Thursday, July 24, 2008

Sifon Pandan Guglhupf


Description:
Pas lagi bingung-bingungnya bikin cemilan...
pas yang muncul di Inbox, resepnya Mpok Aas yang kue sifon pandan...
pas semua bahan lagi ada di lemari dapur...
pas mood bikin kue lagi ngumpul...

NB:
ini beneran resep paling pas buat saya, soalnya gampang dan cepat... :D

Mpok, resepnya aku copy-paste di sini ya... buat arsipku aja.. suatu hari nanti, di saat aku merasa gak bisa masak... melihat lagi kumpulan resep yang pernah dipraktekkan, biasanya mood masak muncul lagi :D

Karena tidak punya cetakan kue sifon, jadinya pakai cetakan Guglhupf. Makanya jadinya tinggi banget.. setelah dipotong-potong.. jadinya masih segede2 gaban.. :D:D:D

Ingredients:
bahan 1:
150 g terigu
1/2 sdt natron (soda kue)
1/2 sdt backing powder
1/2 sdt garam
semua campur jadi satu

bahan 2:
200 g gula pasir
6 kuning telur (karena telurnya kecil-kecil, kemarin aku tambah 1)

bahan 3:
150 mL susu cair
80 mL minyak goreng
dicampur

bahan 4:
6 putih telur,dikocok sampai kaku. (ditambah 1 juga, sayang kalau dibuang)
pasta pandan (bisa diganti pasta mocca atau pasta lain sesuai selera)

Directions:
Kocok bahan ke-2 hingga mengembang dan gula larut kemudian masukan bergantian bahan ke-1 dan ke-3 sedikit-sedikit sambil diaduk hingga habis dan tercampur rata, sisihkan.

panaskan oven dan loyang dengan panas 160°

Sementara itu kocok putih telur hingga kaku, dan masukkan ke adonan tadi sedikit demi sedikit sambil diaduk secara perlahan hingga tercampur rata baru diberi pasta pandan dan aduk kembali hingga rata

Masukan kedalam loyang yg telah dipanasi tadi dan oven selama 1 jam.

Hati-hati.. ada kamera.. ;)

Kalau selama ini kamera hanya terdapat di Bahnhof-Bahnhof (stasiun kereta) saja, inipun setahu saya hanya di stasiun U-Bahn, kini di dalam S-Bahn mulai dipasangi kamera. Kabarnya sih gara-gara setiap tahunnya banyak terjadi kerusakan di dalam S-Bahn. Kamera ini katanya ditujukan untuk melihat pengrusakan properti S-Bahn, kejahatan/kekerasan, dan pelanggaran-pelanggaran lainnya. Jadi, hati-hati aja buat para ngupil'ers... :D 

Wednesday, July 16, 2008

Bolu Kukus 250


Description:
Di suatu acara, Teteh saya membuat bolu kukus, yang tak hanya merekah indah.. tapi tekstur dan rasanya benar-benar membuai lidah. Tergerak hati ini untuk membuat yang serupa di rumah.. Dengan mengandalkan ingatan yang sedikit lemah... kucoba mencatat dalam hati resep yang katanya mudah...

Apa hendak dikata.. sesampai di rumah semuanya terlupa... Susu pun akhirnya menggantikan air soda.. hasilnya??? jangankan tertawa... tersenyum malu pun tidak... tapi... rasanya... hampir sama lah... :D

Percobaan kedua pun dimulai.. Air soda sudah tersedia.. Dengan kepedean tingkat tinggi, bolu kukus pun dibuat. Tapi ternyata.. hasilnya sama saja.. Apanya yang salah ya??? Mungkin resepnya ya?! Teteh, jika kau membaca ini, tolong koreksi apanya yang salah...

Tapi...yang pasti saya tidak kecewa... karena Nadin dan Maryam berhasil menghabiskan bolu itu dengan lahapnya...

