Tuesday, January 29, 2008

Akhirnya... bebas kutu!

Kemarin adalah kontrol kedua setelah periksa kutu dua minggu yang lalu. Pada kontrol yang pertama, si dokter menemukan dua buah telor kutu yang sudah kosong. Dia khawatir, telur itu sudah pecah dan saat itu si anak kutu sedang berkeliaran di kepala Nadin, makanya aku disuruh untuk ngasih obat sekali lagi dan kontrol lagi minggu berikutnya. Dan kemarin, dia masih menemukan satu buah telur kosong setelah pencarian selama hampir 5 menit. Untunglah pada akhirnya dia mengatakan tidak perlu obat lagi, tapi masih perlu dikontrol olehku tiap hari... siapa tau nanti ada lagi. Dan akhirnya surat bebas kutu itupun keluar. alhamdulillah. Padahal seandainya (tidak boleh lho berandai-andai!) si dokter masih neko-neko, aku mau suruh dia cari dulu 10 buah telor kutu, baru aku mau bawa Nadin kontrol lagi, hihihi...

Maaf kalo cerita yang kemaren terkesan terlalu menakut-nakuti. Padahal ada yang bilang kalau sebenarnya di TK itu, kutu sudah biasa. Dan memang ketika aku ditelepon pihak Kiga, dan aku bilang kalo aku harus ke dokter hari Seninnya karena Nadin harus kontrol kutu, si ibunya bilang, "ah.. sama sekali gak masalah.. datang aja..". Tapi menurut Mbak Nuri yang udah 3 tahun di TK itu, biasanya kalau ada yang terkena kutu, suka ada tulisan "Bahaya Kutu!". Bingung? kita benerin benang kusutnya yuk...

Sebenarnya.... penularan kutu di Kiga memang sudah biasa (makanya dokternya Steffie bilang: "sekarang sih bebas kutu, gak tau bulan depan?". Tapi ini bukan berarti mereka tenang-tenang aja dan membiarkan kutu berkembang biak semaunya. Jadi sebenarnya kisah yang saya ceritakan di awal tulisan kemaren juga benar adanya. Dan tau tidak? kalau terkena kutu termasuk salah satu yang menyebabkan anak tidak boleh masuk Kindergarten. Tidak percaya? Untuk ibu-ibu yang sudah memasukkan anak2nya di TK (München) pasti dapet berlembar2 kertas yang harus di baca kan? Nah, salah satunya adalah tentang penyakit. Coba deh cari kertas yang judulnya Belehrung fuer Eltern und sonstige Sorgeberechtige gem. S34 Abs. 5 S. 2 Infektionsschutzgesetz (IfSG). Lihat poin ke-3: ein Kopfausbefall vorliegt und die Behandlung noch nicht abgeschlossen ist. Kopfausbefall yang dimaksud adalah terkena kutu, ada ide lain mungkin?

Nah, kalo soal guru Nadin yang waktu itu membolehkan Nadin masuk TK, karena dia tau kalo Nadin udah mengalami pengobatan, dan buat dia, tidak perlu surat bebas kutu itu :D Tambahan satu lagi, untuk anak di bawah 12 taun, pengobatan kutu ditanggung asuransi. Jadi jangan segan-segan pergi ke dokter biar dikasih resep buat ke apotek. Sayangnya kalo anak terkena kutu, semua penghuni rumah harus diobati juga. Oleh karena itu, jika ada kesempatan ke Indonesia, jangan lupa bawa peditox sama serit (sisir buat ngambilin kutu/telurnya) buat jaga-jaga, karena di sini cukup mahal :D

seputar kutu

Di Jerman, ratusan... bahkan ribuan kutu menular setiap harinya. Makanya, bisa saja setiap orang tertular kutu, sama seperti tertular pilek. Mempunyai kutu di kepala bukanlah sesuatu yang memalukan. Hal ini juga tidak berkaitan dengan masalah kebersihan seseorang. Diserang kutu bukanlah penyakit berat, gatal tapi sangat mengganggu dan mengakibatkan penyakit lanjutan.

