pizza Formaggi & Pomodori
Ristorante Pizza Quattro Formaggi
Ristorante Pizza Funghi
Ristorante Pizza Tonno (Branntweinessig)
Ristorante Pizza Spinaci
Ristorante Pizza Mozzarella
Ristorante Pizza Vegetale (Branntweinessig)
Ristorante Pizza Vegetale Piccante (Branntweinessig)
Ristorante Pizza Biologica Mozzarella
Ristorante Pizza Mozzarella -50% Fett
Ristorante Pizza Piccola Mozzarella
Ristorante Pizza Piccolissima Mozzarella
Big Americans California (Branntweinessig)

Culinaria Turkish Lahmacun Style
Die Ofenfrische Vier-Käse
Die Ofenfrische Thunfisch (Branntweinessig)
Die Ofenfrische Mozzarella-Pesto
Die Ofenfrische Bolognese
Die Ofenfrische 3-Käse-Peperoni (Branntweinessig)
Bistro Baguette Bolognaise
Bistro Baguette Thon
Bistro Baguette Tomate-Fromage
Bistro Gourmet Baguette Bretagne (Branntweinessig)

Frischebereich :
Rote Grütze (500g)
Kirsch Grütze (160g / 500g)
Kirsch Grütze mit Vanille-Creme (160g)
Rote Grütze mit Bourbon-Vanille-Soße (160g)
Rote Grütze für Diabetiker mit Bourbon-Vanille-Soße (160g)
Wintergrütze Pflaume-Zimt mit Bourbon-Vanille-Soße (160g)
Wintergrütze Pflaume-Zimt (500g)
Bourbon-Vanille-Soße (250 ml)
Bourbon-Vanille-Soße 0,1% Fett (250 ml)
Sahne Pudding Bourbon Vanille (150g / 500g)
Sahne Pudding Vollmilch Schokolade (150g / 500g)
Sahne Pudding Grieß (500g)
Pur Choc Schokoladenpudding Ecuador mildfein (2x100g)
Pur Choc Schokoladenpudding Ghana feinherb (2x100g)
Pur Choc Schokoladenpudding Tansania edelbitter (2x100g)

Diät-Pudding Schoko (150g)
Diät-Pudding Vanille-Geschmack (150g)
Light-Pudding Schoko (150g)
Light-Pudding Vanille-Geschmack (150g)
Paula Vanille-Pudding mit Schoko-Flecken (4x125g)
Paula Schokoladen-Pudding mit Vanille-Flecken (4x125g)
Paula Milchcreme mit Schoko-Haselnuss-Flecken (4x125g)
Paula Joghurtdessert mit Erdbeer-Flecken (4x100g)
Paula Joghurtdessert mit Pfirsich-Flecken (4x100g)
Mousse Chocolat (100g)
Wölkchen Typ Cappuccino (125g)
Wölkchen Typ Sahne-Karamell (125g)
Wölkchen Schokolade-Haselnuss (125g)
Wölkchen Klassische Schokolade (125g)
Wölkchen Vanille-Geschmack (125g)
Diät-Wölkchen Schokolade (125g)
Diät-Wölkchen Vanille-Geschmack (125g)
Crème fraîche Classic (150g / 250g)
Crème légère (150g)
Crème légère cremig-flüssig (200ml)
Crème double (125g)
Dip légère Aioli (Weinessig)
Dip légère Paprika-Chili
Zaziki (200g) (Branntweinessig)
Frische Hefe (42g)

Friday, June 17, 2011

Lagunya siapa sih itu??? :D

Sepulang dari Cocoloco hari ini, kami (saya, NML dan Alishya) berjalan dari halte tram menuju rumah. Anak-anak udah mulai loyo setelah bermain seharian, namun Alishya masih semangat aja. Sepanjang jalan dia bernyanyi terus, "Baby.. baby.. baby.. ooooh.." senandungnya tak henti-henti. Waduh.. lagu ABG oy!! karena bukan jamannya lagi, saya mah belum pernah tuh denger lagu itu utuh dr awal sampai akhir, tp dr liriknya Alishya langsung bs nebak donk lagu siapa, soalnya sering denger pas baris itu doank. :D Nadin ama Maryam mah diem aja, soalnya gak kenal lagu itu. Iseng saya tanya Alishya,

"nyanyi lagu apa sih, Shya?" tanya saya.
"Lagu baby itu." jawabnya dengan gaya khasnya Alishya tea. :D
"Oooh... lagunya siapa sih itu?" tanya saya lagi.
"Hannah Montana!" jawab Nadin pasti.
"hahahahaha.." ketawa saya dalam hati.
Alishya langsung membantah donk, "bukan.. bukan lagunya Hannah Montana itu! Itu lagunya mbak Adna sama Adam!"
*bwahahahahahha... ternyata penyanyi lagu Baby berasal dari Cigadung.*

Sunday, June 12, 2011

Kunjungan HNO --> op

Akhirnya hari yang ditunggu-tunggu pun tiba. Jadwal kami harus tiba di RS pukul 8.15, jadi selambat-lambatnya kami harus keluar dari rumah pukul 7.15. Waduh, mana saya rada kesiangan bangun gara-gara malamnya gak bisa tidur, dagdigdug terus persis waktu mau sidang/nikah. :D Setelah selesai menyiapkan makanan untuk Maryam, Ligar dan bapaknya yang ditinggal di rumah hari itu, kamipun berangkat.. tanpa sarapan. Nadin memang harus puasa sejak semalam, saya rasanya sudah tidak bisa makan apa-apa juga. Perbekalan sudah lengkap, mulai dari bekal yg dianjurkan klinik, makanan plus buku2 bacaan untuk mengisi waktu pas nungguin Nadin nanti. Saya pun sudah siap membawa Kinderwagen plus kain untuk penutupnya. Jaga-jaga untuk pulangnya nanti kalau-kalau Nadin masih lemas untuk berjalan sendiri.. dan untuk melindunginya dari sinar matahari (maklum, kami pengguna setia kendaraan umum, jadi ada saat dimana kami harus jalan kaki menembus teriknya matahari).

Kami sampai di sana tepat waktu, 5 menit lebih cepat dink. :D Setelah mendaftar, kami menunggu di ruang tunggu sampai ada suster yang menjemput kami dan mengantarkan kami ke kamar tidur. Di sana sudah ada dua orang ibu menunggu, tampaknya kasusnya sama, anaknya juga yang sedang dioperasi. Nadin diminta digantikan bajunya dengan kemeja RS, kemudian diberi minum obat dan dibiarkan tiduran sebentar. Kurang lebih 10 menit kemudian, datanglah seorang bapak yang memangku anaknya yang baru saja selesai operasi. Wah, pasti ibu-bapaknya udah tenang ini, pikir saya. Lah, saya masih dagdigdug aja, mana inget sama anak2 di rumah yang tadi masih pada lelap ketika kami berangkat. 5 menit kemudian saya dipanggil untuk mengantar Nadin ke ruang op. "Anda bisa memangku anaknya?" tanyanya. Bisa lah..

Nadin diberi tutup kepala, kakinya sudah tidak bisa berdiri lagi, dia sudah mulai lemas. Lalu saya pangku, entah dia masih ingat atau tidak. Dia sudah tidak bicara lagi, dan ketika saya simpan di tempat tidur, dia pun tidak menangis. "Anak yang manis, dia sudah mulai lemas ya? bagus lah." kata dokternya. Lalu saya pun keluar dari ruangan itu bersama dengan perawat yang mengantar saya tadi. Si perawat seperti mengerti kegalauan hati saya, dia pun memeluk dan menggandeng saya berjalan kembali ke kamar, memberi saya teh (bikin sendiri sih sebenarnya, dia cuma menunjukkan tempatnya saja :D), dan meyakinkan saya bahwa semua akan baik-baik saja.

