Tuesday, August 24, 2010

ICE

ket: ICE = Intercity Express = Kereta cepat di Jerman.

Gara-gara terlalu heboh memborong tiket murah sekitar 2 bulan yang lalu, akibatnya kami kini masih punya satu set tiket kereta. Berhubung si akang sedang super sibuk di kantornya, rada-rada susah juga meluangkan waktu untuk jalan-jalan. Bahkan jalan-jalan dua minggu lalu pun dengan sangat terpaksa hanya memanfaatkan akhir pekan saja. Tapi sebenarnya sekarang bapaknya anak-anak sedang cuti, tapi malasnya minta ampun kalau jalan-jalan di saat bulan puasa, apalagi puasa tahun ini termasuk puasa yang sangat panjang (kurang lebih 16,5 jam). Berhubung masa berlaku si tiket sudah hampir habis, maka mau tak mau kami harus memanfaatkan tiket itu agar terpakai. Akhirnya jadi bingung sendiri mau kemana, padahal kalau lagi gak punya tiket biasanya banyak maunya.

Sambil berbuka, sambil diskusi, iseng saya tanya anak-anak yang masih juga pada aktif di penghujung hari seperti itu.

Mama: "Nadin, mau naik ICE lagi?"
Nadin: "Mau!"
Mama: "Nadin maunya kemana?"
Nadin: "ke Hamburg!"
Maryam: (spontan menimpali) "Hamburg mah jauuuuuuhhhhhh" sampai manyun deh ngomongnya. :D

Mama: "Emang kalau Maryam maunya kemana?"
Maryam: "Ke Bandung!"

...dan semua pun tertawa..

Nadin: "Bandung mah paling jauh atuh." maksudnya mungkin lebih jauh lagi.
Papa: "Ke Bandung mah gak bisa naik ICE, mesti naik pesawat!"
Maryam: "Tapi kan di Bandung ada Beng-beng.. heheheh"

*gubrak*

*Aduh, Neng, diantara banjirnya coklat yang enak-enak di sini, ternyata kamu masih lebih suka Beng-beng... Pasti ini gara-gara Tante Pipit nih :D*

Tuesday, August 17, 2010

Hitzefrei-Muffins *)


Description:
*) Muffin bebas panas

Diambil dari seri buku masaknya si Maus (Hier backt die Maus), seri Muffin.

Berhubung kemarin baru saja memborong buku dari perpustakaan, salah satunya yang ini, maka anak-anak dengan senang hati memilih cemilan hari ini. Meski hari cukup dingin, tapi mereka tetap suka yang dingin-dingin. Caranya lumayan gampang, anak-anak juga bisa ikut-ikutan heboh di dapur, dengan bahan standar yang pasti selalu ada di rumah. Hasilnya lumayan ok, tapi entahlah dengan rasa.. masih harus menunggu 8 jam lagi nih untuk mencicipinya.. :)

Ingredients:
Untuk 12 buah Muffin diperlukan:
75 g mentega
180 g tepung terigu
1/4 sdt garam
4 - 5 biji telur ukuran sedang (atau 6 - 7 telur ukuran kecil)
1 sdt baking powder

Untuk Isi:
1 pak es krim vanila

Untuk taburan:
30 g gula halus

Directions:
1. Olesi cetakan muffin dengan mentega atau pasangi kertas muffin. Panaskan oven 180 derajat.

2. Lelehkan mentega dalam panci sedang, lalu tambahkan 280 mL air. Mentega dan air dimasak bersama-sama.

3. Angkat panci dari kompor, masukkan tepung dan garam, aduk.

4. Kocok satu buah telur dalam sebuah cangkir dengan garpu, masukkan kocokan telur ke dalam adonan tepung. Kemudian kocok lagi sebuah telur, masukkan lagi ke dalam adonan, lakukan terus sampai adonan kental-kental cair. (jumlah telur bisa berbeda dengan yang disebutkan di atas). Terakhir baru masukkan baking powder.

5. Masukkan adonan ke dalam cetakan muffin, bakar dalam oven selama 30 menit sampai berwarna coklat keemasan (15 menit pertama oven tidak boleh dibuka, karena permukaan muffin akan turun/melempem).

6. Keluarkan muffin dari oven, biarkan selama 5 menit, keluarkan dari cetakan (kertas muffin). Belah dua dibagian tengah.

