Thursday, November 8, 2012

Ketika Menunggu di Dokter Anak

Hari ini kami harus mengunjungi dokter anak untuk memeriksakan Ligar. Sebenarnya sakitnya belum serius sih, tapi kakang keukeuh anaknya 'sakit' dan harus secepatnya dibawa ke dokter. Demi menenangkan hati babehnya anak2, baiklah.. kami bolos Kindergarten aja dulu untuk hari ini. Saya tau benar, dokter anak saya selalu penuh, apalagi untuk pasien tanpa Termin (janji), gak ada jalan lain selain bersedia lama menanti. Jadi saya mengerahkan tenaga sekuat mungkin, agar kami bisa berangkat sepagi mungkin, karena Nadin harus dijemput pukul 11.15.

Sesampainya di dokter anak, kami merupakan pasien tanpa Termin ketiga. Fyuuuh... gak akan nunggu terlalu lama lah, paling dalam 1 jam kami sudah bisa keluar, jadi nanti bisa belanja cabe dulu ke toko Asia di sebrang. :D Tapi ntah kenapa, ternyata setelah 1 jam, tidak ada 1 pasien pun yang dipanggil dari ruangan itu. Satu per satu pasien lain berdatangan, ruangan pun mulai penuh. Ligar asyik memainkan semua macam mainan yang tersedia di situ. Sedangkan Maryam lebih senang dibacakan buku dan makan. Sisanya dia pakai untuk memperhatikan orang-orang sekitar. Semakin lama saya semakin mengantuk.. ini sudah terlalu lama nunggunya. Sampai akhirnya Maryam bertanya kepada saya,

"Mamah, kalau baby itu udh jadi anak-anak, mamahnya udah jadi Oma-oma ya??" sambil menunjuk ibu-ibu yang sedang memangku bayi kecil berumur 1 tahunan (baru bisa jalan bayinya).

Dalam keadaan mengantuk, saya lirik ibu itu. Ibunya memang termasuk ibu2 yang mengutamakan karir daripada berumah tangga. Jadi tampaknya di penghujung 40an, beliau baru mendapatkan bayi. Ya ampuuuuun, Neng Iyam, kepikiran ya ampe ke situ??? :D Lalu saya bisikkan ke dia,

"Neng, orangnya jangan ditunjuk ya, kamu cukup bilang ibu2 baju coklat yang bawa bayi baju ungu aja."
"Kenapa gak boleh ditunjuk?"
"karena nanti orangnya bisa marah."
"kenapa marah?"
"karena dia ditunjuk, jadi dia tau kalau dia lagi diomongin, tapi kan dia nggak ngerti kita ngomong apa, ntar dia nyangkanya kita ngomongin dia yang jelek-jelek *padahal iya..*"
"Ooo.." diapun terdiam.

Tak lama,
"Kenapa kakaknya anak itu mainin Handy melulu??"
"karena dia bosen kali"
"kasian, adiknya gak dikasih, jd bengong.." :D:D

"Anak itu kenapa sendirian?"
"karena udah gede kali."
"kalau udah gede bisa ngomong sendiri?"
"iya."
Tak lama Papahnya anak itu datang,
"Itu Papahnya ya?? anaknya gak bengong lagi sekarang, Mamah."
:)

Kemudian datang seorang pemuda. Note: Di sini dokter anak melayani anak2 baru lahir sampai usia 18 tahun, jd para ABG yang masih 18 taun, masih berobat bareng baby-baby. :D Dan ABG di sini tau kan??? wajahnya lebih dewasa drpd ABG di Indo yang lugu2. :D Maryam kembali bertanya,

"Kenapa bapak itu datang sendirian?? kok gak bawa anaknya??"
"Psst.. itu bukan bapak2.. itu mah Aa.. dia sendiri yang mau diperiksa sama dokter."
"Kenapa Aanya marah?" Alis si Aa emang berkerut terus sejak dia datang.
"Oo.. itu mah bukan marah, mungkin si Aanya lagi mikir.."
"mikir apa??"
"mikir kenapa lama banget nunggunya, mungkin dia bosen, gak suka nunggu lama kayak kita."
"kenapa gak suka nunggu???"
"karena membosankan dan cape." *dan jawab pertanyaan kamu juga capeeee deeeeeh... tp setidaknya gak bikin ngantuk lagi :D*

"Tuh sekarang Aanya udh gak mikir lagi!!" katanya ketika alis si Aa tidak lagi berkerut.
:)))
"Psst.. jangan pake nunjuk yaaaa.." saya mengingatkan lagi.

