Thursday, July 29, 2010

bersyukur normal

Kemarin, ketika saya akan menjemput anak-anak dari sekolah, tiba-tiba saja saya dipanggil oleh seorang ibu. Saya kenal ibu itu, dia adalah salahsatu ibu-ibu dari Kindergarten yang sama dengan anak-anak saya. Dan saya juga tahu kalau belum lama ini, ibu itu baru saja melahirkan anak keduanya. Saya pun menghampiri si ibu tadi, dan ternyata dia meminta bantuan menurunkan Kinderwagen (kereta bayi) dari beberapa buah anak tangga. Sayapun dengan senang hati membantu, sebagai seorang ibu berkinderwagen juga, tentunya saya merasakan apa yang dia rasakan ketika perlu bantuan.

Sambil jalan, dia bercerita bahwa dia melahirkan dengan jalan operasi, makanya dia tidak boleh mengangkat-angkat yang berat dulu sampai 6 bulan. Dan setiap hari saat harus menjemput anak pertamanya, dia selalu menunggu orang di depan rumahnya untuk membantunya menurunkan kereta bayi seperti tadi. Kadang sampai 20 menit dia harus menunggu sampai menemukan orang yang mau membantu.

Mendengar ceritanya, saya kembali bersyukur diberi kemudahan oleh Allah swt, untuk melahirkan ketiga anak saya dengan normal. Dengan kondisi saya yang lebih cepat pulih waktu itu, saya jadi tidak bergantung pada orang lain saat akan keluar rumah.

Sudah sering sebenarnya saya mendapatkan cerita dari teman-teman, kelebihan melahirkan normal dibandingkan dengan operasi. Untuk melahirkan normal, memang kita akan merasakan sakitnya kontraksi yang luar biasa, tapi tubuh kita bisa pulih kembali dalam waktu yang tidak lama. Misalnya saya (ketiga anak saya lahirnya pukul 10 pagi semua :D), setelah melahirkan, sore harinya sekitar pukul 15.00 sudah bisa bangun dari tempat tidur sendiri, pergi ke toilet sendiri, mengganti popok bayi sendiri. Sedangkan teman sekamar saya yang dioperasi, di hari pertamanya setiap kali akan ke toilet dan mengurus bayi selalu memanggil perawat. Dan kata teman-teman saya, sakitnya bekas operasi masih akan terasa, bahkan sampai setahun setelah melahirkan. Ya Allah.. makinlah saya bersyukur akan kemudahan yang Engkau berikan.

Nah, makanya untuk para calon ibu, jangan karena takut menghadapi sakitnya kontraksi, cepat-cepat mengambil keputusan untuk dioperasi. Sakit yang luar biasa nyeri itu akan serta merta sirna ketika melihat sang buah hati. Percayalah.. ;)

Wednesday, July 28, 2010

Kunjungan HNO 2

Sebenarnya kunjungan HNO ini sudah dilakukan sekitar 3 minggu yang lalu, yang mana kontrol ini pun sebenarnya agak-agak terlambat dilakukan dari waktu yang seharusnya, berhubung setiap kali akan membuat janji selalu tidak berjodoh dengan tempat praktek dokternya. :(

Kunjungan ini merupakan lanjutan dari kunjungan sebelumnya. Setelah terapi obat dan meniup balon, ternyata kondisi kuping Nadin masih tetap sama (berdasarkan hasil tes dan dilihat oleh dokter). Kesimpulannya, Nadin sangat dianjurkan untuk dioperasi. Kalau tidak, dikhawatirkan akan mengalami kondisi yang lebih parah lagi. Sebenarnya saya sudah menduga hasilnya memang akan seperti ini, setelah saya berbagi cerita dengan seorang teman yang anaknya berkasus sama dengan Nadin. Teman anak saya itu usianya sudah lebih besar daripada Nadin, laki-laki pula, jadi dia selalu berhasil meniup balon dengan hidungnya. Tapi hasil akhirnya tetap harus dioperasi. Sedangkan Nadin, dia belum pernah berhasil meniup balonnya, meskipun dia melakukannya dengan senang hati, tapi tiupannya lewat hidung masih belum cukup kuat untuk menggelembungkan si balon itu.

