Sunday, June 12, 2011

Kunjungan HNO --> op

Akhirnya hari yang ditunggu-tunggu pun tiba. Jadwal kami harus tiba di RS pukul 8.15, jadi selambat-lambatnya kami harus keluar dari rumah pukul 7.15. Waduh, mana saya rada kesiangan bangun gara-gara malamnya gak bisa tidur, dagdigdug terus persis waktu mau sidang/nikah. :D Setelah selesai menyiapkan makanan untuk Maryam, Ligar dan bapaknya yang ditinggal di rumah hari itu, kamipun berangkat.. tanpa sarapan. Nadin memang harus puasa sejak semalam, saya rasanya sudah tidak bisa makan apa-apa juga. Perbekalan sudah lengkap, mulai dari bekal yg dianjurkan klinik, makanan plus buku2 bacaan untuk mengisi waktu pas nungguin Nadin nanti. Saya pun sudah siap membawa Kinderwagen plus kain untuk penutupnya. Jaga-jaga untuk pulangnya nanti kalau-kalau Nadin masih lemas untuk berjalan sendiri.. dan untuk melindunginya dari sinar matahari (maklum, kami pengguna setia kendaraan umum, jadi ada saat dimana kami harus jalan kaki menembus teriknya matahari).

Kami sampai di sana tepat waktu, 5 menit lebih cepat dink. :D Setelah mendaftar, kami menunggu di ruang tunggu sampai ada suster yang menjemput kami dan mengantarkan kami ke kamar tidur. Di sana sudah ada dua orang ibu menunggu, tampaknya kasusnya sama, anaknya juga yang sedang dioperasi. Nadin diminta digantikan bajunya dengan kemeja RS, kemudian diberi minum obat dan dibiarkan tiduran sebentar. Kurang lebih 10 menit kemudian, datanglah seorang bapak yang memangku anaknya yang baru saja selesai operasi. Wah, pasti ibu-bapaknya udah tenang ini, pikir saya. Lah, saya masih dagdigdug aja, mana inget sama anak2 di rumah yang tadi masih pada lelap ketika kami berangkat. 5 menit kemudian saya dipanggil untuk mengantar Nadin ke ruang op. "Anda bisa memangku anaknya?" tanyanya. Bisa lah..

Nadin diberi tutup kepala, kakinya sudah tidak bisa berdiri lagi, dia sudah mulai lemas. Lalu saya pangku, entah dia masih ingat atau tidak. Dia sudah tidak bicara lagi, dan ketika saya simpan di tempat tidur, dia pun tidak menangis. "Anak yang manis, dia sudah mulai lemas ya? bagus lah." kata dokternya. Lalu saya pun keluar dari ruangan itu bersama dengan perawat yang mengantar saya tadi. Si perawat seperti mengerti kegalauan hati saya, dia pun memeluk dan menggandeng saya berjalan kembali ke kamar, memberi saya teh (bikin sendiri sih sebenarnya, dia cuma menunjukkan tempatnya saja :D), dan meyakinkan saya bahwa semua akan baik-baik saja.

Saya kembali ke kamar, mencoba untuk membaca buku yang saya bawa. Tapi rasanya satu halaman pun tak bisa saya mengerti isinya. Bolak-balik gak jelas, lihat HP, mengirim SMS sama si akang.. ah pokokna mah teu puguh rarasaan. Mau ngobrol sama ibu-ibu itu juga gak enak, karena mereka sama-sama sedang memeluk anaknya masing-masing di tempat tidur.

Sampai akhirnya 20 menit kemudian saya pun dipanggil keluar. Ternyata operasinya sudah selesai. Saya dibawa ke Aufwachraum (ruang bangun tidur? :D), di sana saya disambut oleh dokter anestesi dan seorang perawat. Mereka bilang operasinya berjalan lancar dan kondisi Nadin baik-baik saja, saya diminta untuk menungguinya sampai dia terbangun. Nadin tergolek lemas. Dia tidur dengan posisi kepala miring. Mulutnya sedikit terbuka, mencium lengan baju kanannya, dimana disitu terlihat ada seonggok noda darah. Saya perhatikan, ternyata darahnya memang berasal dari mulutnya. Ah.. miris rasanya melihat Nadin seperti itu, sakit seperti apa ya yang sedang dia rasakan saat itu?? pikir saya.

