Tuesday, February 26, 2008

Perpustakaan Umum (Stadtbibliothek) di Munich

Sudah lama sekali saya tak berkunjung ke perpustakaan yang di Gasteig (Rosenheimerplatz). Terakhir kali ke sana waktu Maryam masih sangat bayi, dan Nadin masih dititip di Kinderkrippe. Perpustakaan ini memang tidak seperti perpustakaan-perpustakaan lain di sini pada umumnya. Anak-anak bukan hanya diberi pojokan khusus anak-anak, tapi diberi satu perpustakaan khusus yang biasa disebut Kinder und Jugendliche Bibliothek, letaknya masih di komplek itu, tapi gedungnya terpisah. Tapi akibatnya jadi kurang enak kalau kita pergi ke perpustakaan ini sambil bawa anak-anak. Karena suasananya yang hening dan kebanyakan dipakai belajar oleh para Student. Kemarin aku harus ke sana lagi karena sedang mencari buku, dan yang sedang tidak dipinjam hanya di sana.

Setelah sekian lama, jadi agak gagu lagi dengan sistem yang digunakan di sana. Sistemnya berbeda dengan perpustakaan-perpustakaan kecil yang lain, sebutlah "lebih mandiri". Saat meminjam, tidak perlu lagi kita bawa ke kassa untuk di-scan ama ibu/bapak penjaganya. Kita harus melakukannya sendiri dengan mesin yang tersedia di situ. Begitupun ketika mengembalikan, media yang kita pinjam cukup diletakkan di tempatnya, si mesin akan otomatis menelan media-media tersebut. Mesin untuk mengembalikan ada di luar perpustakaan, sehingga kita bisa mengembalikan barang meski perpustakaan sudah tutup. Kassa hanya digunakan untuk membayar, baik membayar denda ataupun membayar biaya pemesanan (tarif 1 Euro per media yang dipesan).

Perpustakaan yang dari tadi saya sebut-sebut biasa disebut Zentralbibliothek (perpustakaan pusat). Kalau ada pusat, tentu ada cabangnya kan?? Perpustakaan-perpustakaan cabang tersebut tersebar di seluruh Munich sebanyak lebih dari 25 buah. Setelah mendaftarkan diri dengan membawa passport dan Meldebescheinigung, kita  diberi kartu anggota dan diharuskan membayar, apakah mau per 3 bulan (biaya 6 Eur) atau per tahun (biaya 18 Eur). Untuk mahasiswa dan pensiunan mendapatkan keringanan setengahnya, untuk anak-anak dibawah 18 tahun, gratis. Kartu anggota tersebut boleh dipakai di semua cabang perpustakaan di Munich, dengan syarat media yang dipinjam dikembalikan ke perpustakaan tempat kita meminjam dan maksimal peminjaman 20 buah (mau pinjem DVD 20 buah juga boleh :D).

Ada banyak media yang bisa dipinjam di sana, dari mulai segala macam buku pengetahuan,  buku anak-anak, berbagai macam majalah, koran, CD, DVD, CD-ROM, video, komik, novel, dll. Kalau mau menggunakan internet juga bisa, tarifnya 1 Eur per jam.  Kalau saya seringnya minjem DVD, buku anak-anak, buku masak, buku keterampilan, komik, novel (seringnya gak dibaca), dan buku-buku buat belajar bahasa Jerman.

Selain itu, di perpustakaan juga banyak program untuk anak-anak. Misalnya vorlesen (dibacakan buku), basteln und malen (keterampilan dan menggambar), biasanya ini untuk anak-anak mulai 4 tahun. Atau sebulan sekali ada Krabbelgruppe untuk bayi sampai usia 10 bulan. Biasanya sih yang ini lebih untuk wacana ngobrol buat ibu-ibunya. Ada juga gerak dan tari untuk anak-anak usia 10 - 22 bulan. Tapi biasanya program ini berbeda-beda untuk masing-masing perpustakaan.

Hampir di setiap Gemeinde (kelurahan) memiliki perpustakaan. Di tempat saya tinggal dulu, di Unterhaching (kota kecil di pinggiran Munich), ada juga perpustakaannya. Perpustakaannya lebih kecil, tapi lebih nyaman menurut saya. Di sana malah serba gratis, kecuali buat yang terlambat mengembalikan. Tapi karena kecil, batas maksimal peminjaman dibatasi, untuk DVD cukup dua saja. Dan dendanya juga per minggu.. jadinya kalau udah telat dua hari, sekalian aja deh di semingguin :D. Kalo terlambat sehari, biasanya mereka masih toleran.

Waktu akhir tahun kemaren pulang ke Indonesia, saya sempat bertanya ke teman, ada gak ya di Bandung perpustakaan umum, yang bisa dikunjungi siapa saja, dan medianya pun umum, tidak cenderung pada bidang tertentu. Katanya dia sih ada di Soekarno Hatta, cuma karena anak-anak sakit, jadinya gak sempet ke sana, jadi belum ngeliat langsung perpustakaan di sana kayak gimana.

Oiya, jadi inget waktu kecil, di kampung saya tidak ada perpustakaan, yang ada hanya taman bacaan. Kalau kita mau pinjem ke rumah, harus bayar. Kalo gak salah sih malah gak boleh baca di sana. Jadi intinya mau gak mau harus bayar. Taman bacaan itu sempat mencapai puncak kejayaan, dan menjadi favorit anak-anak dan remaja kampung saat itu. Tapi lama-lama ditutup, gara-gara buku-bukunya banyak yang gak balik lagi. Sebenarnya kalau sudah telat, biasanya ada utusan taman bacaan itu yang ke rumah nagih bukunya. Tapi mungkin yang minjem lebih galak dari yang meminjamkan buku.. jadinya... bangkrut deh. :D:D:D Tampak butuh aturan yang lebih keras biar si peminjam disiplin dan takut kalau bukunya sampai rusak/hilang, dan taman bacaan/perpustakaan pun bisa tetap berdiri dengan kokoh.