7. Isi dengan es krim vanila (rasa sesuai selera), tutup lagi, taburi dengan gula halus. Muffin siap dimakan.

Monday, August 16, 2010

Bendera Indonesia

Ajang pertandingan olahraga ternyata bisa menjadi wahana mengenal bendera untuk anak-anak. Kalau diingat-ingat, begitulah saya waktu kecil, bisa hapal bendera negara-negara di dunia dari menonton olimpiade ataupun piala dunia. Nadin sudah sejak 2008 mulai mengenal bendera Jerman dan Indonesia, itupun gara-gara ada piala Eropa. Di piala dunia kemarin, dia mulai penasaran dengan bendera-bendera negara lainnya. Beberapa ada yang dia hapal pada akhirnya. Maryam? diapun ikut-ikutan.. tapi kadang masih suka ngasal, kadang betul kadang salah, bahkan untuk bendera Jerman, apalagi Indonesia yang tidak terlibat di ajang piala dunia. Sampai...

..hari ini ketika kami sedang berjalan menuju perpustakaan, tiba-tiba dia teriak, "bendera Jerman!".
"Mana?" kata Nadin.
"Itu!" sambil menunjuk ke satu arah.
Dan ketika kami menoleh, benar saja, di salah satu balkon rumah masih terpasang satu bendera Jerman. Wow, kejutan! Berarti dia sekarang sudah tahu betul warna bendera Jerman.

Penasaran, saya coba tes dengan warna bendera negaranya.
"Kalau bendera Indonesia Maryam tahu gak?"
dia terdiam.. lalu menggelengkan kepalanya.
"kalau bendera Indonesia warnanya merah sama putih" jawab saya.
"merah sama putih???!!! iyyyeee.. merah sama putih jadi pink! Maryam suka warna pink! Maryam suka bendera Indonesia!"
"bukan pink, warnanya bendera Indonesia itu merah sama putih." kata saya menegaskan.
"iya, warnanya merah sama putih.. jadi pink.. kalau merah sama biru jadi ungu!" jawabnya.
lho.. lho.. kok jadi main campur-campur warna sih?? *garuk2 kepala*

Akhirnya dia baru mengerti setelah ditunjukkan gambarnya. Hm.. kecewa gak yah dia kalau bendera negaranya nggak jadi pink? :D

Sunday, August 15, 2010

Dara

Dara.. pertama kali saya bertemu dengannya saat kami jalan-jalan bareng ke Neuschwanstein tahun 2004 lalu, saat itu pula saya pertama kali bertemu dengan kedua orang tuanya yang rame dan asyik. Anehnya, gadis kecil yang manis dan selalu tersenyum itu maunya nempeeeeelllll terus sama saya. Padahal (katanya) muka saya jutek gak ketulungan, apa anak itu gak takut sama saya? Oo.. mungkin karena saya sedang hamil.. katanya anak kecil suka nempel-nempel sama wanita hamil. Ya, waktu itu, Nadin masih ada di perut saya. Dan (mungkin) saat itu pula sinyal-sinyal pertemanan antara Nadin dan Dara mulai bersambung. Sayangnya tidak ada foto bersama Dara dalam perjalanan itu.

Setahun kemudian kami jalan-jalan bareng lagi ke Koenigsee, dan ternyata Dara masih juga nempel sama saya. Sampai bapaknya yang merasa tidak enak karena saya punya bayi kecil waktu itu, tapi saya sih sebenarnya senang-senang aja. :) Kali ini ada fotonya.. tuh saya mo foto berdua, jadinya bertiga deh.. :D

Dan kini, anak-anak pun tumbuh semakin besar. Nadin sudah lebih besar dari Dara waktu itu. Dan ternyata dia menjadi fans beratnya Dara. Sampai-sampai waktu mau punya adik tahun kemarin, dia memprediksi adiknya laki-laki tapi maunya diberi nama Dara. :D (kisah ini bisa dibaca di sini) Dan ternyata adiknya memang laki-laki (yang mana tidak bisa diberi nama Dara :D). Namun Allah memberikan hadiah yang lebih indah lagi, adiknya terlahir di hari yang sama dengan lahirnya sang Dara jelita, 14 Juli. *jadi terharu begini menulisnya*

Masih penasaran dengan Dara, Nadin berpesan, "Nadin kalau punya adik lagi maunya perempuan ah, terus dikasih nama Dara ya, Mama.." hihihi..

Dara kini sudah besar, sudah bisa mengasuh Nadin. Saat dia ingin Nadin menginap di rumahnya, saya bilang tidak karena takut merepotkan Mamanya, dengan penuh percaya diri dia berkata, "Aku bisa bantu, Tante Ina.. aku bisa bantu kalau Nadin mau ke toilet, aku bisa bantu kalau Nadin mau ini itu..". Ah, Dara, kamu dewasa sekali sih, Nak. Semoga engkau tumbuh menjadi dara jelita, pintar, baik hati, tidak sombong dan gemar menabung :D Jadilah engkau anak sholihah yang kelak bisa menuntun Mama Papanya ke surga. Amiin..