Ah.. operasi ya?! gendang telinga pula.. duuuh.. rasanya tidak tega membayangkan salah satu organ tubuh si anak ternoda. Saya pun mencoba menanyakan sebenarnya berapa persen kira-kira gangguan pendengaran yang dialami anak saya? Karena kalau dilihat secara kasat mata, dia sepertinya tidak mengalami gangguan sedikit pun, tak jua ada keluhan. Tapi dokternya keukeuh bahwa kupingnya Nadin itu bermasalah. Dia agak susah kalau harus mengatakannya dalam bentuk persen. Namun kira-kira kondisi kupingnya itu sama dengan kuping kita ketika sedang lepas landas pesawat terbang. Waduh, sakit donk, Dok? Ya, katanya.

Dokter mengatakan bahwa di musim panas seperti sekarang, kupingnya tidak terlalu menampakkan masalah, namun di musim dingin nanti, kondisinya bisa jadi memburuk. Jadi sebaiknya operasi dilakukan setelah musim panas ini berakhir, karena musim panas anak-anak biasanya suka berenang dan main air, maka biarkan dia senang-senang dulu. Operasinya sendiri akan dilakukan di klinik khusus, bukan di tempat praktek si dokter. Tapi ini termasuk operasi kecil, si anak tidak perlu rawat inap di rumah sakit, cukup tinggal beberapa jam, kemudian boleh pulang. Dalam bahasa Jerman ini biasa disebut sebagai Ambulant (berbeda arti dengan ambulans, mobil untuk mengangkut orang sakit). 

Pada operasi nanti, gendang telinga akan disobek sedikit, kemudian cairannya dikeluarkan. Biasanya si cairan tidak keluar semua sekaligus, makanya di gendang telinga itu nanti akan dipasangi sebuah rol kecil (Röllchen), supaya si cairan yang tersisa bisa keluar perlahan-lahan. Adanya lubang di gendang telinga ini tak hanya menyebabkan cairan di dalam keluar, tapi cairan di luar pun bisa masuk ke dalam. Makanya selama si rol kecil itu masih terpasang, Nadin tidak boleh berenang ataupun mandi berendam. Rol kecil itu akan terpasang di kupingnya Nadin selama kurang lebih 4 bulan, tidak diperlukan operasi kembali untuk melepasnya, karena dia akan lepas dengan sendirinya. Meskipun gendang telinga sudah disobek, namun dia akan menutup kembali dengan sendirinya. Ketika gendang telinga menutup, si rol kecil akan terdorong keluar. Mungkinkan terdorong ke dalam? katanya dokter tidak mungkin, karena gendang telinga itu akan menutup kembali dari bagian dalam terlebih dahulu, sehingga pasti mendorong rolnya ke luar.

Dalam operasinya nanti, akan ada dua yang diambil, si cairan dalam kuping itu dan amandel. Amandelnya Nadin juga ternyata membesar. Sewaktu U8 dulu saya sempat tanyakan ke dokter, karena sewaktu demam tinggi, amandelnya tampak besar sekali. Namun kata dokter anak waktu itu, kondisinya masih normal. Tak ada operasi tanpa resiko kata dokternya, resiko untuk operasi ini yaitu pendarahan. Tapi mudah-mudahan tidak dialami Nadin nanti.

Untuk sementara ini, terapi tiup meniup balon sebaiknya dilanjutkan sampai akhir agustus nanti. Kalau kondisinya tak kunjung membaik, akhir agustus nanti kami harus membuat jadwal untuk operasinya Nadin sekitar akhir September atau awal Oktober.