Kemudian si ibu kedua pun dipanggil..

"Nah habis ini kita ya, Mamah?!" katanya.
Sayapun mengangguk.

"Habis kita yang ituuu *sambil menjulurkan lidah*, lalu yang itu.. *menjulurkan lidah lagi*, dan yang itu.. terus yang itu.... *semuanya sambil menjulurkan lidah*"

"Maryam, kenapa lidahnya pake dijulurin keluar???"
"kan kata Mamah gak boleh nunjuk??!!"

*MAMAH PINGSANNNN*

Wednesday, July 18, 2012

t e r j e b a k

Kalau biasanya saya bercerita tentang Neng Iyam, sekarang mah giliran sama Neng Nudin ah.. :)

******************

Suatu sore ketika kami sedang kumpul-kumpul di ruang depan, seperti biasa masing-masing asyik dengan aktivitasnya masing-masing. Sambil mengelus-elus rambutnya Ligar, saya berkata,

"duh, Ligar rambutnya udah gondrong ya?! ntar kita cukurnya di A**** aja yaa.."
"apaan tuh A****??" tanya Nadin.
"Oh itu.. salon langganannya si Papah di Bandung." jawab saya.
"Di Bandung??? Kenapa gak salon di sini aja?" tanyanya lagi.
"Soalnya kalau salon di sini mah mahallll.. kalau di Bandung mah murah.. hehehe.." jawab saya.
"kalau sama Mamah??"
"maksudnya kalau dicukurnya sama mamah?? ooh.. itu mah gratis dooonk.. kostenlos!" jawab saya bangga.. :D
"kalau gitu kenapa dicukurnya nggak sama mamah aja?? kan gak usah bayar?!!"
*gubrag*


****************** 

Suatu pagi, disaat kami sedang berjalan kaki menuju sekolah,

"Din... kalau kita jadi pulang ke Indonesia buat selamanya.. berarti kita gak akan bisa ke Jerman lagi, gak apa-apa??"
"Kenapa gak bisa?"
"karena kalau kita pindahan, rumah kita juga jadi pindah ke Indonesia. Kalau cuma liburan ke Indonesianya, kita bisa balik lagi ke sini, tapi di Indonesianya cuma bentar. Kalau kita pindah, berarti Nadin harus sekolah di sana dan kita gak bisa balik lagi ke sini. Tapi.. nanti kalau Nadin rajin belajar.. Nadin jadi pintar.. kalau udh gede.. udh umur 22 lah, Nadin boleh sekolah lagi ke Jerman kayak Papah. Tuh, si papah juga pinter tuh.. jadi bisa sekolah ke Jerman."
"Oo.. kalau mamah?? mamah bisa juga sekolah ke Jerman?"
"Hm.. kalau mamah ke Jermannya karena nemenin Papah sih.."
"Mamah gak pinter donk??!"
*si mamah bingung, ketauan deh.. :D*

******************

Monday, June 11, 2012

Demam Bola

Suatu sore, ketika seluruh anggota keluarga sedang nobar Spanyol vs Italia,

Nadin: "Mamah, mamah maunya yang mana yang menang?"
Mamah: "Papah maunya yang mana?"
Nadin: "biru."
Mamah: "kalau gitu mamah yang merah. Kalau Nadin maunya yang mana?"
Nadin: "Biru juga, sama kayak Papah Nadin mah."
Maryam: "Nadin, yang merah kan udah sama mamah, yang biru sama Papah, kenapa Nadin nggak yang kuning aja??"
Nadin: "Maryaaaaammm, yang kuning mah bukan pemain bola!!!"
Mamah: "Ooo.. itu mah wasit atuh, Neng!"
:D:D:D

Keesokan harinya, kami nobar Inggris vs Perancis,
Nadin: "Kalau yang ini, mamah maunya yang mana yang menang?"
Mamah: "hm.. kayaknya Papah dukung biru ya? kalau gitu mamah pilih putih deh."
Maryam: "kalau Maryam mah maunya yang merah."
Mamah langsung melirik wasit donk, "lah, wasitnya kok pake baju kuning? yang pake baju merah siapa?"
Nadin: "itu mah penjaga gawang!" 
:D:D:D

Hadeuh, besok neng iyam mo dukung siapa lagi ya???

