Tuesday, April 12, 2011

Jagoan Anakonda

Pas lagi asyik-asyiknya teleponan sama Mbak Echa, tiba-tiba aja Maryam masuk ke kamar dengan alis mata berkerut pertanda kesal.

"Mama, Nadin teh mau main jagoan sama Maryam!" teriak Maryam.
"main jagoan? main jagoan apa?" tanya saya.
"tangannya Nadin mau mukul Maryam kayak gini nih." sambil mengangkat satu tangannya ke atas.
"Nggak!!" bantah Nadin yang saat itu sudah ada di pintu kamar. "Nadin nggak mukul. Maryam yang duluan pegangin tangan Nadin yang kencaaang... yang keeeennncaaaang banget kayak Anakonda!!!"

Spontan saya tertawa terbahak-bahak, kok bisa menganalogikan ke anakonda sih???!!!

"Kok Mamah malah ketawa?" tanya Nadin.
"Maryam bener pegangin Ceuceu yang kencaaaang banget kayak Anakonda?" tanya saya ke Maryam. Maryam malah ikut ketawa pertanda tidak mengingkari. "Ok, kalau gitu dua-duanya saling minta maaf yah." pinta saya.
"Siapa duluan?" tanya Nadin.
"Maryam duluan, soalnya Maryam yg duluan jd Anakonda. :D"

Maryam masih tertawa aja terus. "Ayo, Anakonda minta maaf duluan sama Jagoan ya." pinta saya lagi.

Tiba-tiba Ligar menyambar tangan Maryam yang sudah terulur ke tangan Nadin. Dipegangnya tangan kakaknya ini dengan kedua tangannya yang mungil sambil bilang, "Amamah... amamah.." (mungkin maksudnya, "maafin yah!").

Dan akhirnya kami semua malah tertawa melihat tingkah Ligar itu.. :D:D:D

Saturday, April 9, 2011

orang gendut

Jumat sore kemarin saya harus belanja ke toko sebelah, Nadin dan Maryam mau ikut. Ligar saya tinggal, karena kebetulan bapaknya sudah di rumah (pulang awal karena gak enak badan). Saya dan Maryam turun lewat lift, Nadin sukanya lewat tangga. Kalau naik, dia bisa cepat, tapi kalau turun biasanya lebih lambat, karena saya wanti-wanti supaya jalannya pelan-pelan saja kalau mau turun lewat tangga. Ketika kami sampai di bawah, Nadin masih belum ada. Kebetulan di depan pintu keluar ada laki-laki berbadan besar sedang berdiri sambil melihat keluar, mungkin dia teman tetangga kami karena saat itu baru pertama kali kami melihat orang itu. Ya sudah, saya dan Maryam menunggu Nadin di dekat tangga saja.

Tak lama si laki-laki itupun naik ke atas lewat tangga, pas di bagian tangga terakhir bagi Nadin, dia berpapasan dengan laki-laki itu. Nadin mungkin kaget, karena jarang sekali kami berpapasan dengan tetangga di tangga rumah. Setelah sampai di bawah diapun bercerita, "Mamah, tadi Nadin ketemu sama laki-laki yang pipinya gendut."
"Iya, Maryam juga lihat, perutnya juga gendut ya?? kayaknya ada adiknya deh." timpal Maryam sambil tersenyum manis.
"Adik? ada adiknya dimana?" tanya saya.
"di perutnya." katanya polos.
"hamil maksudnya?" tanya saya dalam hati. :D:D:D


Wednesday, April 6, 2011

Schuluntersuchung (Tes Masuk Sekolah)

Kalau di Indonesia ada tes untuk masuk sekolah, di sini juga ada donk. (Di sini maksudnya di Munich, bukan Jerman, karena masing-masing kota punya aturan main masing-masing). Tapi tampaknya tesnya berbeda (berdasarkan cerita dari keponakan saya yang akan masuk SD juga tahun ini). Katanya, keponakan saya menjalani tes sampai 4 jam, dari mulai menggambar, mengurutkan angka dari 1-20, pokoknya nulisnya banyak sekali, ceritanya pada bapaknya. Bapaknya sendiri gak tau detilnya seperti apa karena harus menunggu di luar. Kalau cerita dari neneknya Nadin, tampaknya anak di tes menulis, membaca dan berhitung, sampai ada pertanyaan 'apakah anak suka terbalik ketika menulis huruf d?'. Kalau anaknya tidak di Bandung, tidak apa-apa tidak ikut tes, asal mengirimkan hasil psikotes. Waduh, malah tambah bingung kalau begitu, rasa2nya psikotes di sini tidak populer. *cmiiw*

