Thursday, February 25, 2010

Nasenspray + Paracetamol Zäpchen

Untuk ibu-ibu yang pernah tinggal di Jerman dan sekitarnya, tentu sudah tidak asing lagi dengan kedua obat di atas. Ya, itulah obat standar yang akan diberikan dokter anak, saat anak kita terkena pilek dan atau demam.

Nasenspray/Nasentropfen (semprot/tetes hidung --> bisa dipilih mana yang lebih disukai anak-anak) diberikan untuk meredakan kembali selaput lendir hidung yang membengkak, sehingga si anak bisa bernapas kembali lewat hidung. Awalnya saya sempat menyepelekan obat ini. Ternyata, obat ini cukup manjur juga untuk mencegah infeksi lanjutan saat anak menderita pilek dan atau demam, misalnya otitis media yang dialami Nadin, atau Bronkhitis yang dialami Maryam. Tapi harus hati-hati juga dalam penggunaannya, jika digunakan lebih dr seminggu dpt menyebabkan rusaknya selaput lendir hidung, dan kabarnya bisa menyebabkan ketergantungan juga. Karena itulah, setiap kali saya membelinya, apoteker selalu berpesan maksimal penggunaan 3 kali dam sehari selama 7 hari, lebih dari itu harus segera kembali ke dokter.

Sedangkan Paracetamol merupakan obat penurun panas/penghilang rasa sakit. Anak-anak di bawah usia 3 tahun biasanya sedang susah-susahnya minum obat, sehingga adanya Paracetamol Zäpchen (Paracetamol yang dimasukkan lewat anus) ini sangat membantu ibu meringankan derita si kecil.

Beberapa waktu yang lalu, ada seorang teman yang minta dibelikan kedua obat ini dari sini. Hal ini membuat saya bertanya-tanya, apakah di Indonesia memang belum ada obat sejenis ini? atau memang kitanya yang nggak tahu? Kalau memang nggak ada, berarti saya mesti siap-siap nimbun buat mudik nanti. *wink* Maka saya pun mulai mencari tahu dan bertanya-tanya pada orang yang kompeten di bidangnya. (Makasih sebesar2nya buat Teh Iyut, sang juragan apotek ;) )

Hasilnya??

Nasenspray ternyata bisa ditemukan juga di apotek di Indonesia, namanya otrivin nasal, dosis bisa untuk anak dan dewasa. Kalau di sini ada merk Otriven. :D

Utk penurun demam, ada:
- Propyretic suppo (dosis berbeda beda, ini yang paling lengkap dosisnya)
- Dumin suppo (dulu ada tapi sekarang kurang tau, kemungkinan di kota besar masih ada)
- Proris suppo (hanya ada 1dosis, 125mg/suppo)
- Paracetol enema (hanya ada 1 dosis, 125mg/enema)

Kabarnya obat penurun panas ini agak susah ditemukan, kecuali di kota-kota besar. Tapi kalau Paracetamol drops (sirup yang dilengkapi dengan pipet) bisa dengan mudah didapatkan dimana saja. Ini malah yang belum pernah saya temukan di sini. Trend obat di setiap daerah ternyata memang berbeda. Di sini, untuk membantu memudahkan pemberian obat sirup (misal antibiotik), bisa dengan suntikan tanpa jarum (Spritze), dapat dibeli di apotel dengan harga 15 cent (kalau gak salah).

Jadi, untuk teman-teman di Indonesia, bisa coba ditanya ke apotek terdekat. Kalau sudah dapat, tolong kasih tau saya dapatnya di apotek yg mana. ;)

10 comments:

  1. Mba' Ina, indres curiga Felicia kena glue ear, tapi baca-baca di Internet kok kayaknya katanya sembuh sendiri yah? Sudah 3 hari nih pake nosespray (yg salt water), tapi kalau dilihat ke dalam telinganya sih ngga ada perubahan (masih ke-block gitulah). Felicianya sendiri ngga demam dan katanya dia ngga sakit kupingnya (tapi pilek terus), jadi rada-rada pesimis, kalau nelpon ke dokter bakalan ditolak buat ketemuan. Waktu Nadin kena otitis media, jenisnya yang manakah? kalau sama seperti Felicia (yg jenis glue ear), biasanya sembuhnya setelah berapa hari memakai nosespray?

    ReplyDelete
  2. Di Indonesia memang kayaknya sih ga ada parasetamol zaepchen buat bayi. Betul, memang untuk sediaan supositoria (ada beberapa merk lain selain Proris) paling kecil dosisnya 125 mg, itu sih ga bisa buat bayi.

    Dari jaman koass stasse di bag anak juga ga familiar dg sediaan suposituria bwt bayi, kecuali obat kejang n susah BAB. Kenapa ya? Padahal waktu di Jerman punya bayi, kerasa banget enaknya masukin obat dari dubur gitu, daripada oral yang risikonya keselek n dosisnya juga bisa ga tepat karna ga semuanya masuk. Boleh juga nih aku tanya sama temenku yang di anak, farmasinya yang ga pernah produksi atau permintaannya yg ga ada? Karena terus terang sebagai dokter juga, sebelum ke Jerman, yg ada di otakku kalo ngasih obat ke bayi drops atau puyer.

    O iya lupa...salam kenal ya mbak....

