Saturday, April 10, 2010

Petualangan di Kebun Binatang

Sejak kecil saya tidak pernah bosan dengan acara kunjungan ke kebun binatang. Bahkan sewaktu sibuk mengerjakan tugas akhir, sempat-sempatnya saya bersama teman-teman satu lab jalan-jalan ke kebun binatang (kebetulan kampus kami bersebrangan dengan kebun binatang Bandung), mana pake nego segala biaya masuknya, hahaha.. maklumlah.. namanya juga mahasiswa. :D Makanya sekarang pun saya tidak pernah keberatan saat anak-anak ingin jalan-jalan ke sana. Meski yang dilihat masih yang itu-itu saja, dan suasananya pun tidak banyak berubah. Kunjungan ke kebun binatang tampak sudah menjadi ritual tahunan buat kami. Saat musim dingin telah lewat, dan saat liburan kami hanya menghabiskan waktu di rumah saja, kebun binatang pasti menjadi alternatif jalan-jalan di dalam kota.

Liburan kali ini kami merencanakan pergi ke sana. Saya coba mengajak beberapa orang teman, namun tampaknya tidak ada yang tertarik. Ada yang tertarik, namun waktunya tidak pas. Tunggu punya tunggu, akhirnya liburan pun hampir habis. Tapi janji dengan anak-anak sudah dibuat sejak awal liburan. Saya pun nekat pergi sendirian ke sana (biasanya selalu dianter si akang, kalau nggak, barengan sama teman yang juga membawa anak-anaknya). Saya pikir, transport ke sana mudah (apalagi dari rumah kami hanya 5 halte bis saja, atau 4 halte bisa + 1 halte U-Bahn), jalan-jalan di sana pun gak akan susah (medannya disesuaikan untuk anak-anak).

Akhirnya, di hari terakhir liburan kami pun meluncur ke sana. Saya memilih masuk dari gerbang Flamingo karena lebih dekat dari rumah. Antrian panjang di pintu masuk memberikan saya waktu untuk memilih tiket yang paling murah untuk kami berempat. Ada berbagai macam pilihan tiket, dari mulai tiket perorangan, tiket keluarga sampai tiket rombongan. Akhirnya saya memilih tiket keluarga kecil (untuk 1 orang tua + 2 atau lebih anak sendiri) seharga 11,5 Eu.

Baru saja masuk ke kebun binatang, yang pertama ditanyakan anak-anak, dimanakah Spielplatz (playground a.k.a arena bermain)? *gubrags*. Setelah melihat Flamingo dan Aquarium, Maryam kelaparan. Akhirnya kami makan dulu di depan kandang Kangguru. Hampir di setiap kandang dan beberapa tempat lain, selalu terdapat beberapa bangku untuk beristirahat sejenak, menikmati bekal sambil melihat binatang dan tingkahnya yang lucu-lucu. Jadi kalau jalan-jalan ke sini, gak perlu bawa tikar, yang ada nanti malah bingung mo dihamparin dimana?.

Kebun binatang di sini berbeda dengan kebun binatang di Bandung. Masing-masing binatang diberikan kandang yang sesuai dengan habitat aslinya. Jadi, misalnya harimau, tidak hanya ada dibelakang jeruji besi dengan sebatang pohon gundul. Tapi kandangnya benar-benar seperti hutan, luas dan lebat dengan pohon. Di sekeliling 'hutannya' itu dibuat sungai, untuk mencegah dia keluar kandang. Selain itu, kondisi binatang-binatangnya pun gemuk dan sehat, jadi tidak sedih saat melihatnya. Orang Utan, binatang yang berasal dari tanah air kita mempunyai istana sendiri di sini, disebutnya Orang Utan Paradise. Rasanya sedih dan malu ketika membaca2 ceritanya. Disebutkan bahwa Orang Utan ohne Heimat alias gak punya rumah. Kenapa? karena hutan2 habitat mereka kini sudah dibakari dan ditebangi. Aarrrghh.. untung orang2 yang ada di situ gak tau kalau saya dari Heimat (tanah air) yang sama dengan orang utan. 

Tanpa disengaja, ternyata di Tierpark Hellabrunn masih heboh dengan seleb barunya, Jamuna Toni, bayi gajah yang lahir 21 Desember 2009 lalu. Kenapa heboh? katanya ini adalah bayi gajah pertama yang dilahirkan di sini dalam 60 tahun terakhir. Tapi memang semua bayi itu lucu.. gak bayi manusia.. gak bayi gajah.. sama-sama menggemaskan. Jamuna belum biasa dengan dunia panggung, jadinya dia terus-terusan mengikuti pengasuhnya. Kalau pengasuhnya istirahat, dia juga ikutan istirahat.. :D

Anak-anak paling senang saat mengunjungi daerah kutub (di kebun binatang ini, binatang-binatang dilokasikan berdasarkan benua asalnya). Mereka senang sekali melihat penguin dan beruang kutub. Sayangnya saat ini, kandang beruang kutub sedang diperbaiki dan beruangnya diisolir untuk sementara waktu ke tempat lain. Dari sinilah anak-anak melihat Spielplatz.. dan saya tidak pernah menyangka kalau kami akan mengalami suatu ketegangan yang bikin jantung saya dagdigdug terus.