Bagaimana dengan di sini? prosedurnya panjaaaaaang sekali. Tes ini dipegang oleh suatu Departemen dari pemerintah setempat. Yang melakukan tes bukan guru, melainkan dokter anak dan perawat anak. Awalnya kami mendapat surat pemberitahuan melalui pos bulan September lalu bahwa putri kami sudah cukup umur untuk masuk sekolah tahun depan. Untuk itu, dia harus menjalani tes di Departemen tersebut. Kami diminta untuk membuat jadwal dari tanggal sekian sampai sekian di bulan November. Bayangkan, untuk membuat jadwal saja ada jadwalnya, lama pula selang waktunya. Gimana gak deg-degan???

Akhirnya pada bulan November, sayapun menelepon ke sana dan kami mendapat jadwal di bulan Januari (iya, kami harus menunggu lagi dua bulan sampai jadwalnya tiba :D).

Akhirnya, hari yang ditunggu-tunggu tiba juga. Setelah mendaftar, kami disuruh menunggu sebentar sampai menerima panggilan. Akhirnya kami dipanggil. Dan ugh.. sebenarnya ini pengalaman buruk.. karena si perawat yang menangani kami, juteknya minta ampun.. Baru pertama kali nih nemu perawat anak yang gak ramah sama anak-anak. Ggrrhhh.. sampai sekarang saya masih kesal aja.. Untungnya Nadin gak jadi trauma sama orang asing, meski waktu keluar dr ruangan itu, dia bilang bahwa dia gak suka sama ibu yang ngomongnya jelek tadi, katanya (fyi, si ibu ngomongnya pake dialek, dan bukan Bayerisch, makanya saya aja bingung, apalagi Nadin.)

Apa saja yang di tes?? Tes ini juga bisa berbeda, tergantung mood yang ngetes, tp intinya pasti sama lah ya.

Pertama tes penglihatan. Nadin diminta melihat gambar dalam sebuah alat mirip teropong, lalu harus menunjukkan gambar yang dia lihat dengan kartu yang tersedia di atas meja. Saya tidak tahu apakah gambar yang tampak berukuran sama atau berbeda. Karena biasanya, kalau tes mata di dokter anak, menggunakan alat seperti tes di dokter mata pada umumnya, huruf paling atas berukuran besar, makin ke bawah hurufnya makin kecil, tapi kalau untuk anak-anak huruf diganti dengan gambar. Tes ini lulus.

Setelah itu, tes motorik. Nadin diminta berjalan mengikuti garis lurus, mengangkat sebelah kaki, loncat dengan dua kaki, loncat dengan satu kaki, loncat dengan satu kaki mengikuti garis. Kemudian gerakan tangan. Nadin diminta bertepuk tangan, mempertemukan jari-jemari dengan ibu jari, dan beberapa gerakan jari lainnya. Setelah itu dia diminta menggambar, pertama diminta mengikuti gambar yang sudah ada (persegi, lingkaran, segitiga dan cakra), lalu menggambar orang (harus lengkap dari mulai kepala sampai kaki, detail muka sangat diperhatikan).

Lalu tes lidah, Nadin diminta menyebut nama-nama benda dari gambar yang ada. Gambar-gambar tersebut memuat huruf-huruf yang susah diucapkan, seperti sch, s, ss, hmm.. r ada gak ya? lupa.. :D Kalau ada yang kurang tepat (tdk memenuhi syarat), maka anak harus mengikuti terapi dulu sebelum sekolah, agar pas di sekolah tidak cadel. Tapi Nadin alhamdulillah lulus.

Setelah itu sempat ada pertanyaan logika plus etika juga. Di situ ada gambar anak sedang membaca buku sambil makan es di bawah terik matahari, boleh nggak kayak gitu? tanyanya. Lalu ada gambar anak-anak yang sedang bermain (hanya ada 3 anak saja), Nadin diminta menghitung anak yang sedang bermain itu. Lalu kalau ditambah Nadin jd ada berapa anak? kalau ditambah lagi adiknya Nadin jd berapa? tanyanya (berarti cuma sampai angka 5 saja).

Hm.. apalagi ya? kalau gak salah sih itu saja, tidak ada tes menulis dan membaca. Di akhir kami diberi surat untuk diserahkan ke sekolah nanti.