Thursday, November 8, 2012

Ketika Menunggu di Dokter Anak

Hari ini kami harus mengunjungi dokter anak untuk memeriksakan Ligar. Sebenarnya sakitnya belum serius sih, tapi kakang keukeuh anaknya 'sakit' dan harus secepatnya dibawa ke dokter. Demi menenangkan hati babehnya anak2, baiklah.. kami bolos Kindergarten aja dulu untuk hari ini. Saya tau benar, dokter anak saya selalu penuh, apalagi untuk pasien tanpa Termin (janji), gak ada jalan lain selain bersedia lama menanti. Jadi saya mengerahkan tenaga sekuat mungkin, agar kami bisa berangkat sepagi mungkin, karena Nadin harus dijemput pukul 11.15.

Sesampainya di dokter anak, kami merupakan pasien tanpa Termin ketiga. Fyuuuh... gak akan nunggu terlalu lama lah, paling dalam 1 jam kami sudah bisa keluar, jadi nanti bisa belanja cabe dulu ke toko Asia di sebrang. :D Tapi ntah kenapa, ternyata setelah 1 jam, tidak ada 1 pasien pun yang dipanggil dari ruangan itu. Satu per satu pasien lain berdatangan, ruangan pun mulai penuh. Ligar asyik memainkan semua macam mainan yang tersedia di situ. Sedangkan Maryam lebih senang dibacakan buku dan makan. Sisanya dia pakai untuk memperhatikan orang-orang sekitar. Semakin lama saya semakin mengantuk.. ini sudah terlalu lama nunggunya. Sampai akhirnya Maryam bertanya kepada saya,

"Mamah, kalau baby itu udh jadi anak-anak, mamahnya udah jadi Oma-oma ya??" sambil menunjuk ibu-ibu yang sedang memangku bayi kecil berumur 1 tahunan (baru bisa jalan bayinya).

Dalam keadaan mengantuk, saya lirik ibu itu. Ibunya memang termasuk ibu2 yang mengutamakan karir daripada berumah tangga. Jadi tampaknya di penghujung 40an, beliau baru mendapatkan bayi. Ya ampuuuuun, Neng Iyam, kepikiran ya ampe ke situ??? :D Lalu saya bisikkan ke dia,

"Neng, orangnya jangan ditunjuk ya, kamu cukup bilang ibu2 baju coklat yang bawa bayi baju ungu aja."
"Kenapa gak boleh ditunjuk?"
"karena nanti orangnya bisa marah."
"kenapa marah?"
"karena dia ditunjuk, jadi dia tau kalau dia lagi diomongin, tapi kan dia nggak ngerti kita ngomong apa, ntar dia nyangkanya kita ngomongin dia yang jelek-jelek *padahal iya..*"
"Ooo.." diapun terdiam.

Tak lama,
"Kenapa kakaknya anak itu mainin Handy melulu??"
"karena dia bosen kali"
"kasian, adiknya gak dikasih, jd bengong.." :D:D

"Anak itu kenapa sendirian?"
"karena udah gede kali."
"kalau udah gede bisa ngomong sendiri?"
"iya."
Tak lama Papahnya anak itu datang,
"Itu Papahnya ya?? anaknya gak bengong lagi sekarang, Mamah."
:)

Kemudian datang seorang pemuda. Note: Di sini dokter anak melayani anak2 baru lahir sampai usia 18 tahun, jd para ABG yang masih 18 taun, masih berobat bareng baby-baby. :D Dan ABG di sini tau kan??? wajahnya lebih dewasa drpd ABG di Indo yang lugu2. :D Maryam kembali bertanya,

"Kenapa bapak itu datang sendirian?? kok gak bawa anaknya??"
"Psst.. itu bukan bapak2.. itu mah Aa.. dia sendiri yang mau diperiksa sama dokter."
"Kenapa Aanya marah?" Alis si Aa emang berkerut terus sejak dia datang.
"Oo.. itu mah bukan marah, mungkin si Aanya lagi mikir.."
"mikir apa??"
"mikir kenapa lama banget nunggunya, mungkin dia bosen, gak suka nunggu lama kayak kita."
"kenapa gak suka nunggu???"
"karena membosankan dan cape." *dan jawab pertanyaan kamu juga capeeee deeeeeh... tp setidaknya gak bikin ngantuk lagi :D*

"Tuh sekarang Aanya udh gak mikir lagi!!" katanya ketika alis si Aa tidak lagi berkerut.
:)))
"Psst.. jangan pake nunjuk yaaaa.." saya mengingatkan lagi.

Kemudian si ibu kedua pun dipanggil..

"Nah habis ini kita ya, Mamah?!" katanya.
Sayapun mengangguk.

"Habis kita yang ituuu *sambil menjulurkan lidah*, lalu yang itu.. *menjulurkan lidah lagi*, dan yang itu.. terus yang itu.... *semuanya sambil menjulurkan lidah*"

"Maryam, kenapa lidahnya pake dijulurin keluar???"
"kan kata Mamah gak boleh nunjuk??!!"

*MAMAH PINGSANNNN*