Friday, August 13, 2010

Liburan Pekan 1: Jumpa Alishya (Hamburg-Sylt)




Nadin dan Alishya, terlahir di kota yang berbeda, tidak pernah hidup di kota yang sama, hanya setahun sekali berjumpa, hubungan darah juga tak ada, tapi ada ikatan istimewa diantara mereka. Tidak pernah lupa satu sama lain meski jarang bersua, saat-saat berpisah tak pernah luput dr tetesan air mata. Ah, sayang, semoga kalian bisa seperti ini terus sampai tua.

Liburan ke Hamburg-Sylt bersama MamangYuki dan Bi Tuni. Sayangnya Mamang Maul gk bisa ikutan, padahal kalau lengkap (mungkin) bisa main kendang bareng lagi. :D

Terima kasih untuk Bude Ninoek dan Pakde Prio yang telah menyambut kedatangan kami dengan hangat, menjadi tuan rumah yang hebat selama kami di sana. Terima kasih juga untuk MamangYuki dan BiTuni untuk masakannya yang L E Z A T. Maaf kami untuk Mbak Helwah, Teh Yanti dan Teh Evie di Bremen karena tidak sempat mampir. Ternyata liburan 3 hari SANGAT KURANG. Berharap bisa kembali ke Hamburg, bisa kembali ke Sylt dan bisa mampir ke Bremen. Kesimpulan liburan kali ini, saya sangat tidak keberatan kalau ternyata suatu saat kami harus pindah ke Hamburg. :D

Friday, August 6, 2010

jadi monyet

Sambil menunggu bapaknya turun, saya menawari anak-anak makan pisang yang saya bawa dari rumah. Dan akhirnya kami semua makan pisang.(fyi, anak-anak sekarang semuanya suka pisang lho!).

Tiba-tiba aja Maryam nyeletuk, "sekarang Maryam jadi monyet lho!!" katanya sambil nyengir. Hm? Ah, pasti ini gara-gara makan pisang. Ya boleh deh, terserah Maryam aja. Tanpa disangka-sangka kalimatnya berlanjut, "Ligar jadi adik monyet, Nadin jadi kakak monyet, mama jadi mama monyet. hehehe.." sambil nyengir jail. Yeee... kalau mau jadi monyet, jadi monyet aja sendiri, jangan ajak-anak yang lain..:D

Wednesday, August 4, 2010

"ngomongnya bahasa Indonesia donk!"

Maryam, si cerewet, sepertinya mulutnya gak pernah mingkem kecuali kalau lagi tidur.. dan di depan orang lain.. Iya, kalau Anda baru bertemu dengan Maryam, jangan harap Anda melihat sisi dia yang sesungguhnya. Jaim bo!

Akhir-akhir ini saya sering mendengar celotehan gak jelas dari mulutnya, gak ngerti lah pokoknya.. bahasa apa pula itu? Sering saya mengingatkan dia untuk berbicara bahasa Indonesia saja kalau di rumah. Tapi kalau dia sedang ada di 'dunianya', dia akan tetap berceloteh dengan bahasa itu. Ya udah, biarkan aja, setidaknya dia saat itu memang sedang tidak berbicara dengan saya ataupun Nadin. :D

Suatu hari, saya penasaran, saya tanyalah Nadin, apakah dia bisa mengerti apa yang dibicarakan Maryam? bahasa apakah itu? Katanya Nadin, "Kalau Bukra, Zidanoa, Irem sama Betul ngobrol, suka pakai bahasa itu, Mama." Hah??? TURKI???!!! Ya ampuuun.. ternyata anak ini selain menyerap bahasa Jerman, juga menyerap bahasa Turki di sekolah, hihihi... anak-anak memang.. kemampuannya luar biasa sekali dalam belajar bahasa.

Di luar itu, saya sebenarnya salut sekali pada orang Turki yang masih bisa menurunkan bahasa ibunya dengan baik pada anak-anaknya. Meskipun mereka sudah beberapa generasi tinggal di Jerman, tetapi anak-anaknya sampai sekarang masih bisa berbahasa Turki. Buktinya, itu teman-temannya Nadin dan Maryam, meskipun di Kindergarten, tapi kalau sesama Turki, ngomongnya masih memakai bahasa mereka, sampai-sampai bisa diserap oleh orang luar seperti Maryam. :D Hal seperti ini patut kita tiru, yuk mariii kita ajarkan anak-anak berbahasa Indonesia yang baik dan benar.
 

Turis Arab

"Ahlan wa sahlan" demikian tertulis dengan huruf Arab berukuran besar di halaman pertama koran kemarin. Tentu saja hal tersebut cukup menarik perhatian saya, "hm.. apakah ini dalam rangka menyambut datangnya bulan Ramadhan??", jikalau betul, tentunya ini merupakan suatu hal yang sangat jarang terjadi, salah satu koran Jerman menjadikan Ramadhan sebagai tema utama koran hari itu. Setelah dibaca lebih dekat, ternyata memang dugaan saya salah. Headline koran hari itu bukannya menyambut Ramadhan, melainkan membahas ribuan wisatawan dari Arab yang banyak berkeliaran di kota Munich akhir-akhir ini.