    ReplyDelete
  3. glue ear itu yg cairannya terperangkap di dalam ya? berarti Nadin kena yang akut (2 kali), soalnya cairannya keluar dan harus minum antibiotik. Pernah yang satu kali kupingnya sempat meradang, tp kata dokter saat itu blm perlu antibiotik, jadinya dikasih Nasenspray. Saya agak lupa berapa harinya, tapi yang pasti kurang dr seminggu.

    ReplyDelete
  4. Iya, yang cairannya terperangkap di dalam. Oh, kurang dari seminggu yah? Berarti ditunggu dulu beberapa hari lagi.

    Terimakasih buat infonya!

    ReplyDelete
  5. Salam kenal juga, Mbak Nenden. Kebetulan tulisan ini saya doble post di MP dan di FB. Di FB banyak komentar dr ex-Jermaners, dokter dan apoteker. Katanya ibu2 yg dulu sempat tinggal di Muenchen dan sekarang menetap di Jkt, dia selalu nitip ke teman yg pulang, karena di Indonesia Paracetamol zaepchen harus memakai resep, sedang dsa anaknya mengatakan bahwa obat tersebut hanya untuk anak yang habis operasi atau habis opname di RS. Sedangkan teman saya yang apoteker bilang bahwa sebenarnya obat2 tersebut bebas resep, dan bisa dikonsumsi anak demam biasa, tanpa habis operasi/opname. Kemungkinan trend penggunaan obat di sini dan di sana berbeda, karena jarang digunakan, maka pabrik obat pun memproduksi obat tersebut tidak terlalu banyak dan hanya mendistribusikan di kota2 tertentu saja. Naja.. itu hanya prediksi saya aja sebagai orang awam (bukan org farmasi maupun medis). Mbak Nenden tentunya lebih tau ttg hal ini. Ditunggu sharenya ya, mbak.. ;)

    ReplyDelete
  6. eh, jadi pengen nanya.. emang keliatan ya, mbak? kalau aku biasanya gk bisa liat apa2. Indikatornya, aku tekan kuping kecilnya pelan2, kalau dengan tekanan lemah dia udh menjerit kesakitan berarti masih. Tp kalau ditekan sedikit gpp, aku tekan lebih keras lagi.. dan lagi.. *dasar ibu iseng* Biasanya kalau udh sembuh, dia tidak mengeluh sakit lagi.

    ReplyDelete
  7. Keliatan, tapi emang mesti pake senter kecil yang buat ngeliat ke dlm hidung/kuping. Itu juga curiganya karena mendadak Felicia sering banget nanya ulang, makanya disenter-senterlah kupingnya dan pas diliat ternyata ke-blok. Letaknya dalem banget....anehlah, kaya ada dindingnya gitu (kebetulan yang ke-blok cuma telinga kanan, yang kiri engga, makanya bisa dibandingin). Pas nelpon dokter, trus dokternya nanya apa Felicia pilek, trus dia bilang kemungkinan besar glue ear. Trus dia bilang pakai nosespray aja. Tapi ya gitulah, tiga hari tampaknya tidak ada perubahan, pengennya dokternya ngeliat, ngga sreg kalau cuma lewat telpon.


    .

    ReplyDelete
  8. wah.. hebat.. hebat.. mbak.. Aku pernah nyobain pengen liat.. gak bisa.. susah noongnya.. atau emang matanya ada gangguan kali ya?! Btw, Cia berarti blm pernah dilihat sama dokter dlm kasus ini? cuma lewat telepon aja? Gileeee.. dokter Belanda pelit waktu amat ya? ck..ck..ck.. Kalau di sini, kalau keluhan cuma panas pilek batuk doang, biasanya memang cuma dikasih resep sama perawatnya, kec kalau keluhannya udh lebih dr seminggu. Kalau keluhan sakit perut, juga cuma di tes urin ama perawatnya. Klo hasil negatif disuruh pulang, kalo positif, baru diketemukan dgn dokter. Tp kalau ada tambahan keluhan sakit kuping, tenggorokan, dll.. pasti deh diketemukan dgn dokter.

    ReplyDelete
  9. Oh iya banget....paling bete, pas Cia panas udah lewat 40 derajat, nelpon dokter minta ketemu, tapi karena Cia cuma panas saja, tanpa batuk, sesak napas, muntah, atau gejala lainnya, cuma disuruh dikasih paracetamol dan di-sponge bath! Baru boleh ketemu kalau setelah empat hari panasnya belum turun.

    Trus pas akhirnya ketemu dokternya ngomong: nah makanya tunggu 4 hari dulu, kan baru keliatan jelas tanda-tanda scarlet fevernya, kalau pas waktu itu langsung dibawa, ngga bisa ditentuin penyakitnya. Yah sudahlah, terserah kata dokternya :-P Untunglah waktu itu scarlet fever, bukan penyakit serius.

    Pengen ganti dokter sih, tapi kalau mendengar cerita pengalaman temen yang lain di sini, kayaknya dokternya Indres yang sekarang masih jauh lebih mending, paling engga pas ditelpon jawabannya masih jelas dan ramah dan bahasa Inggrisnya bagus.

    ReplyDelete
  10. Bade uih iraha kitu Na?Back for good?

    ReplyDelete