Tak lama datanglah dokter HNO yang mengoperasi Nadin tadi, namanya dokter U (namanya kok familiar sekali ya?!). Dia menerangkan apa saja yang dia kerjakan tadi, bagaimana kondisi Nadin dan apa yang harus saya lakukan setelahnya. Saya diminta kontrol besok atau lusanya ke beliau di Harlaching, atau di Giesing (tempat praktek HNO yang biasa saya kunjungi). Dan yaaaaa... akhirnya saya menemukan benang merah antara ketiga tempat tadi. Jd ternyata tempat praktek di Giesing ini si dokter U ini yang punya, hanya dia percayakan ke dokter lain untuk prakteknya. Dia sendiri praktek di RS Harlaching, dan dia mengoperasi pasien-pasiennya di klinik itu. Wah, tajir bener si dokter!!! Dan ketiga anak yang ada di kamar itu tuh, ketiga2nya adalah pasien dokter U dari Giesing. :D

Kurang lebih 20 menit kemudian Nadin mulai bergerak, mula-mula tangannya, lalu kepala dan badan. Dia mengerjap-ngerjapkan mata. Saya sapa dia, dan meyakinkan dia bahwa saya akan selalu ada disampingnya. Tiba-tiba dia terbangun duduk, melihat dokter2 berbaju hijau lalu lalang, kemudian tiduran lemas lagi. Setelah perawat datang, saya pangku dia kembali agar bisa beristirahat di kamar. Saya pun diminta untuk ikut tidur di kasur dan memeluk Nadin supaya dia merasa aman dan nyaman, sampai dia tidur lagi. Biarkan dia tidur 1 jam lagi, kata si perawat. Enak juga nih, saya bisa ikutan membayar kekurangan tidur saya tadi malam. :D Nadin agak-agak susah tidur kembali, dia banyak melenguh-lenguh, tapi tidak sampai menangis. Mungkin ini efek obat bius yang diceritakan si dokter kemarin. Setelah saya peluk dan usap-usap, akhirnya diapun tidur lagi.. lelap..

Ternyata ketiga anak yang ada di ruangan itu kasus operasinya sama semua, tapi anaknya berbeda-beda. Anak pertama, laki-laki berumur 3 tahun, orang Jerman, sangat fit. Ibunya bilang, anaknya selalu fit, bahkan setelah diberi obat bius pun, dia susah sekali lemasnya. Setelah bangun dari operasi, si anak langsung ngobrol dan banyak bertanya, dia tidak kelihatan tidur lagi sampai dia pulang, setelah dikasih makan, anak ini minta makan lagi dengan porsi yang sama :D. Anak kedua, perempuan berumur 5 tahun, kurus dan menangis terus setelah dia bangun dari operasi. Ibunya bilang, anaknya memang susah makan, makanya kurus. Efek dari obat bius membuat dia menangis terus.. ditambah lagi, katanya dia baru punya adik baru yang berumur 4 hari, jadi tampaknya memang efeknya tambah-tambah deh. Yang kasihan, anak ini sempat muntah darah 2 kali selama di klinik. Sebenarnya muntah ini nggak apa-apa, katanya kemungkinan dia sempat menelan darah selama operasi. Tapi yah, tetep kasihan melihatnya. Dan ucapan ibunya benar, anak ini susaaaaaah sekali makan, dari dua roti yang diberikan, satu roti pun susah habisnya. Anak ketiga tentu saja Nadin. Dia tidak se-fit anak pertama, pun tidak serewel anak kedua. Dia sedikit melenguh-lenguh saja, kemudian tidur lamaaaaaa sekali, 1,5 jam! Di saat anak lain menunggu makanan datang, Nadin mah ditungguin makanan bangun. :D Begitu bangun, langsung saya tawari makan. Pertanyaan pertamanya, "operasinya udah belum? barusan Nadin tidur nggak?" cute! Setelah selesai makan, diberi makanan penutup es, yang membuat dia senang sekali. Setelah itu, kondisinya dicek lagi oleh dokter, baru kami boleh pulang. Sampai di rumah, Nadin masih sedikit lemas, tapi di atas jam 3 sore dia sudah mulai ceria lagi. Sempat mengeluh sakit menelan, lalu saya berilah obat penghilang sakit yang diberikan oleh dokter.

Keesokan harinya kami cek lagi ke dokter HNO. Kebetulan Nadin tidak boleh kena matahari, kebetulan pula hari itu mataharinya disembunyikan Allah di balik awan. Menurut si dokter kondisinya baik-baik saja, karena pada malam pertama tidak ada keluhan apa-apa, maka kemungkinan ke sananya juga tidak akan ada apa-apa. Nadin boleh kontrol lagi minggu depan. Meski begitu, saya tetap diminta waspada, kalau-kalau dia mengalami pendarahan dari hidung/mulut harus cepat-cepat ke dokter lagi. Meski sebenarnya kejadian seperti ini jarang, katanya. Tapi alhamdulillah, sampai hari ini Nadin masih baik2 saja, kondisinya pun tampak makin membaik. Mudah-mudah begitu seterusnya.

2 comments:

  1. Semoga cepat pulih ya Nadine...n ga ada lagi sakit2 yang lain....Amin

    ReplyDelete