Friday, July 23, 2010

'untung' yang batal jadi 'buntung'

Hari ini saya harus mengirimkan sebuah paket pada seorang teman di Berlin. Supaya hemat, seperti biasa saya membuat perangko online dengan harga 50 cent lebih murah dibandingkan diberi perangko di kantor pos nanti. Setelah selesai mengirimkan data dan membayar (transfer lewat Bank, yang dilakukan online juga), saya pun siap mencetak perangko yang sudah jadi tersebut. Saya sadar sesadar-sadarnya kalau tinta printer di rumah memang sudah sekarat dari kemarin-kemarin. Tapi untuk sebuah perangko saja, masa sih gak cukup? Dan ternyata printer bisa jalan ketika ditekan tombol 'print'. Tapi ternyata kertas yang keluar dari printer tidak ternoda tinta sedikit pun.. alias kosong melompong.. Lho?! biasanya kalau tinta benar-benar habis, printer tidak akan mau mencetak. Saya coba tekan lagi tombol 'print', berharap bahwa gerakan printer yang tadi bukan karena menerima komando dari halaman yang ini. Ternyata, si perangko sudah tidak bisa dicetak lagi (karena perangko ini memang hanya bisa sekali cetak saja). Ugh.. betapa kesalnya saya..merasa rugi karena sudah membayar, tapi tidak menggunakan perangkonya. Kalau si paket dikirim lewat pos, tentunya biaya yang dikeluarkan menjadi dobel. Tadinya mau untung, malah buntung.. :((

Karena waktu sudah semakin sempit, saya cepat-cepat pergi ke kantor pos, dengan tak lupa mencatat kode perangko yang saya buat, siapa tahu saya bisa complain di kantor pos nanti. Ternyata kata si bapak petugas di kantor pos, saya bisa meminta uangnya kembali dengan menghubungi customer service-nya. Dan akhirnya si paket saya kirimkan lewat kantor pos juga. Tapi diluar dugaan, si paket yang saya kirim ternyata masih dikategorikan sebagai Maxibrief (surat berukuran besar), yang harganya hanya 2,2 Euro saja. Padahal perangko yang saya buat untuk Paeckchen (paket kecil) seharga 3,9 Euro. Ah.. ini mungkin hikmah dari kejadian tadi, saya malah membayar dengan harga yang lebih murah lagi.. :D

Sesampainya di rumah, saya langsung menghubungi customer service dan berceritalah saya pada si mbaknya, akhir kata saya menanyakan, bisakah saya mendapatkan uang saya kembali?. Duh, kayaknya orang-orang bakal kesel gitu ya sama saya, uang cuma 3,9 Euro saja sampai dibesar-besarkan seperti ini. Sebenarnya bukan masalah besar uangnya berapa, tapi sesuatu yang salah tampak harus dibenarkan. Dan saya hanya ingin mendapatkan sesuatu yang menjadi hak saya kembali. ;) Jawaban si mbak, dia mengakui bahwa penggunaan perangko online ini memang masih mengalami beberapa kesulitan, diantaranya seperti yang saya alami ini. Dengan senang hati pihaknya akan mengembalikan uang saya, tapi mungkin uang akan sampai ke rekening saya kembali dalam jangka waktu 10 hari. Ya gak apa-apalah.. alhamdulillah segitu juga.. saya senang sekali.

Setelah dipikir-pikir, sebenarnya untuk menggunakan perangko online lebih enak kalau menggunakan jasa H**m*s daripada D**, karena si jasa paket yang satu itu menawarkan perangko online yang dicetak sendiri, tetapi membayarnya tetap di paketshop-nya. Jadi, kalaupun perangkonya tidak jadi dipakai, pelanggan tidak mengalami kerugian. Tapi ya, tetep harus dihitung-hitung juga sih mana yang lebih murah, karena setiap jasa paket punya kelebihan dan kekurangan dalam penawaran jasanya..