Saya kembali ke kamar, mencoba untuk membaca buku yang saya bawa. Tapi rasanya satu halaman pun tak bisa saya mengerti isinya. Bolak-balik gak jelas, lihat HP, mengirim SMS sama si akang.. ah pokokna mah teu puguh rarasaan. Mau ngobrol sama ibu-ibu itu juga gak enak, karena mereka sama-sama sedang memeluk anaknya masing-masing di tempat tidur.

Sampai akhirnya 20 menit kemudian saya pun dipanggil keluar. Ternyata operasinya sudah selesai. Saya dibawa ke Aufwachraum (ruang bangun tidur? :D), di sana saya disambut oleh dokter anestesi dan seorang perawat. Mereka bilang operasinya berjalan lancar dan kondisi Nadin baik-baik saja, saya diminta untuk menungguinya sampai dia terbangun. Nadin tergolek lemas. Dia tidur dengan posisi kepala miring. Mulutnya sedikit terbuka, mencium lengan baju kanannya, dimana disitu terlihat ada seonggok noda darah. Saya perhatikan, ternyata darahnya memang berasal dari mulutnya. Ah.. miris rasanya melihat Nadin seperti itu, sakit seperti apa ya yang sedang dia rasakan saat itu?? pikir saya.

Tak lama datanglah dokter HNO yang mengoperasi Nadin tadi, namanya dokter U (namanya kok familiar sekali ya?!). Dia menerangkan apa saja yang dia kerjakan tadi, bagaimana kondisi Nadin dan apa yang harus saya lakukan setelahnya. Saya diminta kontrol besok atau lusanya ke beliau di Harlaching, atau di Giesing (tempat praktek HNO yang biasa saya kunjungi). Dan yaaaaa... akhirnya saya menemukan benang merah antara ketiga tempat tadi. Jd ternyata tempat praktek di Giesing ini si dokter U ini yang punya, hanya dia percayakan ke dokter lain untuk prakteknya. Dia sendiri praktek di RS Harlaching, dan dia mengoperasi pasien-pasiennya di klinik itu. Wah, tajir bener si dokter!!! Dan ketiga anak yang ada di kamar itu tuh, ketiga2nya adalah pasien dokter U dari Giesing. :D

Kurang lebih 20 menit kemudian Nadin mulai bergerak, mula-mula tangannya, lalu kepala dan badan. Dia mengerjap-ngerjapkan mata. Saya sapa dia, dan meyakinkan dia bahwa saya akan selalu ada disampingnya. Tiba-tiba dia terbangun duduk, melihat dokter2 berbaju hijau lalu lalang, kemudian tiduran lemas lagi. Setelah perawat datang, saya pangku dia kembali agar bisa beristirahat di kamar. Saya pun diminta untuk ikut tidur di kasur dan memeluk Nadin supaya dia merasa aman dan nyaman, sampai dia tidur lagi. Biarkan dia tidur 1 jam lagi, kata si perawat. Enak juga nih, saya bisa ikutan membayar kekurangan tidur saya tadi malam. :D Nadin agak-agak susah tidur kembali, dia banyak melenguh-lenguh, tapi tidak sampai menangis. Mungkin ini efek obat bius yang diceritakan si dokter kemarin. Setelah saya peluk dan usap-usap, akhirnya diapun tidur lagi.. lelap..

Ternyata ketiga anak yang ada di ruangan itu kasus operasinya sama semua, tapi anaknya berbeda-beda. Anak pertama, laki-laki berumur 3 tahun, orang Jerman, sangat fit. Ibunya bilang, anaknya selalu fit, bahkan setelah diberi obat bius pun, dia susah sekali lemasnya. Setelah bangun dari operasi, si anak langsung ngobrol dan banyak bertanya, dia tidak kelihatan tidur lagi sampai dia pulang, setelah dikasih makan, anak ini minta makan lagi dengan porsi yang sama :D. Anak kedua, perempuan berumur 5 tahun, kurus dan menangis terus setelah dia bangun dari operasi. Ibunya bilang, anaknya memang susah makan, makanya kurus. Efek dari obat bius membuat dia menangis terus.. ditambah lagi, katanya dia baru punya adik baru yang berumur 4 hari, jadi tampaknya memang efeknya tambah-tambah deh. Yang kasihan, anak ini sempat muntah darah 2 kali selama di klinik. Sebenarnya muntah ini nggak apa-apa, katanya kemungkinan dia sempat menelan darah selama operasi. Tapi yah, tetep kasihan melihatnya. Dan ucapan ibunya benar, anak ini susaaaaaah sekali makan, dari dua roti yang diberikan, satu roti pun susah habisnya. Anak ketiga tentu saja Nadin. Dia tidak se-fit anak pertama, pun tidak serewel anak kedua. Dia sedikit melenguh-lenguh saja, kemudian tidur lamaaaaaa sekali, 1,5 jam! Di saat anak lain menunggu makanan datang, Nadin mah ditungguin makanan bangun. :D Begitu bangun, langsung saya tawari makan. Pertanyaan pertamanya, "operasinya udah belum? barusan Nadin tidur nggak?" cute! Setelah selesai makan, diberi makanan penutup es, yang membuat dia senang sekali. Setelah itu, kondisinya dicek lagi oleh dokter, baru kami boleh pulang. Sampai di rumah, Nadin masih sedikit lemas, tapi di atas jam 3 sore dia sudah mulai ceria lagi. Sempat mengeluh sakit menelan, lalu saya berilah obat penghilang sakit yang diberikan oleh dokter.

Keesokan harinya kami cek lagi ke dokter HNO. Kebetulan Nadin tidak boleh kena matahari, kebetulan pula hari itu mataharinya disembunyikan Allah di balik awan. Menurut si dokter kondisinya baik-baik saja, karena pada malam pertama tidak ada keluhan apa-apa, maka kemungkinan ke sananya juga tidak akan ada apa-apa. Nadin boleh kontrol lagi minggu depan. Meski begitu, saya tetap diminta waspada, kalau-kalau dia mengalami pendarahan dari hidung/mulut harus cepat-cepat ke dokter lagi. Meski sebenarnya kejadian seperti ini jarang, katanya. Tapi alhamdulillah, sampai hari ini Nadin masih baik2 saja, kondisinya pun tampak makin membaik. Mudah-mudah begitu seterusnya.

Saturday, June 11, 2011

Kunjungan HNO 5 --> persiapan op

Bulan Maret lalu adalah kontrol kembali kuping Nadin setelah 3 bulan. Dan hasilnya agak sedikit mengagetkan. Kondisinya sedikit memburuk dari kontrol terakhir dan dokter waktu itu sangat-sangat menganjurkan untuk operasi saja, karena sudah setahun katanya, ini sudah terlalu lama. Tapi meski begitu, si Frau dokter masih mau menunggu sebulan lagi. Nadin diberi lagi pil waktu itu dan terapi meniup balonnya tetap dilanjutkan.

4 Minggu kemudian, kami kontrol lagi. Dan kondisinya tak kunjung membaik. Akhirnya dokter pun menetapkan untuk operasi. Karena kami mau liburan dulu waktu itu, akhirnya jadwal operasi baru akan dibuat setelah kami selesai liburan.