Apakah kutu itu?
Kutu berukuran sekitar 3 mm, serangga berwarna abu-abu atau coklat muda ini memiliki 6 buah kaki. Biasanya kutu ini merayap dengan lincah, mereka tidak bisa loncat ataupun terbang. Satu-satunya makanan kutu adalah darah. Parasit ini menghisap darah di kulit kepala dalam jangka waktu beberapa jam. Dalam air liur kutu terdapat zat pembius, yang membuat gigitan kutu tidak terasa pada awalnya, tapi kemudian menyebabkan rasa gatal yang sangat mengganggu.

Telur kutu (Nissen) berukuran 1 mm, gundukan gelap yang berada di dekat kulit kepala, menyerupai kuncup bunga. Berbeda dengan ketombe, telur kutu melekat kuat di rambut dan tidak bisa terambil oleh sisir biasa. Kutu dan telur kutu lebih suka berada di bagian belakang kepala, daerah kuping dan tengkuk. Dalam 7 sampai 10 hari telur kutu akan menjadi larva, dimana dalam 7 sampai 10 hari kemudian akan menghasilkan telur lagi.

Bagaimana kutu bisa berpindah?
Kutu dapat berpindah dari satu orang ke orang lain, tapi telur kutu tidak bisa. Penularan bisa terjadi dimana saja, saat kepala berdekatan. Bisa juga melalui suatu benda, dimana benda tersebut bersentuhan dengan rambut, misal topi, handuk, bantal, dll.

Bagaimana menghilangkan kutu?
Sebaiknya pengobatan segera dilakukan secepat mungkin setelah ditemukannya kutu. Obat dapat diperoleh dengan resep dari dokter atau langsung dibeli di Apotek. Baca baik-baik cara penggunaan sebelum pengobatan. Tutupi rambut selama pengobatan dengan handuk atau tutup kepala. Perhatian: untuk anak sampai usia 12 tahun pengobatan kutu ditanggung asuransi.

Hal-hal penting lainnya:
Tidak ada alasan untuk malu. Baik kepala bersih ataupun kotor, masing-masing bisa terkena kutu. Sering keramas hanya menghasilkan kutu yang bersih.

  • Teman-teman dan keluarga
Beritau dan periksa dengan teliti semua orang yang akhir-akhir ini ditemui. Tangani orang-orang ini dengan cara yang sama.
  • Kontrol setelah pengobatan
Setelah pengobatan harus dikontrol setiap hari. Ketika ditemukan lagi kutu yang masih hidup, maka diperlukan pengobatan yang kedua. Kadang-kadang masih ada beberapa larva yang belum mati karena terlindung oleh selubung telur. Paling lambat setelah 8 hari dia akan menetas. Inilah saat yang baik untuk melakukan pengobatan yang kedua.
  • Masih ada telur kutu?
Ketika masih ditemukan telur kutu di rambut, bukan berarti pengobatannya mengalami kegagalan. Telur kutu yang kosong atau sudah mati melekat kuat di rambut seperti telur kutu yang masih hidup. Oleh karena itu, telur-telur kutu ini harus diambil dengan menggunakan sisir khusus untuk telur kutu (basa Sunda: serit) yang terbuat dari logam, dari plastik biasanya tidak berfungsi baik. Untuk mempermudah, sebelumnya rambut dibilas dulu dengan air cuka (cuka : air = 1 : 2)
  • Sebaiknya meminta nasehat dokter, ketika.....
  1. pengobatan yang pertama tidak berhasil
  2. kutu ditemukan di kepala bayi, anak kecil, ibu hamil dan ibu menyusui
  3. kulit kepala sudah terluka karena garukan atau meradang
  4. sebelumnya sudah terdapat penyakit lain di kulit kepala
  • Apa yang masih bisa dilakukan?
Kutu dapat berpindah dari satu kepala ke kepala lain. Barang-barang di rumah pun jarang luput dari makhluk yang satu ini. Kutu bisa ditemukan di:
  1. pakaian, handuk, sprei, selimut, alas kain.
  2. mebel yang berjok (misal: sofa), autositz
  3. sisir, sikat rambut
  4. boneka
Cara yang bisa digunakan untuk membasmi kutu dalam benda-benda tersebut:
  1. pemanasan atau pencucian dalam suhu 60 derajat Celcius
  2. pembekuan pada suhu -20 derajat Celcius selama 2 hari
  3. penyimpanan dalam pastik tertutup selama lebih dari 1 minggu dalam temperatur kamar. Kutu akan kelaparan dalam 2-3 hari, kutu telur bisa hidup lebih lama.
  4. Untuk karpet dan mebel cukup dibersihkan dengan penyedot debu. Jangan gunakan zat pembersih.
diterjemahkan dan dirangkum dari Lausige Zeiten können schnell vorbei sein dan Den Läusen Beine machen, aber richtig!