Thursday, March 1, 2012

Lucunya Neng Iyam (2).. :)

6 kali ulang taun

Maryam: "Mamah, Maryam udah 6 kali ulang tahun"
Mamah: "Oya? 6 atau 5?"
Maryam: "6 donk, liat ya.. Maryam hitungin nih." sambil siap-siap menghitung memakai jari. "Nol ulang tahun, satu ulang tahun, dua ulang tahun, tiga ulang tahun, empat ulang tahun, lima ulang tahun. Eh, iya, Mamah yang bener ya?!"
Mamah: "Mamah atau Maryam yang bener?"
Maryam: "Mamah yang bener. Kok jadi mamah yang bener ya?" *dengan muka bingung*
Mamah: "kalau Maryam bingung, coba hitung sekali lagi."
Maryam: "Nol ulang tahun, satu ulang tahun, dua ulang tahun, tiga ulang tahun, empat ulang tahun, lima ulang tahun. Lima!! tuh kan Mamah yang bener." *sambil mengacungkan 6 jari*

*Mamah ngikik dalam hati, duh si eneng jadi bingung antara menghitung jari dan menghitung umur :))*

Mamah: "ok.. sekarang liat jari Maryam yang ini ada berapa?" sambil menunjuk 5 jari yang terbuka.
Maryam: "lima."
Mamah: "ditambah satu jempol yang ini jadi berapa?" sambil nunjuk tangan sebelah lagi.
Maryam: "Enam! tuh kan Maryam yang bener?!" *girang mode on*


*************************************************

Biene Maja (baca: biineu Maya)

Kenapa ya kalau orang Jerman mendengar nama 'Maryam', pasti yang terdengar di telinga mereka itu 'Maya'. Contohnya tetangga saya yang pernah begitu. Ada juga, waktu itu saya dan Maryam masuk ke lift, bareng dengan laki-laki yang membawa anjing. Setelah saya bicara dengan Maryam, tiba-tiba si laki-laki itu menyela, "nama anak Anda Maya? sama donk dengan anjing saya" sambil tersenyum ramah. Duh, si bapak tampak girang banget nama anjingnya sama kayak anak saya.. :D Untung aja beda :)

Kejadian serupa terjadi seminggu yang lalu. Waktu itu kami sekeluarga habis jalan-jalan di kota. Ternyata tangga berjalan (eskalator/Rolltreppe) arah ke bawah rusak. Terpaksa si akang memangku stroller sendirian. Saya harus menuntun Ligar, karena dia masih belum stabil menuruni tangga sendirian. Nadin di depan saya, dan Maryam sedikit ketinggalan di belakang saya. Sesekali saya menoleh ke belakang sambil mengingatkan agar dia berjalan hati-hati, "hati-hati Maryam, lihat tangganya ya!". Kebetulan ada segerombolan laki-laki besar menuruni tangga juga waktu itu. Dan begitu mendengar saya menyebut Maryam, mereka langsung menyanyikan lagu Biene Maja. Awalnya cuma "Maaaajaaaaa.. Maaaajaaaaa.." doank.. rada-rada belum ngeh waktu itu. Duh, saya mah khawatir Neng Iyam bakal ketubruk salahsatu diantara mereka.. lagian suara2nya menggelegar persis gerombolan suporter bola.. pasti Neng Iyam bakal ketakutan, pikir saya. Eh, ternyata anaknya malah ketawa-ketawa.. yang nyanyi jadi tambah semangat donk, nyanyinya mulai lengkap, "nanannanananannananan... Biene Maaajaaa... usw"

Sesampainya di rumah,
"Nadin, Nachname-nya (nama belakang) Maryam siapa coba?"
"Nugraha!"
"Salah.. yang bener Biene Maja... hihihi.." *nyengir*

*************************************************
PR

Suatu sore,
mamah: "Ceu, kerjain dulu PRnya, baru boleh bikin pompom lagi ya." *ngomong ke Nadin*
Nadin: "ok."
Maryam: "Kalau Nadin PRnya cuma 2, PR dari sekolah dan PR dari mamah, kalau Mamah PRnya banyak tuh.. masak, cuci piring, cuci baju, beresin baju, beresin rumah, merajut, blablabla (dan entah apalagi yg dia absen satu2 kemarin :D)"
*bener juga tapi :D*