Thursday, July 22, 2010

Pergi ke Dokter Gigi bag. 4, 5 dan 6

Lho.. lagi-lagi digabung catatannya seperti yang lalu.. :D

Juli 2009
Ah, saya masih ingat waktu ke dokter gigi saat itu, saya sedang hamil tua-tuanya, benar2 sudah matang. :D Jadwal ke dokter gigi sudah dibuat sejak 6 bulan sebelumnya, jadi saya sudah merencanakan, jadwal ke dokter kali itu bagian si akang yang mengantar, makanya saya buatkan janji dengan jadwal terpagi, agar si akang gak telat-telat amat datang ke kantor hari itu. Apa hendak dikata, ternyata Kang Dian malah dinas luar ke Italia selama seminggu, jadinya semua jadwal dokter minggu itu kembali saya yang menangani..

Pemeriksaannya sama seperti sebelum-sebelumnya, dilihat, dibersihkan dan diberi vitamin (dengan biaya sendiri tentu saja). Dan kali ini Maryam pun ikut dibersihkan giginya, tak hanya dilihat saja. Alhamdulillah kondisi gigi anak-anak baik-baik saja waktu itu. Tampaknya, biaya pembersihan gigi ini benar-benar dihitung per gigi, karena biaya untuk nadin dan Maryam berbeda sekitar 2 Euro, dengan selisih jumlah gigi 4 buah. :D

Januari 2010
Pemeriksaan kali ini agak berbeda dengan sebelum-sebelumnya. Nadin yang berusia menjelang 5 tahun, kali ini tak hanya diperiksa dokter, tapi juga dirontgen. Berdasarkan pemeriksaan dokter, gigi Nadin tak ada yang berlubang, tapi setelah dilihat dari hasil rontgen, ternyata kelihatan ada 3 buah lubang di giginya. Tepatnya sih di 5 gigi, tapi yang dua terdapat diantara 2 buah gigi. Semuanya gigi yang paling belakang. Jadi hari itu langsung dibuatkan 3 buah jadwal untuk penambalan giginya Nadin. Masing-masing jadwal berselang sekitar 4 minggu.

Dokternya menjelaskan bahwa sebenarnya lubangnya kecil sekali, dan sama sekali tidak berbahaya untuk waktu itu. Tapi kalau dibiarkan, lama kelamaan akan membesar. Jadi sebaiknya cepat ditambal. Saya ditawari dua macam bahan tambalan. Untuk bahan tambal yang biasa, biaya akan ditanggung seluruhnya oleh asuransi. Tapi dengan bahan tambal yang bagus, saya harus menambah bayar 80 Euro (atau 160 ya? lupa.. :D) dari biaya yang sudah dibayarkan asuransi. Setelah menimbang-nimbang di rumah, akhirnya saya memutuskan untuk memakai bahan tambal biasa saja, toh gigi Nadin masih gigi susu, yang akan tanggal juga dalam satu atau dua tahun ke depan. Ternyata setelah dilakukan penambalan, bahan yang katanya biasa itu gak jelek-jelek banget kok, warna bahannya sama dengan warna gigi (putih), bukan amalgam seperti yang saya bayangkan. Udah gitu dikasih sinar pula, yang kalau gak salah di Indonesia ini sudah termasuk tambalan yang okeh. Setelah mengalami ini, ternyata rumor yang sering saya dengar, bahwa perawatan gigi anak tidak ada yang ditanggung asuransi, tidak benar. ;)

Maryam? apa yang terjadi dengannya? Maryam mengalami pemeriksaan standar, dibersihkan dan diberi vitamin. Sembari dibersihkan, sembari si perawat bertanya-tanya tentang kebiasaan menyikat gigi anak-anak di rumah. Waktu itu saya cerita bahwa Maryam senang banget menyikat gigi, dia bisa 3 - 4 kali sikat gigi dalam sehari. Wah, bagus sih, katanya.. tapi jangan diberi pasta gigi lebih dari 2 kali sehari, karena kalau kebanyakan yang tertelan, tidak baik untuk dia, katanya.