17 comments:

  1. perpustakaan di indonesia jangan dibedakan dengan perpustakaan di luar, klo dilihat dari antusias pembacanya, orang indonesia itu mempunyai antusias membaca yang sangat tinggi, mulai dari poskota, lampu merah dan sampai akademik sekalipun, tapi tingkat tingginya itu tidak disamakan dengan kesadaran dan keinginan untuk menjaga buku maupun apa yang dibaca jadi baik, perpustakaan yang hadir pun juga kurang merepresentasikan semua ini, semoga ke depan bisa lebioh baik lagi,..

    ReplyDelete
  2. emang penting yaa mbak ada perpustakaan yang lengkap ... apalagi bisa bawa anak-anak ... jadi kan sekalian anak-anak bisa ikutan tau tentang perpustakaan dan kenal semenjak dini ;-)

    ReplyDelete
  3. Di sini aku belum main-main ke perpustakaan Ina. Tapi mungkin juarrang pisan nemuin buku yang pake abjad latin hehehhe. Katanya di perkumpulan keluarga ekspat pada saling tukar menukar buku.

    ReplyDelete
  4. Nah, makanya taman bacaan di kampung saya tea sampai tutup, salah satu penyebabnya adalah "kesadaran" yang kurang dari para pelanggannya. Padahal kalo sampai ditutup, pelanggan juga ikutan rugi ya?! Mungkin perlu aturan yang lebih 'galak', biar pada takut dan kesadaran akan menjaga buku orang jadi meningkat.

    ReplyDelete
  5. iya, pada umumnya kan perpus di sini selalu ada tempat buat anak2 ya? pasti di Hamburg juga gitu kan? Cumaaa ya itu, perpus yg satu itu mah kebetulan punya perpus khusus buat anak-anak, jadi dipisah gitu... Eh, denger2 di Hamburg mah biaya per tahunnya 40 Eur ya? mahal juga ya??

    ReplyDelete
  6. back to basic atuh, Mbak, kalo gitu mah, back to Amazon :D:D:D

    ReplyDelete
  7. thanks ya ina, ina sering2 muat info kayak gini ya, aku pasti jadi pembaca setia hehehe

    ReplyDelete
  8. Ina udah pernah minjam online juga lewat OPAC?

    ReplyDelete
  9. sami-sami... Dikaulah pembaca setiaku dari sejak MP ini masih kuossong.. hehehe...

    ReplyDelete
  10. maksudnya pesen bukan? Kalau pesen online sih sering.. Tapi kalau minjem online sampai dikirimin ke rumah, belum pernah.. :D

    ReplyDelete
  11. hehehehe, iya aku seneng baca MP nya ina, abis informatif ttg cerita2 di Muenchen dan sekitarnya, aku jadi banyak tau ttg Muenchen lho dari MPnya ina, makasih ya na...........:D :D, maklum bahasa Jermanku kan gak bagus, makasih ya na :-)

    ReplyDelete
  12. Na, klo misalnya barang yang mau kita pinjem ada di perpust Rosenheimer misalnya, trus kita pesen dan kita mau ngambil itu barang di perpustakaan lain yg lebih dekat ke rumah kita misalnya perpust Schwabing, bisa kan ya? Trus bayar 50 sen/item ya klo pesen online buat buku2 anak, atau gratis?

    Emang nya bisa dikirim kerumah juga ya na?wah asik ya

    ReplyDelete
  13. waduh, jadi malu aku... :D Masih jauh lah dibandingin MP orang yang lebih informatif lagi...

    ReplyDelete
  14. kalau ini nggak bisa. Kalau medien yang dipesan dr Rosenheimer, berarti kita juga harus ngambil dari sana. Tapi coba aja cari dulu di OPAC, biasanya kalau kita cari satu medien, nanti akan keluar, medien itu adanya di cabang mana aja, bisa jadi kan perpus yg deket rumah punya juga medien yang kita cari. Jadi kita tinggal pilih cabang perpus mana yang kita inginkan.

    Biaya pemesanan 1 Euro/medien.

    Oya, jangan lupa di data kita yg di OPAC, isi juga alamat emailnya, biar kalau pesan, saat barangnya sudah siap, kita bisa dihubungi via email (gratis), kalau via pos mesti bayar soalnya. Tapi bisa juga sih minta gak usah dikasih tau...

    ReplyDelete
  15. Ina, kmaren aku nanya ke orgnya klo kita ambil di perpust deket rumah tp mediennya di perpust lain, katanya bisa....buat biaya lieferungnya bayarnya 0,5-1 eur katanya. 0,5 klo ausweis anak, klo ausweisnya org dewasa 1 eur katanya. Hihihi maap aku penasaran , jadi kutanya....soalnya di perpust kampus , kita bisa milih mo ambil di perpust mana aja walaupunpun mediennya dikota lain bahkan dari negara lain juga berlaku, jadi aku penasaran apakah hal ini berlaku juga buat stadt bibliothek.katanya iya kita bisa milih mo ambil di perpust terdekat, walaupun mediennya dari perpust lain

    Makasih infonya ya na, berkat info ina , skrg tiap jumat aku punya hobi baru, minjem buku n dvd di perpust, :D

    ReplyDelete
  16. iya, ternyata bisa denk... aku juga kemaren minjem dr obergiesing... ternyata dvdnya dr Schwabing... :D *baru nyadar dot com*

    ReplyDelete