Ingredients:
Telur 1 buah
Gula 250 g
terigu 250 g
air soda 250 mL
Baking powder 1 sdt

Directions:
Telur, gula, dan baking powder dikocok
masukkan terigu, aduk
masukkan air soda, aduk
sisihkan sedikit adonan untuk diberi warna.
Masukkan ke cetakkan, kukus sampai matang

Monday, July 14, 2008

Kokok si Ayam Jantan

Habis nonton Die Sendung mit der Maus.. (Film favoritnya Nadin), saya menemukan sesuatu yang menarik. Ternyata kokok ayam jantan itu berbeda-beda di setiap negara. Suara ayamnya sih sama saja.. tapi bahasa orang menirukan suara ayamnya yang berbeda ;)

Ini beberapa diantaranya (penulisan suara menggunakan ejaan bahasa Indonesia):
  • Jerman: kikiriki
  • Inggris: kokodubadu
  • Perancis: kokoriko
  • Belanda: kukuluku
  • Rusia: kokoriko
  • China: u u u uuuuu
  • Jepang: kotekokko
  • Chili: kokoriko
  • Senegal: kokoriko
  • Yunani: kirikikiki
Tambahan dari saya:
  • Indonesia: Kukuruyuk...
  • Sunda: Kongkorongok....

Hm.. jadi penasaran suara ayam dalam bahasa daerah lain gimana ya???

Monday, July 7, 2008

Integrationskurs

Menindaklanjuti postingan kemarin, jadi ingin sedikit bercerita tentang Integrationskurs yang pernah saya ikuti tahun 2006 lalu. Wohoho.. ternyata sudah 2 tahun berlalu.. pantesan hasilnya sudah diluar kepala semua (baca: hilang).

Ketika saya memperpanjang visa pertengahan tahun 2005 lalu, saya diharuskan mengikuti Integrationskurs. Waktu itu sempat rada bingung juga, karena belum tahu dan belum pernah mendengar tentang kursus ini sebelumnya. Setelah mencari tahu, ternyata Integrationkurs ini mulai dicanangkan Januari 2005 oleh BAMF
(Bundesamt fuer Migration und Fluechtlinge). Semua orang asing sangat dianjurkan sekali (gak berani bilang wajib, soalnya mau cross-chek, ternyata form dari Landratsamt sudah saya berikan ke tempat kursus waktu itu) mengikuti kursus ini.

Apa itu Integrationskurs?
Sebenarnya kursus ini merupakan kursus bahasa Jerman yang biasa untuk tingkat dasar (Grundstufe, level A1, A2 dan B1) sebanyak 600 jam ditambah Orientierungskurs sebanyak 30 jam. Orientierungskurs merupakan kursus untuk mengenal Jerman lebih dekat, membahas politik, sejarah, hak dan kewajiban, kultur, dll. Di akhir ada ujian untuk mendapatkan ZD (Zertifikat Deutsch). Biaya kursusnya mendapatkan subsidi dari BAMF, sehingga biaya yang harus dikeluarkan hanyalah 1 Euro/jam. Untuk biaya ujian, jikalau memang membutuhkan, BAMF juga bisa membantu.. tapi ini prosesnya lumayan ribet.

Kenapa ya BAMF tiba-tiba mencanangkan kursus ini, yang seolah-olah semua orang asing wajib mengikutinya? Tampaknya hal ini disebabkan oleh banyaknya orang asing yang tidak bisa berintegrasi dengan warga setempat alias orang Jerman. Faktor utamanya adalah bahasa. Benar.. banyak orang yang sudah lama tinggal di Jerman, bahkan sudah dua atau tiga generasi.. tapi tidak bisa bahasa Jerman.

Bisa gitu hidup di Jerman tanpa bisa bahasa Jerman??
kenapa tidak??!!
selama banyak teman bergaul yang satu bahasa dengan kita...
selama menguasai kata-kata dasar (sapaan, minta maaf, berterima kasih)...
hm.. kayaknya bisa-bisa aja tuh... :D:D:D

Akibatnya.. orang asing yang tidak bisa berbahasa Jerman, kemungkinan susah mendapatkan pekerjaan. Artinya, semakin banyak jumlah pengangguran... dan makin banyak uang yang harus dikeluarkan pemerintah untuk para pengangguran tersebut (info lebih lanjut tentang ini baca di sini ya..). Maka dari itulah, pemerintah berusaha meningkatkan kemampuan berbahasa orang-orang asing tersebut agar lebih mudah berintegrasi.