Friday, January 25, 2008

Antara Nadin dan Kindergarten

Pekan ini kami punya aktivitas baru. Nadin sudah mulai masuk Kindergarten (Kiga) sejak hari Senin kemarin. Kami benar-benar terkejut ketika mendapat telepon dari Kiga pada hari Jumat yang lalu, bahwa kami ditunggu untuk melakukan daftar ulang dan Nadin bisa mulai bergabung di sana Senin nanti. Selama ini kami kira Nadin baru bisa mulai pertengahan Februari, bahkan awal Maret (karena 17 Februari nanti dia baru genap 3 tahun).

Sebenarnya tidak pernah terpikir olehku untuk mendaftarkan Nadin ke Kindergarten begitu cepat, toh waktu itu dia baru 2 tahun lebih dikit. Tapi karena waktu itu Nadin harus keluar dari tempatnya bermain (Kinderkrippe), hanya karena ibunya tidak lagi beraktivitas setelah melahirkan, maka ibu-ibu di Kinderkrippe (Fr. Ibrahim dan Fr. Heinrich) mendorongku untuk segera mencarikan Kiga buat Nadin. Tidak mudah katanya mencari Kiga di München, kadang harus menunggu bertahun-tahun dulu sebelum mendapat tempat. Akhirnya waktu itu mulailah mencari-cari Kiga untuk Nadin.

Ternyata di München ada dua jenis Kiga, Staatlicher Kindergarten (Negri) dan Privat Kindergarten (Swasta). Staatlicher Kindergarten mendapat subsidi dari pemerintah, karena itu biaya tiap anak disesuaikan dengan pendapatan orang tuanya. Sedangkan untuk Privat Kindergarten, biaya tiap anak sama rata dan relatif lebih mahal. Untuk anak 4 jam saja, rata-rata membutuhkan biaya 200 Euro-an (belum termasuk uang makan dan lain-lain). Aku pernah nemu juga KiGa seperti yang Mbak Echa ceritakan (Eltern initiativ), semua kriteria kami terpenuhi di KiGa itu, kecuali... HARGA...  280 Euro per bulan??? (Tanya: "yang lebih bagus ada tidak??" Jawab: "yang lebih murah banyaaaakkk...")

Di sekitar rumah kami ada 4 Kiga, tapi semuanya privat Kiga. Akhirnya pilihan jatuh ke Kiga yang di Giesing sana. Kebetulan Adna juga di sana, jadi sempet nanya ini itu sama Mamanya Adna. Selain itu, Kiga ini juga dekat dengan supermarket (Penny, Tengelmann), toko Turki (Mirac) dan Toko Asia (Mekong). Jadi bisa sekali pergi, dua tiga toko terlampaui

Hal yang paling penting buat kami di Kiga adalah makanan. Karena Nadin masih sangat kecil, jadi kayaknya dia belum ngerti kalo dibilangin, "jangan mau kalo dikasih makan babi ya, Nak, haram!". Untungnya di sana (mungkin karena banyak anak Turki ) tidak disediakan daging babi, bahkan kalopun ada salami, mereka membelinya dari Toko Turki. Alhamdulillah...

