Tuesday, February 12, 2008

Asal-usul Familienname

Familienname atau nama keluarga di Jerman punya peranan lebih penting daripada nama depan. Untuk kesopanan, orang yang tidak kita kenal/baru kenal dipanggil dengan nama keluarganya dan "Anda". Bahkan dengan tetangga sekalipun... sampai kita merasa akrab, dan bersepakat dengannya untuk saling memanggil "kamu" sekaligus menggunakan nama depan. Karena itulah nama keluarga lebih dikenal dibandingkan nama depan. Hampir di setiap tempat, orang-orang hanya memasang nama keluarganya, misal di bel pintu rumah, papan nama tempat kerja, dll. Dari situlah saya mulai memerhatikan, ternyata nama keluarga orang Jerman itu unik-unik kalau diartikan ke bahasa kita, ada yang berupa pekerjaan, nama kota, kata sifat, dll. Kata guru saya, kalau membaca nama jangan diterjemahkan ke bahasa sendiri. Karena bagi mereka, itu adalah sebuah nama. Tapi bagi saya, orang asing yang belajar bahasa sini, ketika membaca kata yang kita kenal, otomatis menerjemahkan kata tersebut ke bahasa saya sendiri. :D

Tidak semua orang suka dengan nama keluarganya. Tapi bagaimana lagi? toh nama tersebut dia dapatkan secara turun temurun.. Dari sinilah timbul rasa penasaran saya, darimana sih datangnya nama keluarga tersebut? Ternyataaaa...ada sejarahnya lho!

Nama keluarga pertama kali muncul pada abad ke-9 di Venedig (Venice). Pada abad ke-10 nama keluarga mulai merambah ke Italia utara dan Perancis selatan. Pada abad ke-11 penggunaan nama keluarga menyebar ke Catalonia dan Perancis Utara, dan pada abad ke-12 mulai masuk ke Inggris dan Swiss. Setelahnya barulah nama keluarga digunakan di beberapa kota di Jerman Barat dan Jerman Selatan. Awal abad 15, nama keluarga mulai digunakan di seluruh Jerman, meskipun masih bisa berubah, misalnya karena pindah tempat atau berubahnya pekerjaan. Pada awalnya kaum ningrat saling berseteru memperebutkan gelar masing-masing dan meresmikannya menjadi nama keluarga mereka yang permanen. Setelah itu, barulah diikuti oleh para bangsawan dan warga kota. Untuk kalangan petani hal tersebut baru berlaku pada abad ke-19. Awalnya, di Jerman Selatan dan beberapa daerah di Austria, nama keluarga untuk perempuan diberi akhiran -in, misalnya Bauer jadi Bauerin. Hal ini masih terjadi sampai abad ke-18.

Nama-nama keluarga di Jerman diambil dari:
  • pekerjaan (Müller <penggiling>, Schmidt <pandai besi>, Schneider <pemotong>, Fischer <nelayan>, Becker <asalnya dari Bäcker <tukang roti>, Schäfer <penggembala>, dll)
  • asal daerah (biasanya yang berakhiran -berg, -bach, atau -tal, Adenauer <asal Adenau>, Bayer <asal Bayern>, Böhm <asal Böhmen>
  • nama depan Ayah/Ibu (Hartmann, Werner, Herrmann, Walter, Friedrich, Günther, dll)
  • karakteristik orang tersebut (Klein <kecil>, Groß <besar>, Lang <panjang>, Kurz <pendek>, Braun <coklat>, Schwarz <hitam>, Gut <bagus>, Böse <jelek>, dll).
  • nama binatang (Fuchs, Wolf, Luchs)
Pemakaian nama keluarga ini ternyata memaksa kita (orang Indonesia) yang sebenarnya tidak memiliki nama keluarga... (hanya sebagian kecil dan dari daerah tertentu yang punya nama keluarga) untuk memakai nama keluarga juga. Seperti yang pernah diceritakan oleh Mira, bahwa hal ini tidak bermasalah bagi orang yang mempunyai nama dua kata atau lebih. Nama belakangnya bisa digunakan untuk mengisi kolom nama keluarga yang wajib diisi. Sedangkan untuk yang namanya hanya terdiri dari satu kata, terpaksa kolom nama keluarga diisi dengan nama depan yang hanya satu-satunya itu, sehingga namanya jadi dobel. Misalkan namanya Nengtina, jadi Nengtina Nengtina. Atau kolom tersebut diisi dengan Ohne Nachname (artinya: tanpa nama belakang). Jadinya dia punya nama baru Nengtina Ohne Nachname.