Kembali ke masalah wawancara kemarin... setelah saya analisis lebih lanjut... sepertinya ini memang benar-benar dilakukan oleh BAMF untuk memantau hasil dari Integrationskurs tersebut. Setelah 3 tahun proyek mereka berjalan, wajar kan kalau mereka saat ini ingin mengetahui hasilnya??? *mencoba untuk berbaik sangka ;)*

Friday, July 4, 2008

Wawancara migrasi via telepon

Lebih tepatnya ini hanyalah mengisi kuosioner.. tapi karena dilakukan lewat telepon, jadi terkesan wawancara ;). Tiba-tiba saja hari ini saya mendapat telepon dari BAMF (Badan Migrasi dan Fengungsian Pengungsian). Sebagai seorang yang pernah mengikuti Integrationskurs, tentunya tidak mengherankan mendapat telepon dari kantor ini. Yang aneh malah pertanyaannya... saya kok malah merasa diinterogasi tentang agama daripada tentang migrasi itu sendiri.

Pertanyaan awal-awal... masih masuk akal.. seperti...
lahir dimana... taun berapa..
kewarganegaraan...
interaksi dengan orang Jerman dimana aja.. (tempat kerja, sekolah, tetangga, dll)
Seberapa sering berinteraksi dengan mereka?
Kemampuan berbahasa.. (berbicara, mendengar, menulis, membaca)
Keikutsertaan Integrationskurs.. termasuk ujian dan sertifikat.. (untung gak ditanya dapat nilai berapa, hehehe...)
Sejak kapan tinggal di Jerman...
Alasan datang ke Jerman... (sekolah, bekerja, mencari perlindungan... tapi pilihannya gak ada ikut suami.. :p)
Keterlibatan dalam berbagai organisasi di Jerman...
Pekerjaan...
Penghasilan...
Beberapa bantuan sosial yang diperoleh... (Kindergeld, dan Geld-geld lainnya)
Keterlibatan dalam berbagai organisasi di Indonesia...
Pekerjaan di sana.. (yang mana... tidak ada.. alias pengangguran :D)
Pendidikan...
Lulus tidak... (haduh.. lulus.. tidak.. lulus.. tidak.. lulus.. Lupa, Bu, ach...)

Sampai akhirnya tiba ke pertanyaan...
agama... (Islam, tentu saja..)
Suni.. syiah.. Ahmadiyah??? (halah.. sampai ditanya alirannya segala)
Terlibat dalam beberapa organisasi Islam di Jerman?
Anda mengenal dan terlibat beberapa organisasi Islam berikut ini? (aduh.. meni berasa lagi memperpanjang Visa di Landratsamt)
Berapa kali Anda pergi ke mesjid? (meni pengen tau aja ini teh..)
Anda memakai Kopftuch (kerudung)?
Alasan? (ada banyak pilihan jawaban: saya pilihnya karena agama, rasa aman, modis, dan identitas diri... bukan tradisi.. ataupun paksaan orang tua, suami dan keluarga)
Setujukah Anda dengan pernikahan antar agama? (halah.. apalagi ini??? dan tentu saja jawaban saya.. tidak..)

Kemudian:
Anda punya pasangan? menikah?
lahir dimana.. kapan... kewarganegaraan..
yang ini langsung ke agama....

Tinggal dengan siapa saja di rumah?
Siapa nama anaknya? Kapan lahirnya?
Agamanya? pakai kerudung? (lagi... lagi...)
Setujukah Anda kalau anak2 Anda menikah dengan yang berlainan agama???

Hmm.. masih penasaran sebenarnya kuosioner ini buat apaan ya?
Apa ada hubungannya sama memperpanjang visa nanti???
Waddduuuhhh... pusyiiiing aahhhh...
Ada yang pernah ngalamin?