*************************************************
Dornröschen

Maryam: "Mamah, cantikan mana, Dornröschen (Aurora) atau Arielle?
Mamah: "gak tau, Mamah gak suka Prinzessin sih."
Maryam: "ya cantikan Dornröschen donk."
Mamah: "kenapa?"
Maryam: "kan ada lagunya, Dornröschen war ein schönes Kind.. schönes Kind.. schönes Kind. Dornröschen war ein schönes Kind.. schönes Kind!"
Mamah: *ketawa donk ah* "Eh, beneran Dornröschen yang paling cantik?"
Maryam: "tapi sebenarnya semua Prinzessin cantik sih kata Maryam mah, cuma Jasmine yang haesslich (jelek)."
Mamah: "lho.. kenapa Jasmine jelek?"
Maryam: "soalnya udelnya keliatan."
Mamah: ":)). Kalau Jasmine pake rok yang panjang kayak Prinzessin yang lain jadi cantik gak?
Maryam: "iya."
Mamah: "Kalau orang yang pake jilbab cantik gak kata Maryam?"
Maryam: "iyaaa... Mamah juga cantiiik." *sambil peluk cium mamah*
Mamah: *ya.. ya.. Mamah sepakat deh, sebelum si anak berubah pikiran :))*

*************************************************

Monday, February 6, 2012

'Ep', 'Pe' dan 'Paw'

Siapa bilang orang Sunda gak bisa bilang F? itu Pitnah!! :D:D:D

Dan saya termasuk salahsatu orang Sunda yang bisa membedakan dan mengucapkan F dan P. Setidaknya begitulah perasaan saya, sampai....

...suatu hari Nadin memberi teka-teki..
"Mamah, tadi di sekolah ada yang ulang tahun, siapa coba?"
"Viktor!" jawab saya asal sebut.
"Salah!" katanya.
"Siapa doonk?"
"Viktor!."
"lho, kan tadi juga mamah bilang Viktor?!"
"nggak, tadi mamah bilang Piktor. Viktor itu pake 'Vaw' bukan 'Pe'" jawabnya.

...dan saat itupun akhirnya saya lulus menyebut nama Viktor setelah 5 kali sebut. :D

Begitulah, sekarang di rumah sedang krisis 'Aussprache' (pengucapan). Jadi Neng Nadin mulai mengritik pengucapan bahasa Jerman kami.. ini baru pengucapan lho.. belum gramatik (tata bahasa). :D

****************************

Suatu hari tiba-tiba saja diantara kami terucap kata 'gefaerlich', dan tiba-tiba timbul hasrat iseng saya. Saya ucapkan sekali lagi dengan lantang dan sedikit keras, 'gepaerlich!'. Dan tepat seperti dugaan saya, Nadin yang sedang asyik bermain dengan Maryam, langsung angkat kepala seraya berkomentar, 

"lho, kok 'gepaerlich'? harusnya kan 'gefaerlich'!"
"iya, 'gepaerlich' kan?!" jawab saya dengan muka tanpa dosa :D
"ach, schon wieder.. (ah, lagi-lagi). 'gefaerlich'! pake F bukan pake P!"
"iya, pake Ep kan?! 'gepaerlich'! gitu?"
"Nein!! 'gefaerlich'!"
"Ok.. ok.. sekarang mamah bener deh ngucapinnya, 'gepaerlich'"
"Schon wieder!!" katanya sambil memegang kepala. 

*si akang sampe ngakak2 ngetawain*

****************************
Beberapa hari berlalu, dia pun tiba-tiba bertanya,

"Mamah, kenapa mamah suka bilang F-nya jadi P?"
"hehehe.. itu bukan karena mamah gak bisa bilang F.. Mamah bisa lho bilang F.. Eeffffffff.. tuh mamah bisa kan?"

diapun mengangguk.

"Mamah suka bilang F-nya jadi P, biar Nadin tahu, kalau banyak orang bilang bahwa orang Sunda itu gak bisa bilang F. Dan orang-orang seperti itu memang benar adanya. Nanti kalau Nadin ketemu sama orang yang bilang F-nya jadi P, Nadin gak usah ngetawain, apalagi mengolok-olok, ok?!"