Masuknya Nadin ke Kiga mengharuskan kami untuk semakin waspada... kami harus lebih hati-hati dalam berbahasa. Dalam lingkungan berbahasa Jerman, tentu dia dengan sendirinya akan fasih berbahasa ini, meskipun selama ini kami tidak pernah menggunakan bahasa Jerman di rumah (tidak bisa dan tidak biasa, bukan native euy... ntar malah salah lagi ). Sedangkan, kami ingin sekali menanamkan bahasa ibu (basa Sunda) dalam diri anak-anak. Kalau bukan dari orang tua, dari siapa lagi si anak akan mengenal bahasa ini? Perjuangan berat memang... tapi kami harus bisa! Sampai saat ini perbandingan sunda:indo:jerman masih 50:40:10, mudah-mudahan dalam 2 atau 3 tahun ke depan, perbandingannya tidak jadi terbalik. Pengennya sih seimbang tiga-tiganya...

Doakan sajah...

Friday, January 18, 2008

Hati-hati dengan Käsefondue!

Tentu semua kenal makanan yang satu ini kan?! Käsefondue a.k.a fondue keju ini adalah makanan khas Swiss, biasanya orang Swiss mencelupkan robekan roti ke dalam keju yang sudah dilelehkan itu (tolong koreksi ya, Mbakku yang di Zurich sana...). Aku sendiri belum pernah nyoba sih.. hanya denger-denger aja dari orang-orang yang pernah ke sana. Meskipun kadang suka ngeliat juga di Pasar Natal sini, tapi karena Bapaknya anak-anak anti jajan... jadinya cuman bisa meneteskan air liur aja... :D

Beberapa waktu yang lalu, kebetulan di acara Wissenhunger membahas salahsatu keju bahan utama makanan Swiss ini, yaitu Gruyère Käse. Dan disitulah aku baru tau kalau Käsefondue ternyata mengandung alkohol. Adonan fondue tersebut terbuat dari Gruyère Käse yang diencerkan dengan Weißwein (anggur putih). Waduuuuh.. hancur deh harapanku buat nyobain Käsefondue.. :((

Nyoba-nyoba cari di Google.. alhamdulillah nemu beberapa alternatif pengganti Weißwein ini. Salahsatunya bisa dilihat di sini. Ok deh, selamat mencoba aja.. ;)

Tuesday, January 15, 2008

Makhluk menakutkan itu bernama... Läuse!

Konon, Kopfläuse (kutu rambut) sangat ditakutkan di Jerman. Ada satu kejadian yang menimpa keluarga Indo-Jerman. Entah darimana, di kepala anaknya ditemukan makhluk kecil ini. Alhasil, anak ini tidak boleh masuk sekolah (TK) sampai dokter anak menyatakan kalo anak ini bebas kutu. Bukan hanya anak ini, tapi juga kakaknya mendapat perlakuan serupa. Selain itu, gurunya juga heboh, memberitahu seluruh orang tua murid di TK itu, bahwa ada salahsatu anak yang terserang kutu, dan menganjurkan orang tua untuk memeriksa kepala anaknya masing-masing. Kenapa sih meni heboh gini? yaa.. soalnya kutu ini binatang menular, mereka bisa loncat dan terbang dari satu kepala ke kepala lain.

Waktu kecil aku juga berkutu.. (meni bangga.. :D). Tapi kondisinya beda ama di sini. Aku masih boleh sekolah dan bebas bermain dengan anak lain. Mungkin karena anak lain juga sama berkutu.. :D:D:D Nah, semenjak duduk di bangku SMP, kutu di kepalaku mulai berkurang. Bahkan setelah SMA... si kutu udah gak berani lagi bercokol di situ.. mungkin pada gak betah, karena anak gede garuk-garuknya heboh. :D

Tanpa disangka-sangka... hari Jum'at kemarin, ketika sedang asyik menyusui Maryam sambil membelai lembut rambutnya yang lebat, aku dikejutkan oleh beberapa buah telor kutu a.k.a lisa a.k.a liso a.k.a Nissen. Ku bolak-balik lagi rambutnya... waaaaah... banyak banget!!!! bahkan sempat menangkap ibunya telor-telor itu. Iyaaa... saat itulah aku bertemu kembali dengan kutu di kepala Maryam... di kepala MARYAM!!