Wednesday, July 2, 2008

Kontrol Tiket

Di hari pertama kenaikan harga tiket... si kontroler-kontroler itu mulai beraksi... Jam 8 pagi di dalam bus... Untungnya semalam sebelumnya saya tidak lupa menyelipkan tiket yang baru di dompet. Selama 4 tahun tinggal di Muenchen, baru sekali saya pernah kena pemeriksaan tiket di dalam bus.. Kalau di S-Bahn dan U-Bahn lumayan sering.

Para Kontroller di S-Bahn bisa kelihatan dengan jelas, karena mereka memakai seragam. Dulu seragamnya persis seragam hansip lengkap dengan pentungannya, cuma warnanya biru tua dan memakai baret merah. Selain itu mukanya yang sangar-sangar dan badannya yang gempal-gempal udah bikin keder penumpang yang tidak punya tiket. Tapi kalau sekarang, mereka memakai rompi dan jas.. kadang berdasi. Kayaknya pasukan sangar tadi sekarang hanya jadi pengawas keamanan saja.. itupun kok saya jarang lihat ya sekarang?!

Lain S-Bahn.. lain juga dengan U-Bahn, bus dan tram. Ketiga kendaraan terakhir dipegang oleh perusahaan yang berbeda dengan S-Bahn, yaitu MVG. Di kendaraan-kendaraan ini, para kontrollernya memakai baju preman (bukan preman Tanah Abang tentu saja.. :D). Jadi mereka tidak kelihatan seperti Kontroller. Dan biasanya mereka berpura-pura dulu menjadi penumpang. Begitu kendaraan mulai melaju, mereka mulai mengeluarkan tanda pengenal dan membabat habis tanpa kenal ampun para penumpang gelap.

Kenapa ada Kontroller??? karena di Munich.. mungkin pada umumnya di kota-kota di Jerman... penggunaan tiket untuk transport angkutan umum dalam kota memang tidak seketat di kota-kota negara lain, misal di London (kalau tidak salah, soalnya sudah 2 tahun yang lalu), ketika memasuki stasiun kereta bawah tanah, ada portal yang baru akan terbuka saat kita menggesek tiket. Begitu pun saat keluar stasiun. Jadinya kita memang harus punya tiket, meskipun hal ini tidak menutup kemungkinan adanya penumpang gelap.

Kalau di Munich, sebenarnya tanpa tiket pun bisa bebas keluar masuk kendaraan umum. (Kecuali untuk bus di atas jam 9 malam, harus memperlihatkan tiket ke sopirnya). Pemeriksaan tiket dilakukan secara acak oleh petugasnya. Kalau tertangkap dendanya 40 Euro, harga ini hampir sama dengan harga tiket bulanan, Isarcard 9 Uhr innenraum, yang harganya 45 Euro. Kalau 3 kali tertangkap dalam tahun yang sama, orang ini akan masuk dalam jajaran daftar hitam.

Seperti saya tulis di atas, saya pernah tertangkap. Bukan gara-gara tidak punya tiket, tapi.. (katakanlah singkatnya) saya salah membawa tiket. Jadi saya membawa tiket-tiket bekas bulan lalu. Udah ketar-ketir karena tidak punya uang 40 Euro di dompet. Yang sebenarnya sih gak usah khawatir, karena uangnya tidak boleh dibayarkan ke si Emang, tapi harus di transfer langsung ke rekeningnya. Untungnya, meskipun bermuka sangar, si petugas itu hatinya baik. Dia bilang, kalau saya memang punya tiket yang berlaku saat itu, bawa saja tiket dan surat tertangkapnya saya itu ke Kundenzentrum DB di Hauptbahnhof. Kalau kenanya di U-Bahn, datangnya harus ke Kundenzentrum MVG di Pocistrasse atau Marienplatz. Maka saya tidak harus membayar 40 Euro katanya. Dan ternyata benar... meskipun tiket saya yang Übertragbar (tanpa identitas diri, bisa dipakai siapa saja), dendanya berkurang setengahnya, jadi cuma 20 Euro saja. Katanya sih kalau tiketnya yang Persönlich (ada identitasnya), dendanya jadi cuma 10 Euro. Jadi, seandainya kita kena kontrol dan punya tiket, jangan kecil hati dulu... ;)