Begitu pulang dari Indonesia, saya langsung ke HNO (THT) untuk membuat jadwal operasi. Ternyata waktu itu saya membuat dua jadwal, satu untuk penerangan mengenai operasi itu sendiri, dan satu lagi untuk operasinya. Doh, padahal selama ini juga si dokter sudah banyak bercerita mengenai operasinya itu, dan saya juga sudah banyak membaca2 serta ngobrol langsung dengan ibu yang anaknya berkasus sama. Tapi tetap saja prosedurnya harus diikuti. :D Untuk penerangan operasi, saya boleh memilih, apakah ingin di tempat praktek itu (Giesing) atau di Rumah sakit (Harlaching). Sedangkan operasinya akan dilaksanakan di Klinik Arabella di Bogenhausen. (Hm.. bingung juga saya apa hubungan ketiga tempat ini??). Jadwal operasinya sendiri dibuatkan langsung dari tempat praktek HNO yang biasa saya kunjungi, jadi lebih mudah karena tidak usah repot2 datang ke klinik.

Di penerangan operasi, selain mengontrol kembali kondisi Nadin, dokter HNO kembali menerangkan apa saja yang akan dilakukan nanti saat operasi, yaitu penyobekan gendang telinga, pengeluaran cairan dan pemasangan Roehrchen (lubang ventilasi) serta pengambilan Rachenmandel (polip). Saya diberi berkas-berkas berlembar-lembar, diantaranya surat pernyataan yang harus saya tanda tangan, jadwal operasi, alamat klinik, barang-barang yang harus saya bawa, apa saja yang harus dilakukan sebelum dan sesudah operasi, hal-hal buruk yang mungkin terjadi setelah operasi dan surat untuk dokter anak. Jadi ternyata.. seminggu sebelum op, si anak harus cek up dulu ke dokter anak, padahal hari itu sudah tinggal seminggu menjelang op. Akhirnya hari itu saya mampir dulu ke dokter anak untuk membuat janji, yang mana kebetulan jadwal di dokter anak sedang padat sekali. Tapi akhirnya saya diberi waktu hari Jumat, dengan catatan harus bersedia untuk menunggu lama. Ok lah, drpd nggak.

Cek up ke dokter anak ternyata lumayan lengkap, termasuk cek darah juga. Dan seperti biasa, Nadin mah nangis kalau disuntik ya. Tp langsung berhenti pas diberi hadiah. Maryam juga mau hadiahnya, dia bilang tangannya Maryam juga kemarin berdarah (sambil menunjukkan jari yang dibungkus plester dengan luka palsu :D), Maryam juga harus diambil darah nih kayaknya.. jadi Maryam juga boleh donk dapat hadiahnya. :D:D:D

Sehari sebelum operasi, kami harus datang ke klinik untuk Narkosenarztgespraecht (bincang-bincang tentang anestesi). Bagus juga sih ada jadwal ini, kami sekalian survey tempat, jadi besoknya pas jadwal op, gak bakalan nyasar. Di sini saya diberi dua buah formulir, satu formulir data diri, yang kedua formulir tentang kondisi si anak. Di situ juga ada selembar penjelasan tentang anestesi yang harus saya baca dulu. Kalau ada pertanyaan, nanti langsung dibicarakan dengan dokternya, katanya. Informasi di situ cukup jelas juga. Dokter menjelaskan hal yang sama seperti yang sudah saya baca, hanya dia menerangkan lebih detil lagi, seperti kemungkinan alergi dan efeknya setelah si anak bangun. Saat anak bangun, bisa jadi dia sangat rewel, bahkan menangis terus. Itu biasanya bukan karena kesakitan, tapi masih dari efek obat bius, katanya. Setelah selesai ngobrol panjang lebar, kami pun pulang, dan saya deg-degan semalaman menunggu hari esok.

Kenapa Papa suka jadi Anakonda?

Kalau anak-anak sudah main sama bapaknya, ramenya minta ampun, pokoknya heboh. Akhir-akhir ini permainan yang paling sering dimainkan adalah anakonda-anakondaan. :D Apaan tuh?? bapaknya berperan jadi anakonda, yang bakalan nangkep anak2 satu persatu, lalu dipeluknya erat-erat, kan katanya anakonda itu ular terkuat di dunia, yang bisa membelit lawannya kuat-kuat. Buaya aja kalah lho!! kata Nadin setelah membaca (dibacakan) majalah yang didapatnya dari apotek. Tentu saja kalau sudah main itu, ributnya luar biasa, mulai dari yang ketawa-tawa, menjerit-jerit, sampai akhirnya permainan berakhir kalau sudah ada yang menangis. Dan tentu saja, kalau sudah nangis, larinya ke ibu juga. *sigh*

"Kalian seneng main anakonda?"
"seneng."
"Terus kenapa nangis?"
"habis papa peluknya kencang bangetttt.."
"Anakonda kan memang begitu." potong si Papa gak mau kalah.. hahaha..

Akhirnya ibunya mengorbankan diri buat dipeluk anakonda *grin*, untuk menunjukkan ke anak-anak supaya gak nangis lagi kalau dipeluk anakonda, kan ini cuma permainan, kalau udh sakit, bilang aja ama papa, dan mainnya bisa udahan. Yang ada malah lebih seru, anak-anak berusaha nolongin ibunya dengan mengganggu si anakonda. Hasilnya si anakonda makin ngamuk.. hihihi... ditambah lagi ada baby anakonda (Ligar).. seru!

Setelah cape, kami pun udahan, dan berhasil.. gak ada yang nangis! Tiba-tiba Nadin bertanya,

"kenapa Papa suka berubah jadi Anakonda? terus meluk2 Nadin sama Maryam yang kencaaaang??"
"hm.. kenapa ya?? mungkin gara-gara kalian lucu-lucu sih.. bikin si Papa jadi gemes.." jawab saya.
"mm.. atau mungkin gara-gara Nadin pernah menggambar Anakonda dulu." ujar Nadin.
"Oiya... bisa jadi ya?!" jawab saya.
"atau mungkin gara-gara Maryam menggambar Prinzessin deh (Princess)." kata Maryam.
*garuk2 kepala*
"Prinzessin yang dipeluk Anakonda itu ya?? bisa jadi juga ya.. ". :D

Memang beberapa bulan lalu, Maryam pernah diajari Nadin menggambar anakonda yang sedang melilit buaya. Namun, entah dapat ide darimana, mungkin karena mereka sedang senang menggambar Prinzessin juga, lama-lama gambarnya berkembang, dari buaya... menjadi Prinzessin yang dililit Anakonda.. *mengerikan*


Tuesday, April 12, 2011

Jagoan Anakonda

Pas lagi asyik-asyiknya teleponan sama Mbak Echa, tiba-tiba aja Maryam masuk ke kamar dengan alis mata berkerut pertanda kesal.

"Mama, Nadin teh mau main jagoan sama Maryam!" teriak Maryam.
"main jagoan? main jagoan apa?" tanya saya.
"tangannya Nadin mau mukul Maryam kayak gini nih." sambil mengangkat satu tangannya ke atas.
"Nggak!!" bantah Nadin yang saat itu sudah ada di pintu kamar. "Nadin nggak mukul. Maryam yang duluan pegangin tangan Nadin yang kencaaang... yang keeeennncaaaang banget kayak Anakonda!!!"

Spontan saya tertawa terbahak-bahak, kok bisa menganalogikan ke anakonda sih???!!!

"Kok Mamah malah ketawa?" tanya Nadin.
"Maryam bener pegangin Ceuceu yang kencaaaang banget kayak Anakonda?" tanya saya ke Maryam. Maryam malah ikut ketawa pertanda tidak mengingkari. "Ok, kalau gitu dua-duanya saling minta maaf yah." pinta saya.
"Siapa duluan?" tanya Nadin.
"Maryam duluan, soalnya Maryam yg duluan jd Anakonda. :D"

Maryam masih tertawa aja terus. "Ayo, Anakonda minta maaf duluan sama Jagoan ya." pinta saya lagi.