PANIK... HEBOH... bingung mesti ngapain... gundulin... jangan... gundulin... jangan... Seperti biasa kutekan no telepon orang yang selalu mampu meredakan kepanikan ini. Ah.. kok nggak diangkat ya?? ah ya.. dia sedang sholat jum'at. Kumaha atuh nya?? ah.. gundulin aja deh.. (emang sebelumnya sempet niat nyukurin Maryam, gak sampe gundul emang niatnya..). Bismillaah...

Setelah itu, baru deh nelepon dokter..bikin janji (yang harusnya dilakukan dari tadi sebelum Maryam dicukur).

Di tempat dokter.
Kami disuruh menunggu di kamar 4, bukan di ruang tunggu seperti biasanya. Si Nadin aja kesenengan, bisa maen kuda2an tanpa diganggu anak lain. Ternyata kata dokternya, penanganan kutu ini harus dilakukan dua kali, sekarang dan delapan hari kemudian. Aku dan si Akang juga harus diobati juga.. (yang sayangnya obatnya harus beli sendiri :(( dan mahal! ). Semua kain-kainan atau wool seperti sprei, selimut, dan Kuscheltiere harus dicuci. Nah, setelah rambutnya dicuci, itu si nissen (kutu2 telor) harus dicabutin satu-satu, apakah pake tangan ato pake sisir. Waduh, Dok.. bakalan makin banyak kerjaan terbengkalai nih...

So, setelah beberapa minggu lalu ngurusin cucian karena Nadin ngompol, sekarang disibukkan dengan cucian dalam rangka membasmi kutu.

Sunday, January 6, 2008

missing London soooo badly...

Jadi, ceritanya kemaren kami pergi memenuhi undangan seorang teman. Karena perjalanan jauh (hampir sejam gitu loh.. padahal masih dalam kota), aku udah terkantuk-kantuk gitu di dalam kereta. Pas orang-orang pada turun, aku masih duduk dengan tenangnya di kursi sambil gendong Maryam. Tiba-tiba satu suara (logat Betawi) mengagetkanku, "Ina!!! mo turun gak?!!!". Dan saat itulah aku baru sadar kalo kami udah sampai. Untuuuung aja masih sempet turun...

Kejadian ini mengingatkan aku kembali ke kejadian yang sama kira2 1,5 taun yang lalu. Waktu itu, si Akang dan teman-temannya (Prio, Yuki dan Maul) yang tergabung di Sabilulungan mendapatkan undangan dari KBRI London. So, sebagai istri yang baik, aku dan Ninoek harus menemani suami donk... :D:D:D:D Jadilah kami ketemuan di sana, berhubung kami berasal dari 4 kota yang berbeda, jadi berangkatnya gak bisa bareng-bareng.

Ketika itu kami naik Tube (kereta bawah tanah), dan kebetulan Tube-nya penuh, jadinya kami duduk agak berpencaran. Karena kecapean... mata ini tak bisa ditahan lagi untuk terpejam. Dan dalam sekejap, aku sudah berada di negri lain ;) Tiba-tiba ada satu tangan dengan kuatnya menarikku keluar dari negri yang indah itu. Membawaku terbang secepat angin.. entah kemana.. Ketika kuinjakkan kakiku, terdengar suara pintu ditutup.. *brug* disusul suara orang-orang ketawa disekitarku. Meskipun masih setengah sadar, tapi aku bersyukur kalo si Akang masih sempet menyelamatkanku di detik2 terakhir Tube akan berangkat lagi. Kalo nggak....

