Saya sendiri tidak pernah mengalami masalah selama beberapa kali memperpanjang izin tinggal di sini. Kecuali dalam kurun 8 bulan terakhir ini, bukan bermasalah sih sebenarnya.. hanya kalau dalam waktu 8 bulan, saya sampai 4 kali mendapatkan izin tinggal... rasanya cukup menjengkelkan juga.. Dan untuk hal ini, saya juga tidak menyalahkan mereka, terlalu banyak 'kebetulan' yang membuat saya bernasib kurang baik seperti ini.
Kisah ini berawal ketika kami mudik ke Indonesia bulan Oktober tahun lalu. Cerita lengkapnya pernah saya tulis di sini. Dikarenakan masa berlaku paspor saya sudah kurang dari 6 bulan, maka saya diharuskan membuat paspor baru di Indonesia sebelum saya kembali ke Munich. Ditambah kedutaan Jerman di Jakarta yang tidak bisa mengeluarkan izin tinggal dengan status yang saya punyai terakhir, maka otomatis paspor lama dan paspor baru harus saya bawa kembali ke Munich. Sekembalinya di Munich, saya langsung memindahkan izin tinggal dari paspor lama ke paspor baru, dengan masa berlaku sama, yaitu 13 Februari 2009, sama dengan masa berlakunya paspor lama saya.
Ketika melihat paspor suami, ternyata izin tinggal dia berlakunya sampai 31 Maret. Lho.. kenapa berbeda? Jelas... karena paspor lama saya hanya berlaku sampai 13 Februari, sedangkan izin tinggal terakhir tersebut dibuat dua tahun sebelumnya. Sayangnya, ternyata izin tinggal anak-anak pun mengikuti tanggal berlaku punya saya, karena dulunya paspor mereka masih menempel ke ibu. Jadi ketika mereka mempunyai paspor masing-masing, otomatis izin tinggalnya masih tergantung izin tinggal terakhir yang nempel di paspornya ibu.
Akhirnya, 2 hari sebelum izin tinggal saya dan anak-anak jatuh tempo, kami berbondong-bondong datang ke KVR lagi. Dengan harapan si Akang bisa memperpanjang izin tinggalnya dia saat itu juga. Jadinya urusan ini akan selesai hari itu juga. Ternyata, karena si Akang mengajukan izin tinggal yang tidak terbatas masa berlakunya, maka secara birokrasi, izin tinggal tersebut harus melalui proses pemeriksaan dulu, katanya. Prosesnya sendiri bisa berlangsung dalam waktu 4 sampai 6 minggu. Sedangkan izin tinggal saya dan anak-anak sudah di ujung tanduk. Maka akhirnya kami diberi izin tinggal sementara sampai 31 Maret (sama dengan izin tinggal lama si Akang. Gak bisa lebih, karena kami sangat tergantung pada kepala keluarga). Dua kali...
Sebulan kemudian, si Akang kembali lagi untuk menyelesaikan proses izin tinggalnya tersebut. Alhamdulillah, setelah dihitung-hitung, masa tinggal dia di Jerman yang tidak pernah terpotong lebih dari 6 bulan, memenuhi syarat (5 tahun). Untuk Muenchen, student dihitung setengahnya dibanding yang kerja. Eh, lagi-lagi.. saya hanya dikasih izin tinggal sementara sampai bulan Juni. Alasannya? Karena saya datang bulan Mei 2004, maka bulan Mei ini saya akan genap 5 tahun. Jadi, istri Anda bisa mendapatkan izin tinggal tak terbatas bulan Juni nanti, katanya. Sebenarnya agak kecewa waktu itu, karena izin tinggal apapun buat saya sama saja, toh kami tidak berencana tinggal di sini selamanya. Tapi kalau memang si ibunya sendiri yang menganjurkan seperti itu.. baiklah.. toh dia lebih berpengalaman, pikir saya.
Akhir Mei lalu, saya datang lagi ke sana. Ternyata data-data saya sudah terpisah sendiri, tidak lagi sebundel dengan data si Akang dan anak-anak. Dan biasalah.. birokrasi.. katanya proses pemeriksaan data saya membutuhkan waktu 2 sampai 3 minggu. Setelah mengisi sebuah formulir, saya pun kembali pulang. Oya, waktu itu sempat menanyakan apakah masih ada syarat yang kurang? Dia bilang tidak. Apakah saya harus datang dengan suami? karena gosipnya, teman2 saya yang lain memerlukan tanda tangan suami untuk keperluan izin tinggalnya tersebut. Ternyata katanya tidak juga. Oke, berarti saya bisa datang sendiri lagi nanti.
Tiga minggu kemudian saya datang lagi. Dan si Ibu tampak sudah mengenali saya. Dia langsung mengambil data saya dan membolak-baliknya. Ternyata.. surat keterangan kerja dari kantor suami saya sudah kelamaan. Ini dari 4 bulan yang lalu, kami membutuhkan yang terbaru, ujarnya. Untungnya, pas ditelepon ke kantor, si Akang bisa nge-fax surat tersebut langsung ke KVR. Kalau begitu, izin tinggal Anda bisa selesai hari ini juga, katanya. Ploong deh.. 10 menit kemudian, saya ketok pintu ruangan si ibu, untuk memberitahukan bahwa suratnya sudah di-fax dari kantor suami saya. Ternyata si ibu malah menyuruh saya masuk dan mengajak bicara. Katanya, setelah dia ngobrol dengan atasannya, masa tinggal saya di sini masih kurang dari 5 tahun. Kenapa? bukannya dari 2004-2009 itu bulat 5 tahun? tanya saya. Ternyata, dalam 2 tahun pertama kedatangan saya, status si Akang masih student. Dan istri student juga dianggap sama seperti student, alias hanya dihitung setengahnya. Yang berarti persyaratan saya tinggal di sini masih kurang satu tahun. Ya ampuuuun.. kenapa sih baru ketahuan sekarang? bukannya dari dulu.. atau minimal dari ketika saya masuk ruangan tadi. Kan katanya ada proses pemeriksaan dulu selama 3 minggu. Kayaknya mungkin penghitungan masa tinggal tidak termasuk dalam proses 3 minggu tadi.. Ah.. birokrasi.. birokrasi..
Alhamdulillah.. akhirnya saya mendapatkan izin tinggal hari itu juga untuk 2 tahun ke depan. Meski penantian 3 bulan ini rasanya sia-sia.. Tapi saya yakinlah, pasti ada hikmah di balik semua ini.