Tiba-tiba Ligar menyambar tangan Maryam yang sudah terulur ke tangan Nadin. Dipegangnya tangan kakaknya ini dengan kedua tangannya yang mungil sambil bilang, "Amamah... amamah.." (mungkin maksudnya, "maafin yah!").

Dan akhirnya kami semua malah tertawa melihat tingkah Ligar itu.. :D:D:D

Saturday, April 9, 2011

orang gendut

Jumat sore kemarin saya harus belanja ke toko sebelah, Nadin dan Maryam mau ikut. Ligar saya tinggal, karena kebetulan bapaknya sudah di rumah (pulang awal karena gak enak badan). Saya dan Maryam turun lewat lift, Nadin sukanya lewat tangga. Kalau naik, dia bisa cepat, tapi kalau turun biasanya lebih lambat, karena saya wanti-wanti supaya jalannya pelan-pelan saja kalau mau turun lewat tangga. Ketika kami sampai di bawah, Nadin masih belum ada. Kebetulan di depan pintu keluar ada laki-laki berbadan besar sedang berdiri sambil melihat keluar, mungkin dia teman tetangga kami karena saat itu baru pertama kali kami melihat orang itu. Ya sudah, saya dan Maryam menunggu Nadin di dekat tangga saja.

Tak lama si laki-laki itupun naik ke atas lewat tangga, pas di bagian tangga terakhir bagi Nadin, dia berpapasan dengan laki-laki itu. Nadin mungkin kaget, karena jarang sekali kami berpapasan dengan tetangga di tangga rumah. Setelah sampai di bawah diapun bercerita, "Mamah, tadi Nadin ketemu sama laki-laki yang pipinya gendut."
"Iya, Maryam juga lihat, perutnya juga gendut ya?? kayaknya ada adiknya deh." timpal Maryam sambil tersenyum manis.
"Adik? ada adiknya dimana?" tanya saya.
"di perutnya." katanya polos.
"hamil maksudnya?" tanya saya dalam hati. :D:D:D


Wednesday, April 6, 2011

Schuluntersuchung (Tes Masuk Sekolah)

Kalau di Indonesia ada tes untuk masuk sekolah, di sini juga ada donk. (Di sini maksudnya di Munich, bukan Jerman, karena masing-masing kota punya aturan main masing-masing). Tapi tampaknya tesnya berbeda (berdasarkan cerita dari keponakan saya yang akan masuk SD juga tahun ini). Katanya, keponakan saya menjalani tes sampai 4 jam, dari mulai menggambar, mengurutkan angka dari 1-20, pokoknya nulisnya banyak sekali, ceritanya pada bapaknya. Bapaknya sendiri gak tau detilnya seperti apa karena harus menunggu di luar. Kalau cerita dari neneknya Nadin, tampaknya anak di tes menulis, membaca dan berhitung, sampai ada pertanyaan 'apakah anak suka terbalik ketika menulis huruf d?'. Kalau anaknya tidak di Bandung, tidak apa-apa tidak ikut tes, asal mengirimkan hasil psikotes. Waduh, malah tambah bingung kalau begitu, rasa2nya psikotes di sini tidak populer. *cmiiw*

Bagaimana dengan di sini? prosedurnya panjaaaaaang sekali. Tes ini dipegang oleh suatu Departemen dari pemerintah setempat. Yang melakukan tes bukan guru, melainkan dokter anak dan perawat anak. Awalnya kami mendapat surat pemberitahuan melalui pos bulan September lalu bahwa putri kami sudah cukup umur untuk masuk sekolah tahun depan. Untuk itu, dia harus menjalani tes di Departemen tersebut. Kami diminta untuk membuat jadwal dari tanggal sekian sampai sekian di bulan November. Bayangkan, untuk membuat jadwal saja ada jadwalnya, lama pula selang waktunya. Gimana gak deg-degan???

Akhirnya pada bulan November, sayapun menelepon ke sana dan kami mendapat jadwal di bulan Januari (iya, kami harus menunggu lagi dua bulan sampai jadwalnya tiba :D).

Akhirnya, hari yang ditunggu-tunggu tiba juga. Setelah mendaftar, kami disuruh menunggu sebentar sampai menerima panggilan. Akhirnya kami dipanggil. Dan ugh.. sebenarnya ini pengalaman buruk.. karena si perawat yang menangani kami, juteknya minta ampun.. Baru pertama kali nih nemu perawat anak yang gak ramah sama anak-anak. Ggrrhhh.. sampai sekarang saya masih kesal aja.. Untungnya Nadin gak jadi trauma sama orang asing, meski waktu keluar dr ruangan itu, dia bilang bahwa dia gak suka sama ibu yang ngomongnya jelek tadi, katanya (fyi, si ibu ngomongnya pake dialek, dan bukan Bayerisch, makanya saya aja bingung, apalagi Nadin.)

Apa saja yang di tes?? Tes ini juga bisa berbeda, tergantung mood yang ngetes, tp intinya pasti sama lah ya.

Pertama tes penglihatan. Nadin diminta melihat gambar dalam sebuah alat mirip teropong, lalu harus menunjukkan gambar yang dia lihat dengan kartu yang tersedia di atas meja. Saya tidak tahu apakah gambar yang tampak berukuran sama atau berbeda. Karena biasanya, kalau tes mata di dokter anak, menggunakan alat seperti tes di dokter mata pada umumnya, huruf paling atas berukuran besar, makin ke bawah hurufnya makin kecil, tapi kalau untuk anak-anak huruf diganti dengan gambar. Tes ini lulus.

Setelah itu, tes motorik. Nadin diminta berjalan mengikuti garis lurus, mengangkat sebelah kaki, loncat dengan dua kaki, loncat dengan satu kaki, loncat dengan satu kaki mengikuti garis. Kemudian gerakan tangan. Nadin diminta bertepuk tangan, mempertemukan jari-jemari dengan ibu jari, dan beberapa gerakan jari lainnya. Setelah itu dia diminta menggambar, pertama diminta mengikuti gambar yang sudah ada (persegi, lingkaran, segitiga dan cakra), lalu menggambar orang (harus lengkap dari mulai kepala sampai kaki, detail muka sangat diperhatikan).

Lalu tes lidah, Nadin diminta menyebut nama-nama benda dari gambar yang ada. Gambar-gambar tersebut memuat huruf-huruf yang susah diucapkan, seperti sch, s, ss, hmm.. r ada gak ya? lupa.. :D Kalau ada yang kurang tepat (tdk memenuhi syarat), maka anak harus mengikuti terapi dulu sebelum sekolah, agar pas di sekolah tidak cadel. Tapi Nadin alhamdulillah lulus.

Setelah itu sempat ada pertanyaan logika plus etika juga. Di situ ada gambar anak sedang membaca buku sambil makan es di bawah terik matahari, boleh nggak kayak gitu? tanyanya. Lalu ada gambar anak-anak yang sedang bermain (hanya ada 3 anak saja), Nadin diminta menghitung anak yang sedang bermain itu. Lalu kalau ditambah Nadin jd ada berapa anak? kalau ditambah lagi adiknya Nadin jd berapa? tanyanya (berarti cuma sampai angka 5 saja).

Hm.. apalagi ya? kalau gak salah sih itu saja, tidak ada tes menulis dan membaca. Di akhir kami diberi surat untuk diserahkan ke sekolah nanti.