Waktu itu, meskipun hanya sedikit waktu yang kami punya, tapi alhamdulillah kami masih sempat jalan-jalan ke beberapa tempat terkenal di London. Kayak ke Buckingham Palace (cuman nongkrong di luar sih..), ke London Bridge, Tower of London, London Eye, Big Ben, kemana lagi ya?? (kemana lagi, Noek??)

Oya, karena aku dan kang dian datang sehari lebih awal dibanding yang lain, kami sempet jalan2 seharian berdua aja.. salah denk... bertiga aja ama Nadin. :D Lumayanlah bisa keliling-keliling di kotanya, di pasar.. sambil nongkrongin yang ngamen (yang ngamen di sini kan unik-unik ya?). Sayangnya waktu itu kami gak nuker uang Poundsterling dari Jerman, gak bawa uang cash Euro, karena keblaguan si Akang yang punya kartu Visa. Karena jarang dipake, alhasil dia lupa tuh PIN-nya. Akhirnya sampai di blok deh tuh kartu. Kebayang gak di negri orang gak punya uang?? Untungnya Jeng Ninoek yang pernah sekolah di New Castle (bener kan, Noek?) tau di bank mana kita bisa ngambil uang pake kartu Deutsche Bank. Jadi besoknya kami bisa makan dan jajan-jajan lagi :D

Nah, ternyata meskipun sama-sama Eropa, tapi kalau dibandingkan London dan Munich banyak bedanya.

1. Dalam masalah harga. Sebenarnya dua-duanya sama mahalnya sih, tapi London jelas lebih mahal dibanding Munich, karena mata uangnya lebih tinggi harganya. Misal harga Doener sama-sama 3, di sini 3 Euro, di sana 3 Pound. Uang transport yang kerasa mahal banget sih. Kami beli yang mingguan terhitung 26 Pound waktu itu, sedangkan di Munich hanya 15 Eur.

2. Transport umum. Jelas lebih enak di Munich. Kereta2 baik U-Bahn atau S-Bahn, bis dan tram relatif nyaman, dan yang terpenting bagi seorang ibu seperti diriku, selalu tersedia tempat untuk menyimpan kinderwagen (stroller). Begitupun hampir di setiap stasiun selalu ada lift atau tangga jalan (meskipun sekali-kali rusak sih..). Kalo di London, Tube tuh kesannya tua banget ya? apa tua beneran :D jadi yaa.. agak2 kuno gitu (baca: grasak-grusuk). Konon katanya Tube memang Subway tertua sedunia ya? Dan tampaknya London memang melestarikan kendaraan-kendaraan kuno. Seperti bis yang merah tingkat itu, serta taksinya juga. Tapi meskipun model antik, mungkin mesinnya mah dah diupgrade ya?! Hanya kekurangannya... Bis hanya bisa mengangkut satu stroller saja, kalo lebih harus dilipat, atau menunggu bis berikutnya. Anehnya Taksi... yang di sini gak mungkin bawa stroller, di sana bisa masuk begitu saja, tanpa dilipat.. (hebat!!). Kekurangan yang lain, hampir di setiap stasiun, selalu terdapat tangga. Jadi kami harus selalu angkat junjung stroller. Lumayan berat juga.

3. London itu kotanya terkesan sibuk sekali, banyak orang lalu-lalang (la wong aku jalan2nya di kota, pasti banyak orang lah...). Di Munich juga sih, tapi itu cuman di Marienplatz, itupun kalo weekend, ato pas piala dunia yang lalu, ato pas Oktoberfest.

