Friday, July 23, 2010

'untung' yang batal jadi 'buntung'

Hari ini saya harus mengirimkan sebuah paket pada seorang teman di Berlin. Supaya hemat, seperti biasa saya membuat perangko online dengan harga 50 cent lebih murah dibandingkan diberi perangko di kantor pos nanti. Setelah selesai mengirimkan data dan membayar (transfer lewat Bank, yang dilakukan online juga), saya pun siap mencetak perangko yang sudah jadi tersebut. Saya sadar sesadar-sadarnya kalau tinta printer di rumah memang sudah sekarat dari kemarin-kemarin. Tapi untuk sebuah perangko saja, masa sih gak cukup? Dan ternyata printer bisa jalan ketika ditekan tombol 'print'. Tapi ternyata kertas yang keluar dari printer tidak ternoda tinta sedikit pun.. alias kosong melompong.. Lho?! biasanya kalau tinta benar-benar habis, printer tidak akan mau mencetak. Saya coba tekan lagi tombol 'print', berharap bahwa gerakan printer yang tadi bukan karena menerima komando dari halaman yang ini. Ternyata, si perangko sudah tidak bisa dicetak lagi (karena perangko ini memang hanya bisa sekali cetak saja). Ugh.. betapa kesalnya saya..merasa rugi karena sudah membayar, tapi tidak menggunakan perangkonya. Kalau si paket dikirim lewat pos, tentunya biaya yang dikeluarkan menjadi dobel. Tadinya mau untung, malah buntung.. :((

Karena waktu sudah semakin sempit, saya cepat-cepat pergi ke kantor pos, dengan tak lupa mencatat kode perangko yang saya buat, siapa tahu saya bisa complain di kantor pos nanti. Ternyata kata si bapak petugas di kantor pos, saya bisa meminta uangnya kembali dengan menghubungi customer service-nya. Dan akhirnya si paket saya kirimkan lewat kantor pos juga. Tapi diluar dugaan, si paket yang saya kirim ternyata masih dikategorikan sebagai Maxibrief (surat berukuran besar), yang harganya hanya 2,2 Euro saja. Padahal perangko yang saya buat untuk Paeckchen (paket kecil) seharga 3,9 Euro. Ah.. ini mungkin hikmah dari kejadian tadi, saya malah membayar dengan harga yang lebih murah lagi.. :D

Sesampainya di rumah, saya langsung menghubungi customer service dan berceritalah saya pada si mbaknya, akhir kata saya menanyakan, bisakah saya mendapatkan uang saya kembali?. Duh, kayaknya orang-orang bakal kesel gitu ya sama saya, uang cuma 3,9 Euro saja sampai dibesar-besarkan seperti ini. Sebenarnya bukan masalah besar uangnya berapa, tapi sesuatu yang salah tampak harus dibenarkan. Dan saya hanya ingin mendapatkan sesuatu yang menjadi hak saya kembali. ;) Jawaban si mbak, dia mengakui bahwa penggunaan perangko online ini memang masih mengalami beberapa kesulitan, diantaranya seperti yang saya alami ini. Dengan senang hati pihaknya akan mengembalikan uang saya, tapi mungkin uang akan sampai ke rekening saya kembali dalam jangka waktu 10 hari. Ya gak apa-apalah.. alhamdulillah segitu juga.. saya senang sekali.

Setelah dipikir-pikir, sebenarnya untuk menggunakan perangko online lebih enak kalau menggunakan jasa H**m*s daripada D**, karena si jasa paket yang satu itu menawarkan perangko online yang dicetak sendiri, tetapi membayarnya tetap di paketshop-nya. Jadi, kalaupun perangkonya tidak jadi dipakai, pelanggan tidak mengalami kerugian. Tapi ya, tetep harus dihitung-hitung juga sih mana yang lebih murah, karena setiap jasa paket punya kelebihan dan kekurangan dalam penawaran jasanya..

4 comments:

  1. wah ada perangko online juga ya mbak... saya belum pernah mencoba tuh

    ReplyDelete
  2. ada, mbak.. dr DHL dan Hermes.. mungkin Paketdienst yg lain jg ada ya, tapi saya biasanya pake yg dua itu aja. Coba aja search di google dengan kata kunci "online frankierung" ;)

    ReplyDelete
  3. Jadi inget waktu masih ber-ebay ria nih....kirim2 paket.. I miss ebay..hiks....

    Hermes kalo buat paket lebih murah drpd D** bukan? Kalo mau kirim paket ke Indonesia coba deh Fedex, bisa lebih murah dari DHL kalo dikasih tarif langganan sama marketing-nya. Paketnya juga bisa diambil ke rumah..

    ReplyDelete
  4. tergantung, mbak.. Klo Hermes itu lebih menekankan pada ukuran daripada berat. Jd kalau misalnya kita punya paket ukuran kecil (di Hermes msh tergolong paket S), tapi beratnya lebih dr 2 kg (di DHL sudah bukan paeckchen lagi), maka ini memang masih lebih murah pakai Hermes. Tp kalau punya paket ukuran besar (di Hermes sudah termasuk M), tapi masih di bawah 2 kg (di DHL masih termasuk packchen), maka lebih murah pake DHL.. ;)

    Pake FedEx ya? ok deh.. makasih masukannya.. :)

    ReplyDelete