Thursday, March 31, 2011

Pürpüwan

Ceritanya Nadin sudah bisa membaca dan menulis sekarang, masih seputar kata-kata yang sederhana saja. Dia jadi ada hobi baru sekarang, membaca semua huruf yang dia temukan di mana saja, di buku, di jalan, di toko, di bus, dll. Untuk tulisan-tulisan susah, dia masih suka nanya dulu, misalnya seperti chicklits, schlecker, dll. Untungnya cara membaca dalam bahasa Indonesia dan bahasa Jerman tidak terlalu jauh berbeda, jadi sekali belajar, dia bisa langsung membaca dalam kedua bahasa tersebut. Kadang saya beritahu seperti membaca -sch, -ie, dll.

Disamping membaca, dia juga sedang suka menulis, meski kadang masih ada yang terbalik-balik seperti gambar di samping. Maklum dia baru mengenal huruf kecil satu bulan terakhir ini. Baru tadi pagi saya menyadari, kalau di papan tulis yang ada di kamar anak-anak ada beberapa tulisan, seperti laci, dengan titik pada huruf i-nya berbentuk hati. Sudah pasti ini Nadin yang menulis. Mata saya tertarik pada satu kata aneh, Pürpüw. Wah, apaan tuh??? penasaran saya tanya dia. Ternyata, "itu Nadin mau nulis perempuan, tapi gak cukup tempatnya, jadi cuma sampai w doank, an-nya gak bisa ditulis lagi."

Ach sooooo... ternyata Nadin mau nulis Pürpüwan (perempuan)... dan saya pun baru sadar kalau ternyata menulis kata perempuan memang agak sedikit rumit, apalagi untuk anak-anak. Tapi, Nadin, kamu pintar sekali bisa menganalisis sendiri bagaimana menulis kata yang rumit itu. Bravo!

Sunday, March 27, 2011

punya mata

Sore tadi kami menonton film bareng di rumah, semuanya ikut, bahkan Ligar juga.. kalau ada yang tertawa, Ligar pun ikut tertawa. Kalau lagi pada serius, Ligar juga ikut serius. Kalau ada yang ganti posisi, Ligar juga ikut ganti posisi. Kalau ada yang mengambil camilan, Ligar pun ikut makan.. Kalau saya perhatikan, si ujang ini lebih ke nonton penonton daripada nonton filmnya sendiri.. *emang lagi fase 'tuturut munding' kalau kata orang Sunda mah*

Sampai pas masuk waktu Maghrib, saya mengajak anak-anak untuk sholat dulu. "Kita pause dulu filmnya ya." kata saya sambil mencari-cari remote control. Tapi tak kunjung ketemu, padahal terakhir dipakai beberapa menit lalu. Kata Nadin, "mungkin masuk ke kolong, Mah" kolong sofa maksudnya. Pas saya intip, ternyata benar. "Eh iya, kok bisa ya masuk ke kolong?" tanya saya pada diri sendiri sambil mencoba mengambil si remote. Tiba-tiba ada juga yang menjawab, "kayaknya remote-nya punya mata deh, makanya dia bisa masuk ke kolong." jawab neng Iyam dengan muka polos tapi serius.

Wednesday, March 23, 2011

Misteri dibalik Orientierungskursbescheinigung

Ah, seandainya tidak diminta oleh KVR, saya tidak akan pernah sadar kalau saya tidak punya surat itu. Minggu lalu, saya mengajukan surat perpanjangan ijin tinggal saya di sini. Karena sudah lebih dari 5 tahun saya tinggal di Jerman, saya mengajukan ijin tinggal yang tidak terbatas. Berbeda dari 2 tahun sebelumnya (yup, saya mengajukan Niederlassungserlaubnis untuk kedua kalinya, yang pertama bisa di baca di sini http://tmartiana.multiply.com/journal/item/153/Lika-liku_si_surat_sakti), kali ini saya ditanya sertifikat ujian bahasa Jerman (minimal ZD) dan surat bukti bahwa saya sudah pernah mengikuti Orientierungskurs (kursus tentang negara, geografi Jerman, hak dan kewajiban, politik, sejarah, dll). ZD saya sudah punya, dan sudah saya bawa, tapi si Orientierungskursbescheinigung itu yang nggak ada, dan saya pun merasa tidak pernah dikasih. Waduh, gimana ini???

Akhirnya saya datang lagi ke tempat saya mengambil kursus jaman dahulu kala.. iya.. jaman dahulu kala.. karena ini sudah 5 tahun berlalu.. *Ouch* Si ibu kaget juga, kenapa saya baru ribut hari gini kalau saya tidak mendapat surat bukti itu.. Wew.. selama ini, saya menyangka kalau Zertifikat Deutsch itu sudah sepaket dengan Orientierungskursbescheinigung, karena toh kursusnya juga sepaket (Integrationkurs = Deutschkurs 600 jam + Orientirungskurs 45 jam). Jadinya saya ngerjain si ibu hari itu, untuk membuka-buka kembali file di masa lalu. Dan tadaaa.. data saya memang ada di situ, bahwa saya ikut ujian ZD tanggal sekian.. dan ujian Orientierungskurs sehari sebelumnya. Dan kata si ibu, semua data ini sudah dia kirim ke Bundesamt (kayaknya yang dimaksud adalah BAMF) pada Desember 2007. Menurut dia, yang mengeluarkan Bescheinigung tersebut bukan Sprachschule (tempat kursus) melainkan BAMF, dan tentunya BAMF sudah mengirim semua Bescheinigung itu ke rumah saya. Ke rumah saya??? lewat pos??? ya gak akan sampai lah.. saya kan sudah pindah rumah pada bulan Maret 2007. Wadddduuuuhhhh... ketahuan deh sekarang masalahnya dimana.

Akhirnya si ibu langsung menelepon BAMF, dan katanya BAMF akan mengirimkan semua berkas saya ke alamat yang baru. Makanya kalau ada perubahan alamat, Anda harus selalu bilang, katanya. Yah, mana saya tahu kalau saya masih punya piutang dr BAMF ini 1,5 tahun setelah saya selesai ujian. Lagian.. kenapa juga data2 saya baru dikirim akhir tahun 2007, pdhl saya sudah ujian sejak juli 2006. ggggrrrrrhhhhh ##$@#$^%*&()**&^&^%^$^&%&*

Tapi setelah dipikir-pikir lagi, Integrationskurs ini mulai diberlakukan sejak januari 2005, jadi pas saya mengambil ujian di pertengahan 2006 itu, bisa jadi saya termasuk angkatan2 awal yang mengambil ujian, dimana sistem pengiriman data dan sebagainya masih belum sempurna. Jadi yah gitu deh nasibnya.. Sekarang tinggal menunggu pos dari BAMF, mudah2an bisa sampai sebelum 19 April nih (termin berikutnya sama si bapak di KVR). Amiin..

Supermoon

Hari sabtu yang lalu, tiba-tiba aja teman-teman pada ribut sama Supermoon. Hm.. apaan tuh?? kalau bukan karena FB, pastinya sayah udh ketinggalan berita:D Untung tinggal di negeri yang memang agak sedikit ketinggalan jaman, jadi pas orang-orang (katanya) pada ketiduran melihat bulan, saya dan anak-anak masih ada waktu menunggu.. 

Malamnya (untung saya gak lupa), saya ajak anak-anak ke balkon untuk melihat Supermoon, mengingat mereka fans beratnya bulan.
"Neng.. neng.. katanya hari ini bulan bakal tampak lebih besar, soalnya posisinya lagi dekat banget sama planet bumi." kata saya.
"Planet buminya Jerman apa Indonesia?" tanya Nadin.
"Kalau sekarang mah di Jerman.. kalau tadi, pas kita jalan-jalan sore, bulannya lewat Indonesia.. soalnya pas di sini sore, di Indonesia kan udah malam."
"Oh." jawabnya.. 