Oya, kali itu saya hanya membayar satu saja untuk Maryam. Karena Nadin mempunyai gigi berlubang, maka perawatan Nadin hari itu akan dibayar asuransi, katanya.. Alhamdulillah.. rejeki.. :D

22 Juli 2010
Hari ini kami kembali ke sana. Dan seperti biasa saya selalu deg-degan ketika menghadapi hari ini. Khawatir gigi anak-anak berlubang lagi, dan harus ditambal lagi.. ah.. tidak tega melihatnya..

Dan betapa gembiranya kami ketika dokter memuji-muji gigi anak-anak.. "Wow.. Super! Klasse! Ganz toll!!", berkali-kali saya dengar pujian si dokter sambil memeriksa gigi anak-anak, sampai selesai. Anak-anak gembira, ibunya pun lega.. alhamdulillah.

Tapi di gigi atas kiri yang paling belakang punya Nadin, ada kotoran (karang gigi) yang membuat gusinya sedikit meradang. Katanya hal ini bisa diatasi dengan obat kumur. Dalam beberapa hari kondisinya akan kembali membaik. Jika sedikit tertelan, obat kumur ini tidak akan menyebabkan apa-apa, katanya, anak cukup diberi Kamileentee saja.

Sepulang dari dokter, kami mampir di Supermarket. Eeeh.. anak-anak malah membawa setoples Gummibaerchen.. yaaaahhhh... ya anggaplah hadiah untuk gigi bagus kalian.. :D



Monday, July 19, 2010

Neng

Udah lama gak nulis... sebenarnya yang ingin dibagi dgn teman-teman banyak sekali. Sayangnya seringkali waktunya tidak tepat. Disaat mood menulis ada, kesibukan pun merajalela. Tapi, disaat waktu senggang, moodnya sudah menghilang. Kembali ke topik, ini kejadian yang membuat saya ngakak sendiri tadi pagi.

Berawal ketika mulai sering melakukan video-call dengan keluarga di Indonesia. Kebanyakan sih yang ngobrol anak-anak dengan sepupu2nya. Tapi seringkali keponakan saya memanggil saya dengan panggilan ajaibnya, "bi eneng". Tentu saja anak-anak heran, kenapa Mamah namanya jadi "bi eneng"?

Saya jawab, karena waktu Mamah kecil, Mamah dipanggilnya Eneng sama Ema, Pai, uwa-uwa, dan semuanya. Makanya sekarang Mamah dipanggil bi Eneng sama anaknya uwa-uwa. "Oo.. sama donk kayak Nadin dan Maryam, suka dipanggil Eneng juga. " jawabnya.

Namanya juga anak-anak, meski sudah dijawab, di lain kesempatan mereka bertanya lagi, yang tentu saja jawabannya juga masih sama. (Kalau jawabannya beda, mereka bakalan protes tentu saja). Dan kejadian ini terulang lagi tadi pagi, sewaktu Maryam di kamar mandi. Sembari saya membantunya, dia mulai deh bertanya topik yang lagi hangat akhir2 ini.

Maryam: "Waktu Mamah kecil kok namanya Eneng?"
Mamah: "iya, emang waktu kecil Mamah dipanggilnya eneng, sama kan kayak Maryam?"
Maryam: "iya, kenapa kok eneng?"
Mamah: *mikir dulu* "karena Ema (ibu saya) sayaaaaaaaaang bgt sama Mamah"
Maryam: "Oohhh.."
Mamah: "Maryam, Mamah ke dapur dulu ya, kalau udah, bilang udah, ok?"
Maryam: "ok!"

Tak lama kemudian terdengar teriakannya sampai ke dapur..
"Neeeeennnngggggg... Udaaaaaaahhhhh..."

Di dapur saya tertawa sendiri.. nah lo.. kenapa jadi begitu teriakannya? biasanya "Mamaaaaah udaaaaahhhh". Mudah2an ini karena Maryam sayaaaaaaaaaaang banget sama Mamah. :D