"ok.." jawabnya. Tak lama dia kembali bertanya,

"Kenapa orang Sunda gak bisa bilang F?"
"Waduh, kenapa ya? Mamah juga gak tau."

"Apa di bahasa Sunda nggak ada huruf F?" tanyanya..

..dan 'twink' kenapa selama ini gak pernah terpikir sama saya ya?? Setelah di konfirmasi sama si akang, ternyata bener, katanya di bahasa Sunda nggak ada huruf F, makanya orang Sunda memang susah mengucapkan huruf F. *Super Nadin!!*

setelah hening beberapa saat, dia pun kembali berkomentar,

"Oooo.. pantes, orang Sunda itu bisanya bilang 'Koper' bukan 'Koffer*)'!!"

*)Koffer = bahasa Jermannya Koper.

hahaha.. saya pun tak kuasa menahan tawa,

"Nah, Nadin, kalau yang itu, memang bahasa Indonesianya Koffer itu Koper. Kalau di Indonesia kamu bilang Koffer, kamu bisa jadi bahan tertawaan nantinya.. :)"

Thursday, February 2, 2012

Mamahnya Maryam siapa???

Duh, tiba-tiba aja dapet pertanyaan di atas dari Maryam, "Mamahnya Maryam siapa?".
Kaget?? ya kaget doooonk.. mulut yang sedang mengunyah pun langsung berhenti. Saking gak percaya dengan pertanyaannya, saya tanya ulang dia,

"hm? apa? apa? gimana, Neng?"
"Mamahnya Maryam siapa?"
"Mamahnya Maryam? ya mamah.. mamah ina.. kan?!"
"bukan.. mamah kan anak-anak.. anak-anak gak boleh punya anak! sama kayak papah, papah juga anak-anak.. gak boleh punya anak."

Duh, kok ya tambah ketar-ketir.. ini maksudnya apa? kok bilang mamah-papah masih anak-anak.. jadi mikir, apa tingkah kami begitu masuk ke dunia mereka ya? sampai mereka menganggap kalau kami tuh anak-anak. :D Lalu saya tanya lagi,

"Mamah anak-anak? mamah kan udah gede, tuh liat.." sambil berdiri dan menunjukkan kalau badan saya lebih tinggi darinya.
"Mamah kan anaknya Emak (ibu saya), Papah anaknya Enek (ibunya si akang), kalau Maryam anaknya siapa?" *hampir berkaca-kaca*
"ya anaknya Mamah Ina" sambil nunjuk diri sendiri.
"bukan, mamah kan anaknya Emak, anak-anak gak boleh punya anak."

Dodododoh... hm.. gimana jelasinnya ya? akhirnya setelah beberapa saat mikir, terpikir juga solusinya. Saya jelaskan perjalanan usia manusia dengan mengambil orang-orang yang dia kenal sebagai contoh. 

"Jadi Allah bikin manusia, lalu disimpan di perut mamahnya. Kalau dia lahir, dia bakal jadi bayi, kayak Ligar dulu, masih inget?" diapun mengangguk.

"Bayi yang baru lahir cuma bisa nangis aja ama pipis."
"dan nenen" timpalnya.. hihihi.. masih inget beneran dia.
"iya.. gak bisa duduk, gak bisa ngomong, apalagi lari.. nah.. lama-lama.. dia mulai gede.. mulai gede.. bisa ngomong deh bababibibubu." diapun tertawa.

"trus bisa apalagi? bisa tengkurap.. merangkak.. duduk.. berdiri.. akhirnya bisa lari kencang kayak Ligar sekarang. Kalau tambah gede lagi, nanti Ligar bakal jadi segede Maryam.. tambah gede lagi bakal jd segede Nadin.. tambah gede tambah gede.. ntar jadi segede mbak Arin.. terus segede Mbak Arum.. segede mas Adit.. wah.. bentar lagi dah bisa nikah deh. Kalau udah nikah, ntar bisa punya anak. Nah, mamah sama papah juga sama.. dulu bayi kayak Ligar.. Nadin Maryam juga. Karena mamah sama papah udah nikah, makanya mamah sama papah bisa punya anak. Tapi, mamah tetep jadi anaknya Emak, dan papah jadi anaknya Enek.. Tapi sekarang Emak sama Enek udah jadi Oma. Nanti kalau Maryam udah nikah, udah punya anak, Mamah yang jadi Oma."