Lalu anak-anak bergegas memakai jaket dan sandal.

"Itu dia bulannya!!!" kata saya girang.
Mereka bengong tanpa ekspresi.
"Eh, kok bulannya terang banget ya, Neng, ya? tapi ini bulannya beneran lebih gede nggak sih?" tanya saya.. penasaran sama ekspresi mereka yang lurus2 aja.. :D
"Iya, tapi gedenya sama aja kayak yang biasa." kata Nadin.
"ini mah nggak gede, yang di buku bebek yang di Bibliothek itu lho yang gede" kata Maryam.

Ah.. ya pantesan.. ternyata mereka membayangkan seperti yang di buku kemarin itu. Kebetulan beberapa hari sebelumnya, kami membaca buku tentang anak bebek yang mencari rumahnya bulan. Di buku itu ada ilustrasi dimana rumah tampak lebih kecil daripada bulan. Kurang lebih gambarnya sekasus dengan gambar di samping ini. (Gambar diambil dari http://www.skyatnightmagazine.com/news/big-brilliant-moon

"Kalau mau lihat bulan yang gede banget, kita harus naik roket, Maryam!" kata Nadin.

Lalu mereka pun masuk rumah kembali dengan ekspresi muka yang tetap lempeng, padahal biasanya mereka seneng banget melihat bulan, bulan mati sekalipun. :D Iya sih.. salah ya?! mestinya di awal jangan terlalu lebay.. soalnya kadang (sering dink..) apa yang ada di kepala kita dan di kepala anak-anak berbeda.. :D

Monday, March 21, 2011

WOW-nya Ligar

Suatu hari saya mau belanja ke toko dekat rumah, belanjanya juga gak banyak-banyak.. makanya waktu itu saya memutuskan untuk pergi tanpa membawa Kinderwagen (stroller). Lagipula akhir-akhir ini Ligar rada susah sekali diminta duduk manis di Kinderwagen, maunya lari-lari melulu sambil melihat-lihat benda-benda yang menarik perhatian dia.

Nah, di dinding samping toko itu terpasang iklan besar (berukuran sekitar 2 x 3 m). Iklannya sendiri gonta-ganti, tergantung kontrak kali ya?! Dan saya tau betul kalau saat itu iklan yang terpasang adalah iklan bergambar 3 orang wanita muda mengenakan pakaian bagian dalam (entahlah iklan apa). Makanya kalau lewat bagian itu, saya gak pake noleh ke bagian kanan, malu saya melihatnya juga. 

Lama-lama saya merasa tidak mendengar suara langkah Ligar lagi (biasanya saya jalan duluan, dia mengikuti, sesekali saya tengok ke belakang untuk memastikan semuanya baik-baik saja). Dan ternyata, dia memang sedang berdiri mematung, dengan kepala menengadah ke atas sambil memandang iklan tadi dengan lekatnya. Tak lama keluar dari mulutnya kata, "WOW!!". Kakek-kakek yang lewat saat itu sampai tertawa terpingkal-pingkal.. *halah*

Friday, March 18, 2011

Kleinwuchs (2)

Catatan yang amat sangat telat.. :(

Masih ingat catatan yang ini? catatan dimana Nadin divonis bertubuh terlalu kecil oleh dokter anaknya. Nah, setelah menunggu beberapa minggu, akhirnya tibalah saatnya kami untuk pergi ke klinik anak LMU ini. Alhamdulillah, pagi itu Maryam mau dibujuk agar pergi ke Kindergarten sendiri, tanpa Ceuceunya... Jadi saya bisa lebih mudah kalau bawa dua anak saja. ;)

Beberapa hari sebelum jadwal, saya sudah survey ke kliniknya, supaya pas hari-H saya tidak terlambat datang gara-gara nyasar dulu (gak elit banget deh :D). Begitu datang, saya langsung mengambil nomer dan menunggu dipanggil. Ketika sudah berhadapan dengan si ibu petugas, saya ditanya mau periksa ke klinik apa? ya, mana saya tahu.. Tapi saya bilang bahwa masalah anak saya adalah pertumbuhannya terlalu kecil. "Ok, kalau begitu saya akan kirim Anda ke bagian hormon, katanya.". Setelah mengisi formulir yang berisi data-data standar yang seabreg, akhirnya kami diminta untuk langsung pergi ke bagian hormon di lantai satu. Karena Nadin sudah lima tahun, ruang tunggunya beda, yang satu lagi ruang tunggu khusus untuk bayi.

Di sana sudah ada beberapa orang tua menunggu dengan beberapa anaknya. Tak lama kemudian, kami langsung dipanggil.. duh.. jadi gak enak sama yang udah nunggu duluan.. Tapi mungkin bagian mereka beda juga ya? ya syudah.. tak usah terlalu dipikirkan..

Kami dipanggil oleh seorang perawat setengah baya yang baik hati dan ramah. Begitu masuk ke ruangan, ternyata dokternya masih sangat muda, cantik, energik, banyak senyum dan banyak ngomong. :D *rugi banget deh si akang gak ikut.. hahaha* Dokter itu didampingi oleh dua orang mahasiswa kedokteran. Jadi kami semuanya perempuan, kecuali Ligar. *ini catatan gak penting banget ya?!*

Meski si dokter sudah membaca surat transfer dari dokter anak, tapi tetep dokternya meminta saya untuk menceritakan dengan detil kasusnya Nadin. Saya bilang bahwa dokter anak blablabla.... tapi saya menemukan di internet bahwa blablabla... Si dokter mendengarkan dengan seksama. "Ok, kalau begitu berarti dokter anak saja yang menyatakan dia kecil sedangkan anda merasa anak anda masih normal? ok.. kalau begitu mari kita lihat."

Dia kemudian memeriksa buku kuningnya Nadin (fyi, buku kuning ini merupakan buku perkembangan sejak Nadin lahir sampai usia 17 nanti). Dia lihat halaman pertama, sejarah kelahirannya Nadin.. semuanya dicatat di berkasnya dia.. mulai dari proses, ukuran, usia kandungan ketika lahir, tingkat kesetresan bayi saat lahir sampai kelainan-kelainan yang terjadi. Dan setiap dia mencatat data, dia selalu menjelaskan kepada mahasiswanya data apa itu dan untuk apa. Setelah data lahir, dia melihat halaman demi halaman buku itu, dilihat apakah ada kelainan dalam setiap kontrol perkembangan sebelumnya, juga grafik pertumbuhan Nadin dari pemeriksaan yang satu ke pemeriksaan berikutnya yang ada di halaman belakang. Dan semuanya normal. Lalu dia bertanya apakah Nadin punya masalah pencernaan? berapa banyak minumnya dalam sehari? tidurnya bagus atau tidak? dia sudak masuk Kindergarten atau belum?

Setelah data Nadin lengkap, mulai ibu dan bapaknya yang diinterogasi. Darimana kami berasal? apakah kami masih kerabat dekat? berapa tinggi saya dan tinggi bapaknya? kapan datang periode pertama saya? dan apakah bapaknya mengalami masa puber cepat atau lambat?