Kenapa jadi perhatian? karena tahun ini memang luar biasa, katanya jumlahnya memecahkan rekor tahun-tahun sebelumnya. Hampir 80 ribu wisatawan tercatat telah masuk di bandara Munich. Wanita-wanita berbalut pakaian hitam, lengkap dengan kacamata hitam bermerknya, memang sudah tidak asing lagi bagi warga Munich. Mereka sering kelihatan berlalu-lalang sambil menenteng segambreng tas belanjaan. Padahal di kota lain tidak sebanyak ini, setidaknya begitulah menurut pengakuan salah satu teman saya yang tinggal di kota lain. 

Kenapa Munich? karena kota ini merupakan kota paling aman yang menawarkan barang-barang mewah serta pelayanan medis. Rata-rata 70 ribu wisatawan dari Arab datang ke Munich setiap tahunnya. Kurang lebih setengahnya datang untuk berobat. Biasanya mereka datang bersama keluarganya, dan tinggal di Munich untuk beberapa bulan. Beberapa klinik bahkan menarik biaya 5 kali dari harga normal. Wowwww.... harga normal saja sudah sangat mahal, apalagi 5 kali!! Jadi teringat cerita seorang teman, dokter yang bekerja di salahsatu Frauenklinik (klinik wanita), bahwa pasien-pasien dari Arab biasanya memang suka dimanfaatkan untuk periksa ini-itu sekalian, yang mana biayanya bisa makin membengkak. Dan kemarin dapat cerita lagi dari teman yang lain, bahwa di Nuernberg, ada salah satu klinik yang dibeli oleh orang Arab, pasien-pasiennya pun tentu kebanyakan dari sana. Tips yang mereka berikan pada karyawan bisa sampai 1000 Euro. Duh, enak sekali jadi karyawannya, bisa PP ke Indonesia tiap hari.. hihhihi..

Apa yang paling mereka sukai di Munich? Hujan, katanya, mereka senang sekali menghabiskan waktu di luar lebih lama jika hujan turun.. *Hm.. di Arab jarang hujan apa ya??* Tempat wisata yang paling senang mereka kunjungi tentu saja Zugspitze (puncak tertinggi pegunungan Alpen di Jerman) dan Neuschwanstein (istana yang konon menyerupai istananya Walt Disney.. ups.. kayaknya terbalik ya.. konon istana Walt Disney mendapat ide dari istana ini).

Apa yang mereka beli di Munich? Tentu saja barang-barang mewah. Satu orang wisatawan Arab di Munich bisa menghabiskan 500 - 1000 Euro per hari. Pakaian, kosmetik, jam merupakan barang-barang yang sering dibeli mereka. Logo dan merk termasuk hal yang penting. Selain itu, mereka juga membeli obat-obatan, bantal-bantal Ortopedi, bahkan baju anak-anak. Sebagai contoh, salahsatu wisatawan yang diwawancara, baru saja membeli sebuah tas tangan seharga 1520 Euro dari kawasan Maximilianstrasse (komplek toko muahalll!).

Bagaimana mereka datang ke Munich? Sebagian naik jet pribadi. Beberapa keluarga naik Airbus untuk kapasitas 300 orang, dan menurut seorang teman yang bekerja di salah satu maskapai penerbangan Arab di bandara Munich, 90% penumpang Emirat Airways adalah orang Arab, yang sebagian besar duduk di kelas satu dan kelas bisnis. *Ya ampuuuunnn... untuk kelas ekonomi pun saya harus menyimpan sen demi sen*

Ya.. ya.. begitulah nasib orang-orang kebanyakan duit. Orang Jerman aja (mungkin) sampai heran, makanya sampai dibahas detil di koran begini..

*PS: Informasi yang ada di tulisan ini bersumber dari Abendzeitung.

Monday, August 2, 2010

Liburan Pekan 0: Wasserfan




Tampaknya kami semua memang termasuk penggemar air, menyenangi semua permainan yang berhubungan dengan air, sayangnya tidak termasuk mandi apalagi keramas.. *sigh* Di saat akan jalan-jalan dengan anak-anak, yang ditanyakan pertama kali, "Ada air gak?".

Berikut foto2 di awal liburan panjang tahun ini, foto pertama menyengaja naik kapal kecil di danau di Englischer Garten (ceritanya ingin naik kapal di danau, tapi gak mau jauh-jauh, akhirnya terpilihlah danau yang letaknya di tengah kota ini). Sisanya main-main di sungai paling terkenal di munich, sungai Isar.