Monday, February 6, 2012

'Ep', 'Pe' dan 'Paw'

Siapa bilang orang Sunda gak bisa bilang F? itu Pitnah!! :D:D:D

Dan saya termasuk salahsatu orang Sunda yang bisa membedakan dan mengucapkan F dan P. Setidaknya begitulah perasaan saya, sampai....

...suatu hari Nadin memberi teka-teki..
"Mamah, tadi di sekolah ada yang ulang tahun, siapa coba?"
"Viktor!" jawab saya asal sebut.
"Salah!" katanya.
"Siapa doonk?"
"Viktor!."
"lho, kan tadi juga mamah bilang Viktor?!"
"nggak, tadi mamah bilang Piktor. Viktor itu pake 'Vaw' bukan 'Pe'" jawabnya.

...dan saat itupun akhirnya saya lulus menyebut nama Viktor setelah 5 kali sebut. :D

Begitulah, sekarang di rumah sedang krisis 'Aussprache' (pengucapan). Jadi Neng Nadin mulai mengritik pengucapan bahasa Jerman kami.. ini baru pengucapan lho.. belum gramatik (tata bahasa). :D

****************************

Suatu hari tiba-tiba saja diantara kami terucap kata 'gefaerlich', dan tiba-tiba timbul hasrat iseng saya. Saya ucapkan sekali lagi dengan lantang dan sedikit keras, 'gepaerlich!'. Dan tepat seperti dugaan saya, Nadin yang sedang asyik bermain dengan Maryam, langsung angkat kepala seraya berkomentar, 

"lho, kok 'gepaerlich'? harusnya kan 'gefaerlich'!"
"iya, 'gepaerlich' kan?!" jawab saya dengan muka tanpa dosa :D
"ach, schon wieder.. (ah, lagi-lagi). 'gefaerlich'! pake F bukan pake P!"
"iya, pake Ep kan?! 'gepaerlich'! gitu?"
"Nein!! 'gefaerlich'!"
"Ok.. ok.. sekarang mamah bener deh ngucapinnya, 'gepaerlich'"
"Schon wieder!!" katanya sambil memegang kepala. 

*si akang sampe ngakak2 ngetawain*

****************************
Beberapa hari berlalu, dia pun tiba-tiba bertanya,

"Mamah, kenapa mamah suka bilang F-nya jadi P?"
"hehehe.. itu bukan karena mamah gak bisa bilang F.. Mamah bisa lho bilang F.. Eeffffffff.. tuh mamah bisa kan?"

diapun mengangguk.

"Mamah suka bilang F-nya jadi P, biar Nadin tahu, kalau banyak orang bilang bahwa orang Sunda itu gak bisa bilang F. Dan orang-orang seperti itu memang benar adanya. Nanti kalau Nadin ketemu sama orang yang bilang F-nya jadi P, Nadin gak usah ngetawain, apalagi mengolok-olok, ok?!"

"ok.." jawabnya. Tak lama dia kembali bertanya,

"Kenapa orang Sunda gak bisa bilang F?"
"Waduh, kenapa ya? Mamah juga gak tau."

"Apa di bahasa Sunda nggak ada huruf F?" tanyanya..

..dan 'twink' kenapa selama ini gak pernah terpikir sama saya ya?? Setelah di konfirmasi sama si akang, ternyata bener, katanya di bahasa Sunda nggak ada huruf F, makanya orang Sunda memang susah mengucapkan huruf F. *Super Nadin!!*

setelah hening beberapa saat, dia pun kembali berkomentar,

"Oooo.. pantes, orang Sunda itu bisanya bilang 'Koper' bukan 'Koffer*)'!!"

*)Koffer = bahasa Jermannya Koper.

hahaha.. saya pun tak kuasa menahan tawa,

"Nah, Nadin, kalau yang itu, memang bahasa Indonesianya Koffer itu Koper. Kalau di Indonesia kamu bilang Koffer, kamu bisa jadi bahan tertawaan nantinya.. :)"

Thursday, February 2, 2012

Mamahnya Maryam siapa???

