Saturday, September 13, 2008

Senior dan Junior

Masih terngiang-ngiang di kuping ini teriakan-teriakan dan bentakan-bentakan mereka.. ditambah lagi dengan pukulan keras di atas meja. Belum lagi hukuman-hukuman yang disebabkan oleh kesalahan yang sebenarnya di ada-ada. Mereka menamakan dirinya Tatib. Merekalah senior-senior saya di SMA dulu. Mereka punya tiga aturan, yang juga masih saya ingat sampai sekarang.

Pasal 1, Tatib selalu benar.
Pasal 2, Siswa selalu salah.
Pasal 3, Jika Tatib salah, kembali ke pasal 1.

Jadinya dalam seminggu masa penataran P4 waktu itu, semua siswa baru ada dalam kondisi tertindas di bawah kekuasaan para tatib ini. Dua tahun setelahnya, siswa-siswa tertindas tadi berubah menjadi penindas.. :D

Ketika masuk kuliah... para Tatib ini tidak menghilang, mereka tetap ada.. wujudnya yang mengerikan tetap sama... hanya namanya yang berbeda. Mereka menamakan dirinya Swasta. Bedanya, mereka lebih banyak, lebih kejam dan teriakannya lebih dahsyat. Meskipun begitu, beberapa tahun berikutnya kisah-kisah tadi sangat indah untuk dikenang. Tak jarang kami (saya dan teman-teman seperjuangan) sampai tertawa berurai air mata saat saling menceritakan kembali kisah-kisah mengerikan sekaligus menggelikan tadi. Yup.. kisah mengerikan yang sengaja dibuat dengan skenario sedemikian rupa, hanya untuk membuat para junior tahan mental.. tahan banting dalam menghadapi masalah sebesar apapun semasa kuliah (katanya.. :D).

Dan ternyata.. dalam kehidupan nyata selepas kuliah.. dimana saya memulai hidup sebagai orang dewasa (ciee..), senioritas itu malah semakin terasa... makin menyesak ke dalam dada.. karena di sini sudah tidak ada lagi skenario.. tidak ada lagi rasa takut orang tua sang junior akan menuntut.. Aturannya tetap sama: Senior selalu benar, Junior selalu salah.

Untungnya... tidak semua Senior seperti ini.. masih ada juga kok yang mau dengerin dan menghormati pendapat dan pengetahuan Juniornya.. ;)

11 comments:

  1. Kalau senior yg macam begitu, bentak2nya suka di permukaan aja. Justru yg parah senior2 yg pura2 baik, tapi sebenarnya nggak baik. Kan kalau senior mestinya bisa ngajari juniornya, eh, menolak mentah2. Senior yg nyuruh juniornya cari tahu sendiri, ilmu mereka dikekep sendiri. Aku dulu pernah jadi bagian junior yg dibentak2, kemudian senior yg membentak2. Aneh memang, sebuah kenangan menyenangkan bisa muncul dari sebuah bentakan. Kadang memang lucu banget mengingat senior2 yg bentak2 kami dulu pas kuliah, suaranya sampe serak habis, hahaha. Rasain!

    ReplyDelete
  2. Ah seniorrr seniorr...*inget jaman ospek dan ngospek diberbagai kesempatan*..apa ya tujuannya ada ospek gitu? Apa supaya kita lebih siap menghadapi kegarangan kesenioritasan di dunia "nyata"?

    hehehe..kenapa tiba2 inget soal senior dan junior nih Ceu? :)

    ReplyDelete
  3. terjadi lagi di tempatku bekerja... belum senior? omongan nya lom di denger lah....

    ReplyDelete
  4. Waduh ... ini elo maksud senior yang reseh dalam kehidupan elo sapa, Na? Bukan gw kan? *khawatir karena gw termasuk senior beneur dibanding elo hehehe*.

    ReplyDelete
  5. untung Teteh bukan seniornya Ina,
    malah Ina yang sekarang jadi senior Teteh karena Ina udah lama duluan tinggal di Munich,
    ditunggu penatarannya tentang "hidup tenang & senang di negri orang" :D

    ReplyDelete
  6. kalo adj mah senior Ina yang malah jadi junior yah :-D
    tapi adj mah selalu menganggap swasta itu "pemain sinetron" da Na. Soalna biasa jadi tatib ti jaman SMP, jadi keballll sama segala macam ekting ituh hihihihiii

    ReplyDelete
  7. tp kan sok aya senior nu ngeceng junior trus ngabageuran paan xixixi trus bobogohan trus merid hehe meuni sinetron pisan :-)

    ReplyDelete
  8. Waduh Teh Adjeng, ternyataaa...dari SMP? :D Udah pro bgt ya jadi tatib, hehehe.. Di AMISCA juga bukan ya? (Lupa..)

    ReplyDelete
  9. Mbak, pengalaman pribadi kahh? :D Klo saya mah sesama junior (atau senior, sama aja..) huehehehe...

    ReplyDelete
  10. Na, senior yg Ina maksud misalnya? Ya klo di kantor sepertinya cukup jelas... Klo ibu RT?

    ReplyDelete