Ada kejadian juga keluarga yang mempunyai anak dua, kedua anaknya memiliki nama yang berbeda, yang beda pula dari bapak dan ibunya. Jadi kedua anak tersebut disangka bukan anak si bapak ini, tapi dari dua bapak yang lain. Udah gitu.. karena ibu bapaknya beda, disangkanya tidak menikah pula... *gubrakss*

Ketika Nadin lahir, jika anak tidak diberi nama keluarga urusannya jadi agak ribet. Banyak ditanya itu dan ini. Meskipun bisa sih sebenarnya. Tapi waktu Maryam lahir, malah ditawari, mau pakai nama keluarga atau tidak? Jadinya kalau tidak ada nama keluarga di akta lahirnya di tulis Eigenname (nama sendiri). Meskipun Nadin dan Maryam namanya pake embel-embel Nugraha... tetep ditulisnya Eigenname. Kenapa?? karena nama ayah ibunya juga Eigenname.

Sebenarnya hal ini tidak terlalu bermasalah ketika kami mengurus hal-hal yang tidak terlalu resmi, misalnya daftar langganan telepon, internet, dll. Tapi jadi ribet urusannya kalau sudah mengurus surat-surat resmi seperti Visa contohnya. Mungkin karena sistem baru, jadinya mereka belum konsisten dalam mengelompokkan data. Sebagai contoh, biasanya data-data itu disusun dalam abjad berdasarkan nama keluarga. Karena kami termasuk Eigenname, maka nama kami tersusun bukan dari abjad nama keluarga, tapi abjad nama depan. Oleh karena itu, data kami pun terpisah-pisah. Ketika kami memperpanjang Visa misalnya, kami diminta ngantri di kassa yang memuat huruf "N" dari "Nugraha". Setelah menunggu lamaaaaaaaa.... akhirnya dipanggil.... ternyata kami disuruh menunggu di kassa yang memuat huruf "D" dari "Dian". Yah.. ngambil no antrian dari awal lagi dong... setelah itu, "data istri Anda tidak ditemukan" katanya... disuruhlah kami ke kassa yang memuat huruf "T" dari "Tina".... dan kalau masih belum ditemukan juga, coba ke kassa "M" katanya...  Pokoknya kalau kami mau ke KVR (seperti kelurahan kalau di Indonesia), kami harus mnyiapkan mental dan fisik untuk berada di sana selama sehari penuh..

10 comments:

  1. Barusan juga baca di buku WHY Na, sambil o** di t*****, tapi versi inggrisnya:)...

    ReplyDelete
  2. dah tau dong arti nama keluarga kami?....Falter...artinya ..kupu kupu,tapi aku kayaknya mirip kepompongnya doang nih..:D

    ReplyDelete
  3. versi bahasa Inggris atau di Inggris, Mbak?

    ReplyDelete
  4. Hm.. kenapa ya di kasih nama kupu2?? mungkin karena cantik2 kayak kupu2 ya?? Masih mendinglah Mbak kepompongnya, bukan uletnya, hihihi... piss ah..

    ReplyDelete
  5. Ada untungnya tinggal di kota kecil. Meski kassanya dibagi pake abjad, tapi yang buka biasanya tetap satu. Da sepiii:-)

    ReplyDelete
  6. harusnya di sini ada sistem nama Eigenname juga yah jadi enak buat orang Indonesia, apalagi yang namanya cuma satu. Di sini yang namanya cuma satu selalu dibikin pusing karena ga punya nama yang bisa dibikin lastname.

    Ada kenalan yang bikin account bank, akhirnya nama depannya jadi "Mr". Yang lain, nama depannya jadi FNU (First Name Unidentified). Yang lain lagi karena lastnamenya ga sama, dikira kumpul kebo...ampun deh.

    ReplyDelete
  7. Aku merasa sekarang menyandang nama family suami di pasport sangat membantu kalo pulkam karena kita gak di kira babysitternya anak2..apalagi pernah di cegat ama petugas bandara di dubai dan di interogasi tanpa alasan dan cek pasporku dgn kaca pembesar...hik..dikira pembokat mau melarikan diri kali yach...

    ReplyDelete
  8. disini juga sistem ini masih baru, jadi belum diakui semua pihak. Baru sama kelurahan doank, itupun mereka sendiri masih pusing sendiri dengan sistem yg dibuatnya :D Mungkin butuh waktu berabad2 juga, kayak sejarah nama keluarga, untuk bisa menyeluruh. :D:D:D

    Kalo yg namanya single, kebanyakan dijadiin dobel, nama belakang = nama depan. Yang namanya beda, ga disangka kumpul kebo sih, paling ditanya, "Anda menikah?" :D Tapi sebenarnya ganti nama setelah menikah gak wajib juga sih... jd kalo mau mempertahankan nama lahirnya, boleh-boleh aja.

    ReplyDelete
  9. hi,, mohon infonya dong... kita khan mau menikah di jerman.. tadi baru standesamt... dibilang kalo aku tidak bisa memakai nama famillie suami karena akan mempengaruhi,,pasporku... aku nggak ngerti,,kenapa tidak bisa... sedangkan aku pengin pake famillie namé suami

    ReplyDelete