Duh, tiba-tiba aja dapet pertanyaan di atas dari Maryam, "Mamahnya Maryam siapa?".
Kaget?? ya kaget doooonk.. mulut yang sedang mengunyah pun langsung berhenti. Saking gak percaya dengan pertanyaannya, saya tanya ulang dia,

"hm? apa? apa? gimana, Neng?"
"Mamahnya Maryam siapa?"
"Mamahnya Maryam? ya mamah.. mamah ina.. kan?!"
"bukan.. mamah kan anak-anak.. anak-anak gak boleh punya anak! sama kayak papah, papah juga anak-anak.. gak boleh punya anak."

Duh, kok ya tambah ketar-ketir.. ini maksudnya apa? kok bilang mamah-papah masih anak-anak.. jadi mikir, apa tingkah kami begitu masuk ke dunia mereka ya? sampai mereka menganggap kalau kami tuh anak-anak. :D Lalu saya tanya lagi,

"Mamah anak-anak? mamah kan udah gede, tuh liat.." sambil berdiri dan menunjukkan kalau badan saya lebih tinggi darinya.
"Mamah kan anaknya Emak (ibu saya), Papah anaknya Enek (ibunya si akang), kalau Maryam anaknya siapa?" *hampir berkaca-kaca*
"ya anaknya Mamah Ina" sambil nunjuk diri sendiri.
"bukan, mamah kan anaknya Emak, anak-anak gak boleh punya anak."

Dodododoh... hm.. gimana jelasinnya ya? akhirnya setelah beberapa saat mikir, terpikir juga solusinya. Saya jelaskan perjalanan usia manusia dengan mengambil orang-orang yang dia kenal sebagai contoh. 

"Jadi Allah bikin manusia, lalu disimpan di perut mamahnya. Kalau dia lahir, dia bakal jadi bayi, kayak Ligar dulu, masih inget?" diapun mengangguk.

"Bayi yang baru lahir cuma bisa nangis aja ama pipis."
"dan nenen" timpalnya.. hihihi.. masih inget beneran dia.
"iya.. gak bisa duduk, gak bisa ngomong, apalagi lari.. nah.. lama-lama.. dia mulai gede.. mulai gede.. bisa ngomong deh bababibibubu." diapun tertawa.

"trus bisa apalagi? bisa tengkurap.. merangkak.. duduk.. berdiri.. akhirnya bisa lari kencang kayak Ligar sekarang. Kalau tambah gede lagi, nanti Ligar bakal jadi segede Maryam.. tambah gede lagi bakal jd segede Nadin.. tambah gede tambah gede.. ntar jadi segede mbak Arin.. terus segede Mbak Arum.. segede mas Adit.. wah.. bentar lagi dah bisa nikah deh. Kalau udah nikah, ntar bisa punya anak. Nah, mamah sama papah juga sama.. dulu bayi kayak Ligar.. Nadin Maryam juga. Karena mamah sama papah udah nikah, makanya mamah sama papah bisa punya anak. Tapi, mamah tetep jadi anaknya Emak, dan papah jadi anaknya Enek.. Tapi sekarang Emak sama Enek udah jadi Oma. Nanti kalau Maryam udah nikah, udah punya anak, Mamah yang jadi Oma."

"hihihihi.." cengar-cengir deh dia. Ujung-ujungnya dia pengen liat Mamah dan Papah waktu bayi.. waktu udah sekolah.. dll. Duh, untung koleksinya foto si Papah dari Enek cukup lengkap (Nuhun pisan, Enek!).. kalau foto Mamah meski gak banyak, tapi ada lah.. jadi cukup mewakili.

Dan.. alhamdulillah.. sampai hari ini Maryam tidak mencari Mamah lagi. :)