Setelah selesai wawancara, Nadin mulai diperiksa nih. Pertama, seperti biasa, berat, tinggi dan besar lingkaran kepala. Kemudian tekanan darah, lalu dokter memeriksa bagian dalam tubuhnya.. dengan menggunakan stetoskop dan bagian perut dengan ditekan-tekan sedikit oleh kedua tangannya. Terakhir, tiba bagian paling menegangkan, yaitu diambil darah. "Udah pernah sebelumnya?" tanyanya.. belum tuh.. Dan jelaslah dia menangis meraung-raung, tapi langsung selesai begitu dapet hadiah boneka kecil.. *duh, bisa jd sengketa tuh di rumah, tp alhamdulillah Maryam gak apa-apa sih Nadin dapat hadiah, tapi dia jadi merengek-rengek ingin dibawa ke RS juga dan diambil darah biar dapat hadiah.. ck..ck..ck..* Alhamdulillah, dari hasil tes darah, hasilnya normal semua.

Diujung pertemuan, dokter menjelaskan dulu pada saya, bahwa sebenarnya Nadin bukan tidak berkembang, dia membesar sih, tapi persentase perkembangannya mengecil. Sebelum dia berusia 2 tahun, perkembangan tubuhnya sebesar 10 - 25 persen. Namun sekarang menjadi kurang dari 3%. Jadi perkembangannya dia ada di bawah standar tinggi dia yang seharusnya (153,5 - 170,5 cm) katanya.. Wah, Nadin ada kemungkinan lebih tinggi dr ibunya nih.. :D Jadi kesimpulannya, tidak ditemukan kelainan apa-apa.. namun tetap dia menyarankan untuk kontrol lagi dalam 6 bulan (yang mana seharusnya jatuh pada bulan mei mendatang). Sebelum pulang, saya dikasih satu map untuk dibawa ke bagian rontgen. Setelah daftar, tak lama kemudian, Nadin dipanggil. Karena saya membawa Ligar, jadi saya disarankan untuk menunggu di luar bersama Ligar. Apa yang di rontgen? tangan bagian kiri. Dari hasil rontgen ini ditemukan bahwa Nadin mempunyai tulang yang berusia antara 4,5 - 5 tahun (saat itu Nadin berusia 5,5 tahun). Katanya dokter ini tidak apa-apa.. tidak ada yang buruk dari hasil pemeriksaan itu. Alhamdulillah..

Thursday, March 17, 2011

kembar

Suatu hari secara tidak sengaja kami bertemu dengan temannya anak-anak di Kindergarten.
Nadin: "Mamah, itu ada Rayyan sama Rabban!!!" sambil berlari dan berteriak ke arah mereka. Maryam ikut-ikutan lari kesenengan.

Setelah kami berpisah,
Nadin: "Mamah, Rayyan sama Rabban itu kembar lho!"
Saya: "oya?"
...padahal mah udah tau, da keliatan. :D

Maryam: "mereka bajunya suka sama lho! Nadin sama Maryam juga bajunya suka sama, jadi Nadin sama Maryam juga kembar."
Saya: "eh, iyaya.. "
...nggak ngeh kalau di situ ada si perfeksionis. :D

Nadin: "ya nggak atuh, kalau kembar itu ulang tahunnya harus barengan, harus sama umurnya, harus 4 dua-duanya.. atau 5 dua-duanya. Atau, Mah?"

Ah iya, saya pun baru nyadar kalau tadi ada salah tangkap diantara keduanya.. tapi kan dua-duanya gak ada yang salah.

Saya: "Oh iya, Maryam, sebenarnya yang disebut kembar itu anak yang keluar dari perut mamahnya barengan, jadi ulang tahunnya juga barengan. Tapi, Nadin, karena anak kembar suka dipakein baju yang sama, jadinya kalau ada anak yang bajunya sama suka disebut kembar juga... maksudnya bajunya aja yang kayak anak kembar. Jadi tadi Nadin dan Maryam benar dua-duanya"

Dua-duanya tampak mikir. Kemudian...

Maryam: "Harry Potter juga kembar." dengan muka serius.

Waduh.. apa hubungannya ama yang tadi??? bingung.. saya langsung mengingat2 episode2 Harry Potter yang pernah kami tonton.. ada gitu yg Harry Potternya kembar?

Saya: "Oya? Harry Potter kembar gitu? ada dua gitu Harry Potternya?"
Maryam: "bukan.. bajunya Harry Potter yang kembar.."
Saya: "ooh.. bajunya Harry Potter.. sama teman-temannya ya?"
Maryam: "iya."
Saya: "ohohohoho... iya, Maryam pinter.. tapi kalau kebanyakan mah bukan kembar lagi namanya, tapi SERAGAM!" :D

Friday, March 11, 2011

adik

Malam ini saya bercerita pada anak-anak tentang paman dan bibinya yang sedang mengalami musibah gempa bumi plus tsunami di Sendai sana. Alhamdulillah, mereka selamat. Saya bercerita apa itu gempa dan apa itu tsunami, bagaimana kondisi mang Iid dan Bi Tyas saat ini. "Makanya kita harus banyak-banyak berdoa biar gempanya cepat berhenti, biar Mang Iid sama Bi Tyas bisa cepat pulang ke rumahnya lagi." ujar saya.

Setelah ngobrol ngalor-ngidul seputar gempa, tsunami dan mang iid, Nadin tiba-tiba bercerita,
"Mang Iid itu adiknya Papah. Papah punya adik dua, Bi Achie sama Mang Iid. Jadi Papah itu kakaknya."
"Maryam mau punya adik 4!" kata Maryam.
"Nadin mah mau punya adik 3 aja." kata Nadin.
"Yeee.. gak kompak. :D" timpal saya.
"Kalau Nadin adiknya 3, Maryam adiknya 2 donk." kata Nadin.
"Nggak ah, Maryam mau adiknya 4 aja." kata Maryam keukeuh.
"Kalau Maryam adiknya 4, Nadin adiknya 5 donk!" kata Nadin
"kalau gitu Maryam adiknya 6 aja!" Maryam gak mau kalah.
"kalau Maryam adiknya 6, Nadin adiknya 7 donk!" timpal Nadin lagi.

dan teruuuuus seperti itu sampai adiknya belasan gitu deh.. 
sampai akhirnya...

"Mamaaaah... Nadin kok adiknya pengen lebih banyak melulu.. Maryam kan mau adiknya lebih banyak dari Nadin!"

hahaha... gimana caranya?!!!

Monday, March 7, 2011

Ke bonbin aja yuk?!

Liburan ini anak2 sudah dijanjikan main ke rumah Azziza dan Farah, mereka sudah tau pula jadwalnya, hari Rabu. Tapi berhubung baru sembuh dari penyakit menular, saya belum berani berkunjung ataupun dikunjungi orang. Yang namanya berkunjung, pastilah kami akan menggunakan toilet serta alat makan dan minum, yang mana bisa menjadi perantara penularan penyakit yang baru saja kami derita. Untuk mengurangi kekecewaan anak-anak, saya ajaklah mereka untuk mengunjungi kebun binatang, kebetulan cuaca cerah dan hangat, sangat mendukung lah pokoknya. Setelah melihat prakiraan cuaca, saya putuskan untuk mengunjungi kebun binatang esok hari.

"Neng, kita ke bonbin besok aja ya?!" kata saya.
"Horrrreeeeee.." teriaknya girang.
"Hm.. kita bekal apa ya?? pizza kali ya? mau gak?" tanya saya.
"Yaaaaa.." teriak Maryam.. "Mamah.. binatang apa yang suka makan Pizza?" lanjutnya.
"hah??? maksudnya??" tanya saya dalam hati.. "hm.. binatang apa ya?? Mamah juga nggak tahu.. tapi kita kan suka makan Pizza."
"oiyaya.. kita bekal cau (pisang) juga ya.. Binatang apa ya yang suka makan cau?" tanyanya.
"Binatang apa ya??" kata saya, balik nanya.
"Monyet!" jawabnya.. "Hm.. kita bekal apel juga ya.. Kayaknya kuda deh yang suka makan apel."
"
:D:D:D
Jadi bekal makanan itu buat kita apa buat binatang sih, Neng??