Saking semangatnya anak-anak udah langsung aja memasuki sebuah pagar. Ternyata sebenarnya itu bukanlah pagar masuk ke Spielplatz. Di situ hanya taman yang dilengkapi beberapa ekor kambing yang boleh dielus-elus oleh pengunjung, Tapi di sana juga terdapat sebuah jembatan gantung raksasa yang menghubungkan tempat itu dengan Spielplatz. Berhubung Ligar nangis saat itu, saya pikir ini tempat yang pas untuk menyusuinya, karena tempat itu relatif sepi (kecuali di jembatan gantung).

Setelah saya pangku Ligar, ternyata kedua gadis saya sudah tidak ada di sebelah saya lagi. Saya cari-cari, ternyata mereka sedang berpegangan tangan di atas jembatan gantung. *big OOW* tangan kanan Maryam memegang tali jembatan sebelah kanan, tangan kiri Nadin memegang tali jembatan sebelah kiri, dan mereka masing2 saling berpegangan tangan. Sehingga posisi mereka kini menghalangi orang-orang dari kedua jalur *big big OOW* Dan mereka tidak mau maju kalau jembatannya bergoncang-goncang dengan kencang. Jembatan gantung menjadi macet gara-gara mereka. Sayapun menjerit dalam hati, meminta pertolongan, karena rasanya sulit untuk saya menolong mereka. Tapi.. siapa yg bisa menolong saya?? saya kan datang sendiri. Kalau minta tolong orang lain, yang ada mungkin malah disalahkan dan ditangkap gara-gara membiarkan anak-anak pergi ke sana sendirian. Fyi, dijembatan itu semuanya orang dewasa dan anak-anak yang sudah cukup besar. Anak-anak kecil segede Nadin dan Maryam pasti dituntun oleh orang tuanya. Akhirnya saya pun nekad terjun ke sana, sambil komat-kamit dalam hati, semoga mereka tidak menangis selama saya belum sampai ke sana. Oooh.. anak-anakku.. tunggu ibumu!! Ternyata tidak mudah juga untuk menggapai posisi mereka, karena posisi saya dan mereka terhalang cukup banyak orang. Untungnya ada bapak-bapak yang menyadari hal itu, dan dia membetulkan posisi Nadin supaya berjalan di sebelah kanan, jalur yang sama dengan Maryam. Dan orang-orang dari arah berlawanan mulai bisa maju ke arah kami. Setelah kosong, orang-orang dari arah kami bisa lewat juga ke arah sebrang. Saya mencoba menenangkan anak-anak dengan berteriak2 bahwa "Mama di sini, Mama datang, tunggu Mama yah.. pegangan erat2 yah, Sayang". Akhirnya.. setelah sekian lama sayapun bisa berada di belakang mereka. Saya kasih mereka instruksi untuk maju pelan-pelan, tidak takut dan terus pegangan. Terus terang saya tidak bisa memegangi mereka karena tangan kiri saya mangku Ligar, tangan kanan pegangan ke tali. Kalau tidak pegangan, saya bisa jatuh, atau mungkin Ligar yang akan terlempar ke kolam *Ya Allah.. semoga tidak..*. Sambil mulut ini teruuus memberi semangat ke anak-anak.. sambil hati ini teruuus minta pertolongan Allah.. supaya kami bisa selamat sampai di ujung. Akhirnya, perjalanan menegangkan pun selesai. Kata Nadin, "Mama, kalau udh sampai di sana, kita balik lagi ya?" dengan penuh semangat. "NEIN!". Dagdigdugnya jantung ini masih teruuuuussss kebawa-bawa. 

Setelah kejadian ini, anak-anak masih bisa enjoy main-main. Tapi saya yang ketakutan, rasanya kepikiran terus kejadian ampul-ampulan di jembatan gantung tadi *duh*. Alhamdulillah saat itu kami bisa pulang dengan selamat. Anak-anakpun tidak ada yang tertidur, kecuali Ligar. Tapi.. hm.. masih beranikah saya pergi ke sana sendirian?? hihi.. tentu saja.. tapi jadi waspada jembatan gantung.. ;)


8 comments:

  1. wanian Ina.
    mendingan ajak2 Na, makin banyak makin rame
    :)

    ReplyDelete
  2. ah Na, mun rela mah gak berani jalan-jalan tanpa Abah-na Wafa..
    Ina meni borangan dan mandiri...
    kerrreeeeen.. kuuulll.. :D
    tapi ati-ati nya Bu...
    ah palaur maos-na ge ...

    ReplyDelete
  3. udah, Teh.. tapi tampaknya waktunya gk pas ama yg lain.. Ini perginya sehari setelah main ke rumah Teteh waktu itu.. ;)

    ReplyDelete
  4. borangan?? wanian meureun maksad Rela teh?? hihihi..
    Nuhun, iya saya oge ningali heula jarakna. Mun kinten2 caket, gampang.. wantun nyalira. Tp mun tebih jeung hese.. mending ngantosan bapakna.. ;)

    ReplyDelete
  5. kayak suamiku , suka banget ke kebun binatang..

    ReplyDelete
  6. boleh juga na! kalo aku, udah pasti ogah pergi tanpa asisten suami! :))

    ReplyDelete
  7. keren mba pergi sendiri. aq masih ngumpulin nyali untuk pergi tanpa orang lain ke alam terbuka. Kalau ke rumah orang atau tempat tertutup sih udah berani.

    Nadin canggih juga ya, ngga kapok njot2an di jembatan...:-)

    ReplyDelete