4. Orang-orangnya di London cenderung kurang disiplin. Terlihat ketika menyebrang jalan. Kalo di sini, ketika lampu lalu lintas untuk mobil udh merah, dan lampu untuk pejalan kaki belum hijau, orang-orang masih belum menyebrang. Kalau kita nyebrang pas lampu masih merah, maka kita akan menyebrang sendirian aja. Sedangkan waktu di London... kita akan menyebrang sendirian kalau kita menunggu lampu hijau nyala, yang lain udah pada nyebrang dari tadi :p Selain itu, misalnya di stasiun terdapat dua jalur tangga. Aku pikir tangga itu satu jalur untuk naik, satu jalur untuk turun. Ternyata.. mereka pake seenaknya aja. Ketika kami mau turun tangga menuju Tube, kami berbarengan dengan turunnya orang-orang dari Tube, dan mereka semua naik dengan kedua jalur tadi, alhasil kami gak bisa turun... dan kamipun ketinggalan Tube :((

5. Di London hampir di setiap pojok jalan kita bisa menemukan makanan halal. Dari mulai makanan timur tengah sampai ayam goreng. Pokoknya asyiiik deh... Jadi kalo males masak, kayaknya tinggal beli aja. Gampang kan? Kalo di Munich, agak susah nih, kalopun ada hanya masakan Turki atau Timur Tengah saja, itupun mahal. Jadinya kami makan diluar kalo lagi kepepet aja deh.

6. Di London banyak Museum yang tiket masuknya gratis. Sayang kami tidak punya banyak waktu... jadinya gak bisa keluar masuk Museum. Kalo di sini, rata-rata Museum itu harus selalu bayar.

Meskipun waktu itu banyak nemu negatifnya London.. (ya.. cuman dikit sih jalan2nya, gak sempet liat semuanya), tapi pengen banget satu saat kami dikasih kesempatan lagi buat jalan-jalan di London.

Bayam kuah Santan

Description:
Waktu maen ke rumah Teh Elsa disuguhi sayur ini... Gustiiii... meni nikmat makan hari itu. Cuman kalo Teh Elsa masaknya pake Gruenkohl (kol hijau, yang bentuknya sama sekali tidak bulat seperti kol). Karena agak susah dapetinnya, maka aku ganti dengan Bayam.. (sayur favoritnya si Akang...). Kalo di Indo mah bisa pake sayurnya yang asli, daun singkong.

Ingredients:
bayam
teri
bawang merah
bawang putih
cabe rawit
santan (sedikit aja)
gula
merica

Directions:
1. tumis bawang merah, putih dan cabe rawit
2. masukkan teri
3. masukkan bayam, gula , merica
4. masukkan santan
5. siap disantap

Schoko Tiramisu

Description:
Salahsatu bahan pembuat Tiramisu adalah sponge cake. Untuk memudahkan, kita bisa membeli kue yang udah jadi yang disebut Loeffelbiscuit (Jerman) atau lady finger (Inggris). Nah, aku lebih suka cara orang Jerman menyebut kue ini dengan sebutan Loeffelbiscuit (biskuit sendok), mungkin karena bentuknya hampir menyerupai sendok. Kalo 'ladyfinger'... aku masih blom bisa bayangin jari2 seorang Lady segede-gede gaban gini :))

Nah, meskipun si Akang gak suka makanan yang satu ini (karena cremig banget dan ada kopinya kali ya?), teuteup bikin weh.... da kami mah suka. Tiramisu ini dibuat tanpa rum, telor dan kopi... (masih bisa disebut Tiramisu gak ya???). Kopi diganti coklat dengan harapan si Akang bakalan tertarik ikut makan, ternyata.... TIDAK!! belom kali ya? kayaknya mascarpone-nya harus diganti tahu dulu, baru dia bakalan suka :D.

Ingredients:
250 g Mascarpone
200 g Schlagsahne (Whipped Cream)
20 g gula pasir
100 g coklat batangan (kalo aku pake Milka yg Alpenmilch)
300 mL susu
1 bungkus Loeffelbiscuit/Ladyfinger

Directions:
1. Lelehkan coklat, campur dengan susu panas. Sisihkan.
2. Kocok cream dengan gula sampai kaku..
3. Masukkan mascarpone. Kocok lagi. Sisihkan adonan cream.
4. Susun biskuit di loyang, siram dengan susu coklat. Olesi krem diatasnya.
5. Ulangi langkah 4 di atas.
6. Masukkan kulkas.
7. Sebelum dihidangkan, taburi dulu coklat bubuk.

