Wednesday, April 6, 2011

Schuluntersuchung (Tes Masuk Sekolah)

Kalau di Indonesia ada tes untuk masuk sekolah, di sini juga ada donk. (Di sini maksudnya di Munich, bukan Jerman, karena masing-masing kota punya aturan main masing-masing). Tapi tampaknya tesnya berbeda (berdasarkan cerita dari keponakan saya yang akan masuk SD juga tahun ini). Katanya, keponakan saya menjalani tes sampai 4 jam, dari mulai menggambar, mengurutkan angka dari 1-20, pokoknya nulisnya banyak sekali, ceritanya pada bapaknya. Bapaknya sendiri gak tau detilnya seperti apa karena harus menunggu di luar. Kalau cerita dari neneknya Nadin, tampaknya anak di tes menulis, membaca dan berhitung, sampai ada pertanyaan 'apakah anak suka terbalik ketika menulis huruf d?'. Kalau anaknya tidak di Bandung, tidak apa-apa tidak ikut tes, asal mengirimkan hasil psikotes. Waduh, malah tambah bingung kalau begitu, rasa2nya psikotes di sini tidak populer. *cmiiw*

Bagaimana dengan di sini? prosedurnya panjaaaaaang sekali. Tes ini dipegang oleh suatu Departemen dari pemerintah setempat. Yang melakukan tes bukan guru, melainkan dokter anak dan perawat anak. Awalnya kami mendapat surat pemberitahuan melalui pos bulan September lalu bahwa putri kami sudah cukup umur untuk masuk sekolah tahun depan. Untuk itu, dia harus menjalani tes di Departemen tersebut. Kami diminta untuk membuat jadwal dari tanggal sekian sampai sekian di bulan November. Bayangkan, untuk membuat jadwal saja ada jadwalnya, lama pula selang waktunya. Gimana gak deg-degan???

Akhirnya pada bulan November, sayapun menelepon ke sana dan kami mendapat jadwal di bulan Januari (iya, kami harus menunggu lagi dua bulan sampai jadwalnya tiba :D).

Akhirnya, hari yang ditunggu-tunggu tiba juga. Setelah mendaftar, kami disuruh menunggu sebentar sampai menerima panggilan. Akhirnya kami dipanggil. Dan ugh.. sebenarnya ini pengalaman buruk.. karena si perawat yang menangani kami, juteknya minta ampun.. Baru pertama kali nih nemu perawat anak yang gak ramah sama anak-anak. Ggrrhhh.. sampai sekarang saya masih kesal aja.. Untungnya Nadin gak jadi trauma sama orang asing, meski waktu keluar dr ruangan itu, dia bilang bahwa dia gak suka sama ibu yang ngomongnya jelek tadi, katanya (fyi, si ibu ngomongnya pake dialek, dan bukan Bayerisch, makanya saya aja bingung, apalagi Nadin.)

Apa saja yang di tes?? Tes ini juga bisa berbeda, tergantung mood yang ngetes, tp intinya pasti sama lah ya.

Pertama tes penglihatan. Nadin diminta melihat gambar dalam sebuah alat mirip teropong, lalu harus menunjukkan gambar yang dia lihat dengan kartu yang tersedia di atas meja. Saya tidak tahu apakah gambar yang tampak berukuran sama atau berbeda. Karena biasanya, kalau tes mata di dokter anak, menggunakan alat seperti tes di dokter mata pada umumnya, huruf paling atas berukuran besar, makin ke bawah hurufnya makin kecil, tapi kalau untuk anak-anak huruf diganti dengan gambar. Tes ini lulus.

Setelah itu, tes motorik. Nadin diminta berjalan mengikuti garis lurus, mengangkat sebelah kaki, loncat dengan dua kaki, loncat dengan satu kaki, loncat dengan satu kaki mengikuti garis. Kemudian gerakan tangan. Nadin diminta bertepuk tangan, mempertemukan jari-jemari dengan ibu jari, dan beberapa gerakan jari lainnya. Setelah itu dia diminta menggambar, pertama diminta mengikuti gambar yang sudah ada (persegi, lingkaran, segitiga dan cakra), lalu menggambar orang (harus lengkap dari mulai kepala sampai kaki, detail muka sangat diperhatikan).

Lalu tes lidah, Nadin diminta menyebut nama-nama benda dari gambar yang ada. Gambar-gambar tersebut memuat huruf-huruf yang susah diucapkan, seperti sch, s, ss, hmm.. r ada gak ya? lupa.. :D Kalau ada yang kurang tepat (tdk memenuhi syarat), maka anak harus mengikuti terapi dulu sebelum sekolah, agar pas di sekolah tidak cadel. Tapi Nadin alhamdulillah lulus.

Setelah itu sempat ada pertanyaan logika plus etika juga. Di situ ada gambar anak sedang membaca buku sambil makan es di bawah terik matahari, boleh nggak kayak gitu? tanyanya. Lalu ada gambar anak-anak yang sedang bermain (hanya ada 3 anak saja), Nadin diminta menghitung anak yang sedang bermain itu. Lalu kalau ditambah Nadin jd ada berapa anak? kalau ditambah lagi adiknya Nadin jd berapa? tanyanya (berarti cuma sampai angka 5 saja).

Hm.. apalagi ya? kalau gak salah sih itu saja, tidak ada tes menulis dan membaca. Di akhir kami diberi surat untuk diserahkan ke sekolah nanti.

4 comments:

  1. Wowwww, SD aja udah pake tes-tes kaya gitu yahhh?

    ReplyDelete
  2. ini kan hanya tes kemampuan dasar, lebih ke indera-nya yang diperhatikan. Apakah anak siap (secara fisik) untuk masuk sekolah? Kalau matanya terganggu, pendengaran, lidah dan motorik kasar dan halusnya kurang, harus diterapi dulu. Kalau di Indonesia malah lebih berat, karena si anak harus sudah bisa calistung.

    ReplyDelete
  3. Banyak yah tesnya, jenis-jenis tesnya mengingatkan tes-tes yang suka dilakukan dokter/perawat di biro kesehatan anak di sini.

    ReplyDelete
  4. iya, memang sama persis dengan kontrol perkembangan anak yg umur 5 tahun di dokter anak, tapi yg ini anak mulai disuruh mikir (kayak menghitung, kalau ditambah 1 jadi brp, dsb).

    ReplyDelete