"hihihihi.." cengar-cengir deh dia. Ujung-ujungnya dia pengen liat Mamah dan Papah waktu bayi.. waktu udah sekolah.. dll. Duh, untung koleksinya foto si Papah dari Enek cukup lengkap (Nuhun pisan, Enek!).. kalau foto Mamah meski gak banyak, tapi ada lah.. jadi cukup mewakili.

Dan.. alhamdulillah.. sampai hari ini Maryam tidak mencari Mamah lagi. :)

Friday, January 20, 2012

Di Stasiun Kereta - bawain Oma Opa

Hari Selasa yang lalu, ketika kami sedang berjalan kaki menuju perpustakaan, kebetulan ada pesawat terbang lewat di atas kami. Tak heran memang, di Muenchen (kasarnya) hampir tiap 5 menit ada pesawat terbang melintas di langit. Biasanya Ligar yang sensitif melihat pesawat, namun waktu itu Maryam yang lebih dulu melihat. "Itu pasti mau ke Indonesia!" katanya.. dododoh... memang deh, setaunya dia, kalau ke Indonesia harus naik pesawat, maka semua pesawat pasti mau ke Indonesia..

Kejadian tersebut mengingatkan saya pada kejadian beberapa bulan lalu.. (flashback dulu nih ceritanya..).

**************************************
Waktu itu kami akan mengunjungi teman kami yang tinggal di Nuernberg. Karena perjalanan luar kota kami harus memakai kereta RE. Waktu itu kami memakai Bayernticket, yang berarti kami harus duduk di bangku kelas dua. Kereta menuju Nuernberg ini termasuk kereta yang banyak penumpangnya. Jadi begitu kereta datang, kami harus cepat-cepat mencari tempat duduk agak tak kehabisan orang.

Begitu masuk ke dalam kereta, pandangan Nadin langsung tertuju ke tulisan "1. Klasse", dan dia pun langsung berteriak,

"Erste Klasse! itu dia kelasnya Nadin." sambil berlari masuk ke ruangan kelas 1 tersebut.

Lalu saya katakan bahwa kami harus duduk di kelas dua, bukan kelas satu. Dan diapun menjawab,

"Tapi kan Nadin baru kelas satu."

Ah.. dan saya pun baru nyadar kalau yang dia maksud adalah kelas dia di sekolah.. Na ja... Nadin.. sayangnya kelas di sekolah dan kelas di kereta api tidak bisa disamakan.. :))

Dan kamipun asyik menikmati perjalanan selama 1 jam 45 menit. Akhirnya sampailah kami di stasiun kereta Nuernberg. Dan seperti di stasiun-stasun kereta manapun, kalau ada kereta berhenti, penumpang yang berjumlah ratusan akan turun serentak dengan bawaannya masing-masing. Maryam waktu itu terpesona melihat orang-orang (yang pada umumnya) menggusur koper mereka masing. 

"Orang-orang ini pasti mau ke Indonesia."
"Lho, kok Maryam tahu kalau mereka mau ke Indonesia?"
"Tahu donk, soalnya mereka bawa-bawa koper."

hihihi... Emang deh ya.. kalau kita mau ke Indonesia, bawaan wajibnya emang koper.. :))

**************************************
Nah, kembali ke cerita awal.. ketika Maryam melihat pesawat terbang melintas tea..

Apa yang terpikir di kepala Anda ketika melihat pesawat terbang lewat sewaktu Anda kecil? Kalau saya, "Kapal, minta duit!!" *duh, meureun kata si akang teh, ih si eneng, ternyata udah matre sejak kecil :D*

Waktu itu, saya mau teriak seperti itu, khawatir mengajarkan kematrean saya pada anak-anak.. :D Jadi ketika Maryam bilang, "kapal itu mau ke Indonesia", tiba-tiba saja otak memerintah saya untuk mengucap, 

"Kapal, salam buat Enek-Aki dan Ema PaI yah.."

Dan ternyata, salam aja tidak cukup untuk Maryam. Dia pun ikut-ikutan teriak,

"Kapal, bawain Oma dan Opanya Maryam ke sini ya.."

...dengan serta merta saya pun terserang rasa campur aduk.. teu pararuguh.. antara sedih, gembira, terharu, pengen nangis dan tertawa.. semua jadi satu...

"Es war ganz süüüüüüüüüüßßßßßßßßßß, Maryam.."