Thursday, January 3, 2008

Mirip Mamiya atau Papiya??

Tadi habis nengokin Mira, kok jadi iseng pengen ikut2an ngukur Nadin ama Maryam keliatannya lebih mirip siapa ya?? :D Dan ini dia hasilnya.. jreng.. jreng.. Btw, thx ya, Mir, infonya...

MyHeritage: Celebrity Collage - Free family tree template

MyHeritage: Celebrity Collage - Free genealogy

"Mami... lihak, cingan Nadin basah.."

Dulu aku selalu menganggap bahwa setiap anak suatu saat akan bisa dengan sendirinya pergi ke toilet. Jadinya aku cuma memfasilitasi saja, membelikan dia dudukan toilet, memberi contoh... dan menunggu... dan menungguuu... dan menungguuuuuu... sampai dia bisa. Tapi kok gak bisa-bisa ya??? Sampai ketika aku melihat anak2 seumuran Nadin, bahkan lebih muda dari Nadin udah bisa ke toilet sendiri, barulah aku tersadar, bagaimana anak bisa ke toilet sendiri kalo tidak pernah dilatih? Dan waktu itu, dimulailah toilet training Nadin menggunakan metoda ini. Ah.. ternyata toilet training itu tidaklah sesusah yang kubayangkan. Hanya 9 hari aku harus membawa dia ke toilet secara teratur. Hari ke sepuluhnya, dia udh bisa bilang sendiri. Dan alhamdulillah.. malam pun dia gak ngompol.

Dua minggu sudah Nadin bisa ke toilet sendiri, yang berarti lebih dari 3 minggu dia hidup tanpa mengenakan popok. Alhamdulillah... Berita baik ini sudah sampailah ke neneknya di Indo.

Sayangnya... sejak kemarin dia kok jadi ngompol lagi di celana ya? Tiap kali ngompol, dia pasti bilang, "Mami, lihak, cingan* Nadin basah.." sambil cungar-cengir tak berdosa... :D Duuuh.. keseeeelll banget hati ini.. (tapi liat dia nyengir sih.. yang tadinya mau ngomel, jadi senyum deh..) kenapa ya?? padahal kan sebenarnya di udah bisa. Kayaknya dia pengen tau reaksi ibunya kali kalo dia pipis di celana gimana?  atau mungkin.. 'mantera ajaib' itu kini telah hilang.. Memang.. ketika dia masih belajar, setiap kali dia pipis di toilet selalu kuberi dia pujian.. Tapi setelah dia bisa.. berangsur2.. pujian itu hilang.. tanpa kusadari... Satu kata sederhana yang ternyata memiliki arti sangat besar untuknya...Ah, Nadin sayang... ternyata semua ini salah Mami.. Maafkan Mamiya yah, Cinta... 

*cingan asal katanya adalah lancingan yang berarti celana.

Wednesday, January 2, 2008

Schnitzel

Description:
Ini makanan favorit Nadin. Pertama kali bikin gara2 liat Tim Maelzer masak bareng anak2 di KiKa. Bikinnya gampang dan cepat, rasanya enaaaaakkkkk.... Cocok dimakan dengan nasi, kentang goreng, ataupun jadi alternatif isian Sandwich.

Ingredients:
fillet ayam/ikan/daging/kalkun
garam
merica
telur, dikocok
tepung terigu
corn flakes, diremas-remas


Directions:
1. fillet dipotong2 sesuai selera, dibuat tipis (dengan dipukul2.. atau iris aja biar gampang ;)
2. bubuhi garam dan merica, biarkan beberapa menit
3. panaskan minyak di wajan
4. guling2kan fillet yang telah dibumbui di dalam tepung
5. kemudian celupkan ke dalam kocokan telur
6. terakhir guling2 di dalam remasan corn flakes
7. siap dimakan. Bisa jadi teman nasi, kentang goreng, atau jadi cemilan aja...