Kecap

Suatu pagi di dapur..

Maryam: "Mamah lagi ngapain?"

Saya: "Mamah mau masak ayam kecap"

Maryam: "Kecap kan bahasa Jerman?!"

Saya: "bahasa Jerman ada.. bahasa Indonesia juga ada. Kalau kecap di bahasa Jerman warnanya beureum (merah), kalau kecap di bahasa Indonesia warnanya hideung (hitam)"

Maryam: "kalau kecap hideung bahasa Jermannya... *mikir*"

terlintas di pikiran saya dia bakal menyebut Soyasosse... soalnya anak ini sedang senang menerjemahkan bahasa Indonesia ke bahasa Jerman dan sebaliknya..

dan akhirnya, setelah beberapa detik berpikir, keluarlah jawaban dr mulutnya.. "kecap schwarz!" jawabnya mantap.

Doh, dirinya memang paling bisa bikin Emaknya surprise ya!! :D

Saturday, February 26, 2011

Gaya Baru Neng Iyam

Entah darimana datangnya, tiba-tiba aja Neng Iyam kalau ngomong hanya memakai satu vokal aja dalam satu kalimat. Asalnya saya gak ngerti.. tapi setelah beberapa kali mendengarkan.. ternyataaaaaa.... hahahah..

Contohnya kemarin siang, pas dia mau pipis,
Maryam: "Mimih.. pipis.."
Saya: (cuma denger "pipis"nya aja) "ya boleh.."
Maryam: "tipi Miryim mii ditiminin simi mimih."
Saya: "hah???? apaa???"
Maryam: (ketawa-ketiwi) "Miryim mii simi mimih pipisnyi"
Saya: "hihihi.. yi idih.. cipit2 itih.. kibiri ngimpil.. " 

Malamnya, pas dia lagi dipeluk-peluk bapaknya (bapaknya suka gemesan sama Neng Iyam)
Maryam: "Meryem gek seke seme pepeh"
Bapaknya: "hah?? Maryam ngomong apa?"
Maryam: "ada deeeh.."
Saya: "hahaha.." --> ketawa karena Neng Iyam ngomong pake e semua.. plus bikin bapaknya "kacemes" gara2 jawaban keduanya.. (biasanya si akang yang suka jailin anak2 dengan kata "ada deeeeehhh")

Friday, February 11, 2011

Winter yang Mahal

Akhir-akhir ini Nadin merengek terus minta dibuatkan es stroberi. Sebenarnya sih di musim dingin tidak ada larangan minum es.. hanya, untuk saya, rasanya tidak enak aja kalau dingin-dingin minum yang dingin.. Jadi keinginan Nadin yang satu itu belum bisa diwujudkan, selain karena musim dingin gak enak minum yang dingin, juga karena musim dingin stroberi jarang dan kalaupun ada, mahal harganya.

Dari musim dingin, tiba-tiba saja obrolan berlanjut ke Indonesia..
"Kalau di Indonesia sih musim panas terus, gak ada winter," kata saya.
"Lho, kok di Indonesia gak ada winter? di Indonesia Winter mahal ya??" tanyanya..

:D:D:D

Setelah menerangkan kenapa di Indonesia tidak ada musim dingin, tiba-tiba saya jadi teringat kakak saya. Beberapa waktu lalu dia pernah bilang bahwa di Indonesia juga ada salju, tapi mahal biaya masuknya. Pokoknya kalau banyak duit mah, di Indonesia apapun ada.. Hm.. ada benernya juga sih pernyataan Neng Nadin tadi.. :D

Sunday, February 6, 2011

Raksasa



Apa hubungannya tinggi badan dengan usia?? makin tinggi badannya, makin besar usianya. Itu kata anak-anak saya. 

Sampai akhir tahun lalu, Nadin tampaknya tidak mengerti kalau usianya itu bertambah hanya setahun sekali pas hari kelahiran dia (karena kami memang tidak pernah merayakan ulang tahun, kecuali di Kindergarten saja). Menurut dia, usia itu bertambah ketika dia mencapai tinggi tertentu. Jadi kalau usianya setahun, tingginya segini, 2 tahun segini, 4 tahun segini, 6 tahun segini, 10 tahun segini, dst.. sambil menunjukkannya dengan telapak tangannya. Kalau Nadin banyak makannya, maka Nadin bakal cepat tinggi dan cepat bertambah umurnya. :D Saya sudah menjelaskan bahwa dia hanya ulang tahun sekali saja dalam setahun, di hari dan bulan tertentu, tidak bisa kapan saja, tapi tampaknya dia tetap tidak mengerti. Sampai akhirnya dia menemukan seorang temannya di Kindergarten yang berusia sama, namun badannya lebih kecil. Kenapa??? tanyanya. Lalu saya jelaskan bahwa perkembangan setiap anak berbeda, bisa jadi karena makannya yang berbeda, bisa jadi karena orang tuanya yang berbeda, dan lain-lain. Jadi meskipun usia sama, tapi tinggi badannya belum tentu sama, makanya tinggi badan seseorang memang tidak menentukan umur. Entah waktu itu dia mengerti atau tidak.

Sampai akhirnya ketika menjelang akhir tahun, kami banyak mendapat hadiah kalender. Di situlah saya terangkan tentang hari, minggu dan bulan, juga tentang hari lahirnya dia, hari lahir adik2nya, hari lahir kami semua. Dan akhirnya dia pun mengerti, kalau ternyata ulang tahun memang hanya sekali dalam setahun.

Meski begitu, teori "makin tinggi badannya, makin besar usianya" tetap berlaku di kepala mereka. Kenapa? karena di keluarga kami, teori itu memang masih kelihatan begitu adanya. Ligar yang paling muda, paling pendek badannya. Lanjut ke Maryam, kemudian Nadin, saya dan bapaknya. Suatu hari, entah darimana awalnya, pokoknya kami jadi lanjut ke obrolan ini:

Maryam: "Mama, Maryam udah gede?"
Saya: "iya donk!"
Maryam: "Maryam udah tua donk."
Saya: "hihihi.. ya belum atuh, kamu kan baru mau 4 umurnya, Maryam masih muda dibanding Mamah."
Maryam: "kalau Nadin udah tua donk, kan Nadin udah gede."
Saya: "Ah, Nadin juga belum, kan Nadin baru mau 6 tahun."
Nadin: "Mamah yang udah tua mah, mamah kan udah gede banget. Tapi yang paling tua mah Papah, soalnya Papah lebih gede lagi" (gede yang dimaksud disini "tinggi")

Maryam: "tapi tapi tapi.. tau gak siapa yang paling paling paling tua banget??? RAKSASA.. kan raksasa guedeeeeeeee bangettttt!!!!"

hahahahaaa... *jangan sekali-kali tertawa ketika Maryam ngabodor, bisa nangis dia karenanya*

Saya: "Eh, tau gak?? yang udah tua itu yang kulitnya udah keriput. Tau keriput?"
Keduanya menggeleng.
"peot.." lanjut saya.
Nadin: "kayak Oma donk!" (tetangga depan kamar kami)
Saya: "yup"
Maryam: "Tapi Maryam kalau mandinya kelamaan, tangan sama kakinya suka peot juga."

hihihi... gak pernah ada ujungnya deh kalau ngobrol sama anak-anak... :D